tag:blogger.com,1999:blog-222879952024-03-07T11:37:06.965+07:00Ketika Seorang Hamba MenulisKetika Seorang Hamba Menulisdoniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.comBlogger166125tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-12431349574443567812014-04-21T19:43:00.000+07:002014-12-22T19:43:33.279+07:00Berbagi Pengalaman Mendaftar BPJS (Di Semarang)<span class="timelineUnitContainer"></span><div class="_5k3v _5k3w clearfix">
<div>
<span class="photo photo_left" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xfp1/v/t1.0-9/s180x540/10256997_10152313453889590_664569396538322821_n.jpg?oh=d75ad7730f3a3c4f01cf1b4ba29fab51&oe=5508AE2C&__gda__=1425787901_17c02cdc590d9d657092a15f263b9b8b" title="" /></span>Anda
seorang kepala keluarga? Bukan penerima upah? atau penerima upah tapi
lembaga anda bekerja belum/tidak mendaftarkan asuransi kesehatan?
Segeralah mendaftar secara mandiri ke BPJS, kategori Perorangan Bukan
Penerima Upah. Sebab, pada dasarnya, setiap jiwa yang menjadi warga
negara Indonesia berhak atas akses berobat dengan harga terjangkau.
BPJS-lah namanya.<br />
<br />
Animo masyarakat mendaftar BPJS sangat
tinggi, sejak dibuka 1 Januari 2014 hingga saat ini (April 2014) gedung
BPJS selalu penuh padat. Spt hari ini tadi , Senin (21/04),. gedung BPJS
di Jl. Sultan Agung (sebelum AKPOL) dipenuhi ratusan orang. Mereka
kebanyakan adalah pendaftar offline. Oya, Ada 2 metode pendaftaran PBJS,
via offline dan online. Mana yg lebih efektif?Saya, iseng mengambil
nomor antrian, dapat nomor A381. Sistem antrian kemudian memanggil
melalui pengeras suara : A91 loket 3, A93 loket 5... wuihh...hampir
menunggu 300 orang lagi berarti antriannya. Meski ada 5 loket
pendaftaran offline, tapi dengan antri jumlah segitu, tetaplah bikin
keder. ^_^ Selain 5 loket pendaftaran offline, BPJS Semarang, juga
menyediakan 1 Loket Informasi, 1 Loket Pendaftaran Web & PPC, dan 1
Loket Cetak Kartu. Nah, Loket Pendaftaran Web (online) ini yang penting,
karena untuk bisa kesana tidak perlu ngantri hingga beratus-ratus. Saya
sendiri cuma ngantri 1 orang saja. Beneran, cuma 5 menit saya disana.
hanya untuk menyerahkan dokumen saja. setelah itu berpindah ke Loket
Cetak Kartu atau loket 7, setelah itu selesai. Dapatlah kartu BPJS.<br />
<br />
Lebih Efektif Via Online<br />
Jadi,
saya menyarankan mendaftar saja via online. Karena kalau anda bisa
bertindak taktis, waktu yang dibutuhkan hanya 15 menit hingga paling
lama 2 jam. Tidak sampai setengah hari atau bahkan ada yang hingga dua
hari jika dengan cara manual. Karena itu, perhatikan tips berikut ini ,
yang saya peroleh dari proses pendaftaran BPJS tadi pagi.<br />
<br />
1. Bukalah laman BPJS dan daftarlah melalui menu yang yang ada disana : <a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fbpjs-kesehatan.go.id%2Fstatis-17-pendaftaranpeserta.html&h=VAQF9iXsx&s=1" rel="nofollow" target="_blank">http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-pendaftaranpeserta.html</a>
(Tips : bukalah pada malam hari H-1 pendaftaran. Kenapa malam karena
laman ini sulit diakes jika disiang hari : rebutan bandwith). Isilah
dengan seksama, termasuk menu Registrasi Keluarga (menambabahkan istri
dan anak2)<br />
<br />
2. Printoutlah 2 hal penting yang dikirim via email oleh sistem online :<br />
<ul>
<li>Formulir Daftar Isian Peserta </li>
</ul>
<ul>
<li>Lembar
Nomor Virtual Account (akun virtual ini adalah akun dg nomor unik yang
berbeda setiap jiwa yang didaftarkan, yang akan menampung premi setiap
bulan yang dibayarkan).Contoh virtual account : </li>
</ul>
BNI - : 88888 0 1256993XXX<br />
BRI - : 88888 0 1256993XXX<br />
MANDIRI - : 88888 0 1256993XXX<br />
<br />
3.
