entahlah...

Jangan paksa aku untuk mengutarakannya...sebab menurutku itu telah berserak sebegitu banyak... ada dimana-mana...di langit dan di samudera...juga di belantara.

Yang ingin kulakukan saat ini, cuma ingin menatapnya saja...dengan mata terpejam. Dengan begitu aku bisa meresapi satu demi satu kata demi kata yang ia tuliskan. Nggak masalah buatku mesti tuh kata tentu saja bukan ditujukan khusus buatku...tapi aku ingin menyimpan kekuatan kata-katanya itu buat esok hari, saat aku (pasti) membutuhkannya kelak...saat aku terduduk lunglai di atas kedua lututku...Aku membutuhkannya, karena cuma itu kupikir yang bisa membuatku untuk bangkit berdiri lagi...bersimbah peluh lagi....

Sejatinya, dialog tanpa kata itu sama sekali tak butuh mata...dia cuma butuh sekeping hati. Karena itu, dalam mata yang terpejam, dalam kegelapan...aku bisa melihat hatinya yang bercahaya...ia menyapa...tapi entah ditujukan pada siapa...ia juga berdegup kencang...dan itu menjadi inspirasi buat bebunga bertumbuh kembang...buat beburung bernyanyian riang...

Aku... tak putus mensyukuri atas anugerah penglihatan pada hati. Sebab... sekali sesuatu terlihat olehnya, maka ia akan terkenang abadi...sepanjang hayat. Sajak hatinya sungguh bercerita...dengan sangat indah...dan itu telah terpahat juga dengan sebegitu indah...di keping hati yang lain...menjadi fosil...menjadi monument...menjadi abadi.

Pada diam yang menghening, pada baja yang meleleh, pada langit yang mengabut...kehadiran dirinya, tanpa suara, tanpa kebisingan, telah begitu menegunkan hati. Seperti malaikat dengan sepasang sayapnya yang tiba-tiba ada di kaca jendela menyemburatkan cahaya serba putih dan sekerlipan kecil bintang-bintang. Aku terdiam...terpana...menyaksikan bagaimana tangannya terulur menyentuh hatiku dengan sangat lembut...

Puisinya adalah senyumnya...kata tanpa lisan adalah sapanya... Dan aku tahu bagaimana harus menjawabnya, tapi... dinginnya bangku taman ini, yang telah sedemikian lama kududuki membuatku tak mampu menyambutnya...aku bahkan tak mampu berdiri...aku cuma bisa mengatupkan lisanku dengan seikat kain kumal, mengikat tanganku agar ia tak mampu menggoreskan kata jawab dengan segerombol tanaman berduri....dan... menyisakan harap agar ia bisa mendengar hatiku yang berbicara dalam diam...

Ahhh...entahlah...biarlah saja demikian adanya. Biarkan saja diri ini basah kuyup tertimpa hujan dan menghangus terbakar sengat matahari...itu lebih baik bagiku...karena keikhlasan tak butuh payung buat menaungi...tak butuh lentera untuk menerangi...jika harus menderita karenanya...itulah makna pengorbanan yang hakiki... dan aku ingin bergumam lirih, "bawalah menjauh hati ini, jika itu bisa sejenak menemanimu dalam keheningan...namun, kurasa...biarkan raganya tetap disini..."

dan ... ahhh... entahlah...

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Sunday, March 30, 2008

1 Responses to Entahlah...

  1. Anonymous Says:
  2. Begitulah cinta. Akan memberimu ruang untuk menjadi pribadi yang berbeda -- . Keikhlasan untuk berbagi...

    Benarlah adanya. Aku tak menemukan kata lain sekadar menimpali ungkapan yang ada di blog ini. Kata yang demikian bermakna.

    Jaga semangat istiqomah untuk saling berbagi.. Itu saja ^_^

     

Subscribe here

Better Place For Children