Bayarlah dengan ATM atau manual ke Bank, untuk mendapatkan struk bukti
bayar. Struk ini akan distaples bersama nomor virtual yang sudah
diprintout tadi , yang nantinya akan diganti dengan kartu BPJS.<br />
Tips:
Untuk bayar/transfer via ATM, masukkan nomor akun virtual tanpa angka 8
yang 5 digit itu. Saya sudah mencobanya, jikalau angka 8 lima digit itu
dimasukkan nomor rekening tidak akan dikenali dan gagal transfer.
(Langkah ini tidak ada dimanual atau SOP Pendaftaran, saya mengetahuilah
setelah agagal transfer dan tanya langsung ke teller bank.)<br />
Tips
lagi : jika ATM ngadat, dan anda sudah terlanjur ke gedung BPJS, di sana
ada 3 teller bank, tapi belum bisa menerima uang tunai, baru menerima
kartu gesek, karena mungkin belum bisa online. Tapi jika anda tidak
punya kartu gesek, maka bank terdekat dengan gedung BPJS adalah Bank
Mandiri di Sisingamangaraja (jalan depan AKPOL) atau BANK BRI dan BNI di
Metro Plaza dekat Java Mall.<br />
Tips lagi2 : Pembayaran bulan selanjutnya, bisa dilakukan via ATM dengan pilih menu Bayar BPJS (ini kata temen yang sudah2).<br />
<br />
4.
Dengan printout, dan dokumen, dan bukti pembayaran. Anda tinggal menuju
Loket Pendaftaran Web. Serahkan dokumen. Lalu menuju Loket 7 (cetak
Kartu). Di loket Pendaftaran Web, anda akan disodorkan tabel alternatif
Fasilitas kesehatan Tingkat I. Pilih salah satu yang paling pas dengan
anda. Saya, pilih Puskemas yang paling dekat dengan rumah<br />
Tips :
jika anda berangkat pagi, paling antrian mengambil kartu nggak sampe 5
orang. Tapi jika siang, 15-20an orang (ga perlu nomor antrian). Dan
kartu BPJS sudah ditangan.Dokumen yang harus dibawa :<br />
a. Melampirkan pasfoto 3X4cm masing-masing 1 lembar<br />
b. Melampirkan fotocopy KTP (diutamakan KTP elektronik) suami -istri masing2 2 lembar.<br />
c. Melampirkan fotocopy kartu keluarga,<br />
d. Fotocopy surat nikah,<br />
e. Fotocopy akte lahir anak/ surat keterangan lahir yang menjadi tanggungan.<br />
<br />
Efektif
sekali! Apalgi buat anda yang supersibuk dan ga punya banyak waktu
luang. Tapi, jika waktu anda longgar, dan punya kesabaran ekstra tinggi,
bolehlah dicoba pendaftaran cara offline/manual...^_^<br />
<br />
<a href="http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-pendaftaranpeserta.html" rel="nofollow" target="_blank">http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-pendaftaranpeserta.html</a></div>
</div>
Pak Guru Donihttp://www.blogger.com/profile/06218921049599347429noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-80687025437094969502012-10-21T19:38:00.000+07:002014-12-22T19:39:02.288+07:00Ombak Rindu<div>
21/10.<br />
<br />
sob, hari ini, jam ini<br />
aku mengirim sinyal rindu,<br />
<span class="text_exposed_show">
</span><div class="text_exposed_show">
bergulung2 ombak rindu ku lontarkan ke angkasa, ke semesta raya<br />
berpencaran mencari menghinggap di sanubari sesama perindu<br />
jikalau kau dapatkan percikannya<br />
beritahu aku dengan caramu,<br />
<br />
aku juga mengucap kata<br />
seperti biasa, tanpa suara<br />
gurindam jiwa judulnya<br />
jika kau medengarnya<br />
balas juga ya...<br />
<br />
20.30<br />
<br />
<span class="photo "><img alt="" class="photo_img img" src="https://scontent-b-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xpf1/v/t1.0-9/47523_10151189582884590_296216534_n.jpg?oh=79498353553dc6f5c774e267d4681a15&oe=5546FAC0" title="" /></span></div>
</div>
Pak Guru Donihttp://www.blogger.com/profile/06218921049599347429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-72573277864203947402012-09-28T19:35:00.000+07:002014-12-22T19:36:35.560+07:00Hujan di Musim Kemarau<div>
Aku lupa, entah kemarau keberapa,<br />
saat aku datang debu beterbangan menyambutku<br />
coklat daun mawar terselimuti debu menyamarkan bunganya yang tinggal satu itu,<br />
tapi aku ingat, tajamnya matamu adalah mendung yang menjanjikan hujan.<br />
<span class="text_exposed_show">
</span><div class="text_exposed_show">
<br />
lalu aku datang di kemarau kali kesekian,<br />
tidak ada debu,<br />
tidak ada pula daun mawar apalagi bunganya<br />
yang ada adalah plester semen di seluruh lahan<br />
dimataku semuanya berubah menjadi abu-abu<br />
monokrom kering kerontang!<br />
meski ada kolam kecil sebagai gantinya dan gemericik air dari pancuran,<br />
tapi tetap tak bisa menggantikan<br />
harapan bahwa dari tanah berdebu itu kelak akan ditumbuhi rerumputan saat hujan (pasti) datang.<br />
rumput yang disaat fajar tiba, mempersembahkan embun pagi buat kita<br />
buat kau pandangi, sembari duduk dikursi tua sambil menyeruput susu kedele.<br />
<br />
tubuhku semakin terasa mengemarau,<br />
saat kutolehkan keseluruh penjuru<br />
aku tak mampu mengindra kehadiranmu<br />
baumu tak terendus sebagaimana biasanya<br />
aku tak lagi bisa menghidupkan seluruh indera laksana pejantan alfa<br />
yang mampu memindai siapa saja yang masuk dalam radarnya<br />
meski bermil jauhnya.<br />
<br />
maka, lirihku...<br />
"hujanlah...!"<br />
basuhi jiwa-jiwa yang kering<br />
kabulkan segenap doa, segenap cinta, dan segenap silahturahim yang nyaris terbakar<br />
kemarau...<br />
<br />
<i>(semarang-salatiga, someday when the rain falling down)</i></div>
</div>
Pak Guru Donihttp://www.blogger.com/profile/06218921049599347429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-17478369589042011772011-10-26T19:36:00.000+07:002014-12-22T19:37:55.683+07:00Ini Apa dan Bagaimana Penjelasannya?<div>
Sebelumnya, sy ragu untuk memposting catatan ini, tapi krn sudah terlalu sering dialami, akhirnya kutulis juga. Begini,<br />
<br />
Beberapa
menit yang lalu, tiba2 dikepala saya muncul sebuah nama, kmdian saat
merefresh browser, muncullah nama itu lengkap dengan aktivtas
terbarunya.<br />
<br />
<div class="text_exposed_show">
Pernah juga,
juga tanpa dibuat-buat, dibenak sy muncul sesosok nama, yang terjadi
kmdian, tidak sampai hitungan jam, orang itu kemudian muncul (ol),
mentag foto atau catatn buatsy dan kami bicara via status, padahal
sebelumnya jarang banget nyaris ga pernah.<br />
<br />
Pernah begini,
tiba-tiba sy yang sdgn menulis di buku tulis, menuliskan nama seseorang.
tanpa sebab yang jelas. Tidak lama kemudian hape sy berdering, ada sms
masuk, pengirimnya...nama yang saya tulis itu . Padahal biasanya jarang2
SMS.<br />
<br />
Yang cukup besar, suatu malam sy bermimpi bertemu
dengan seorang guru yang sudah lama pindah dari sekolah, pdhal
sebelumnya berpikir ttgnya saja tdak, lalu keesokan paginya sang guru
ini tiba2 muncul. Dia hadir kesekolah, mampir katanya, mumpung lewat.<br />
<br />
Pernah,
ketika melihat sebuah cover buku, hati sy bergetar, dan tidak sampai
setengah jam buku itu berhasil sy miliki tanpa harus sy keluar uang utk
membelinya.<br />
<br />
Kalo dikumpulkan sejak SMA ;kebtulan-kebtulan ini..jumlahnya udah ratusan.<br />
tapi hingga saat ini sy tidak pernah menganggapnya serius.<br />
Ada yang bisa bantu, apa dan bagaimana penjelasan ilmiah yang saya alami ini?<br />
<br />
Anehnya,
kalo sy sengaja memikirkan sesuatu atau sesorang, tidak akan ada yang
terjadi spt yang saya pikirkan. Ia hanya terjadi seketika, tiba-tiba
datang dan kemudian menjadi jelas adanya setelah beberapa waktu. Kadang,
sy bergidik karenanya.<br />
<br />
<i>So, what is going on?</i></div>
</div>
Pak Guru Donihttp://www.blogger.com/profile/06218921049599347429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-1614434332078859872011-10-03T19:42:00.000+07:002014-12-22T19:42:25.316+07:00Let It Go..."trying ikhlas to release it away,<br />
let it go<br />
let it fly away<br />
just go<br />
and leave me here"<br />
<br />
time goes by<br />
and the good always die<br />
like the morning dew burned by the sun<br />
but the leaves never cry<br />
<br />
...<br />
<i>(discountinued)</i>Pak Guru Donihttp://www.blogger.com/profile/06218921049599347429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-43562163774086691602011-07-29T10:33:00.001+07:002011-07-29T10:39:55.209+07:00Perahu Kertas : Tentang Hantu di Sudut Pikir<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiql9SQSAmLCg5skYRX9WA66Nv_JqOGNdWc831_2nTYcZr4tQ3WM1DRORRuDpI9y_64mA3roFQOUKyQVrsPCv5-GCW8mx_dVatFR_MtCdPQKaS9T0qRCshrVicEmsOhLK1tCNBrg/s1600/PK_3d_small.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="243" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiql9SQSAmLCg5skYRX9WA66Nv_JqOGNdWc831_2nTYcZr4tQ3WM1DRORRuDpI9y_64mA3roFQOUKyQVrsPCv5-GCW8mx_dVatFR_MtCdPQKaS9T0qRCshrVicEmsOhLK1tCNBrg/s320/PK_3d_small.jpg" width="320" /></a></div><i>"kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. <br />
selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap menjadi hantu,<br />
nggak akan pernah jadi kenyataan."</i><br />
(kata Luhde pada Keenan, dalam <b>"Perahu Kertas"</b> karya Dee, hlm. 221)<br />
<br />
---<br />
Dalam tiga hari ini, novel setebal 442 halaman besutan Dee (Dewi Lestari) yang dilaunching 29 Agustus 2009 lalu (kebetulan, tepat di Harlahku), selalu menemani waktu luangku. Kubaca di 3C, kelasku mengajar, membacanya saat istirahat didepan murid-muridku. Juga saat menunggu anak-anak 4C selesai hafalan untuk kemudian belajar English bersamaku. Bahkan, disaat debat pada rapat rutin guru, aku menyempatkan untuk membacanya, lumayanlah dapat dua-tiga bab. Dan aku kemudian menamatkannya sambil mendampingi murid les privatku di suatu malam. Ya, mau gimana lagi, sekarang ini, waktu khusus dan sepi untuk membaca buku tebal sudah tak ada lagi. Mencuri-curi waktu dan kesempatan adalah satu-satunya cara agar bisa mendaras buku. <br />
<br />
Jujur, aku menyesal sekali baru membaca buku yang diterbitkan Bentang dan Truedee itu sekarang. Meski telah mendengar bahkan sempat pula menimang-nimang bukunya sejak lama, aku tidak juga membacanya. Barulah ketika kulihat buku ini dimeja Bu Tatik jelang mengajar Ekskul Menulis di Spalza pekan lalu, aku menggamitnya lagi. Seolah ada tangan yang menuntunku untuk membawanya. Bu Tatik malah menyertakan satu novel tebal lagi, berjudul "Centhini". Yang terakhir ini, (insyallah) akan kutulis dalam postingan yang berbeda.<br />
<br />
Baru membaca beberapa halaman, khususnya halaman perkenalan tokoh utama, Keenan dan Kugy, aku langsung mengerti, bahwa buku ini adalah buku yang harus kubaca hingga usai. Alam semesta dengan caranya telah menggiringku untuk menyelami novel ini, kata demi kata, jiwa demi jiwa. Dan pada malam ketiga, usai menamatkannya adalah malam yang terasa panjang bagiku. Ada sejumput keletihan bercampur dengan rindu, mungkin juga kekosongan atau lebih tepatnya kegersangan, 'arsip-arsip' yang telah kurapikan seolah terbongkar kembali... berantakan, dan meluluhlantakan. Dalam dingin malam perjalanan pulang ke rumah, mataku terasa panas dan leherku tercekat. Aku sampai harus berhenti di sebuah toko swalayan untuk sekedar mencari air untuk membasahi kerongkonganku. Meski aku tahu baru saja tadi aku disuguhi teh hangat oleh murid lesku. <br />
<br />
***<br />
<br />
Ya, Dee telah berhasil memantik kecemburuanku pada sosok Keenan. Meski ini dunia fiksi-imajinasi, tapi sosok Keenan yang diciptakan Dee, sesungguhnya adalah sebuah pengharapan bagaimana mestinya menjadi laki-laki. Punya tujuan hidup, meski sempat hilang arah dan mengorbankan hal yang begitu berharga dalam hidup. Dalam konteks Keenan, ketulusan cinta lingkungan terdekatnyalah yang kemudian perlahan membuatnya bangkit kembali hingga ia berhasil memungkasinya dengan sempurna. Cinta yang murni atau kemurnian mencintai. Entahlah, ... mana yang hendak lebih utama dikatakan Dee. Tapi aku setuju dengan 'ending' yang dibuat Dee. <br />
<br />
Bahwasannya, kesatuan dan kedekatan hati adalah sesuatu yang tak selalu bisa terkatakan. Dalam bahasaku, berdialog tanpa kata. Buatku, Keenan dan Kugy adalah pasangan ketiga setelah Ali & Fatimah ra. dan Ainun & Habibie yang merepresentasikan kekuatan cinta dalam dialog tanpa kata. Ya, esensinya sama, meski dalam novel ini, Dee menggunakan istilah yang berbeda : Radar Neptunus. Karena itu, Keenan dan Kugy berhak mendapatkan kebahagiaannya, dalam bahasa Dee : 'another little Kay dalam perut Kugy' sebagai manifestasi cinta tiada berujung Keenan dan Kugy (K&K). <br />
<br />
Tinggallah, aku disini termanggut-manggut dalam kesunyian. Dalam beberapa 'scene', aku seolah-olah menjadi sosok Keenan. dan di 'scene' lain aku merasa menjadi Luhde dan Kugy. Campur aduk rasanya. Namun yang pasti, aku tahu satu hal, bahwa alam semesta sedang ingin menyampaikan pesannya padaku bahwa aku tak cukup menjadi pemberani dalam mengambil keputusan. Seakan ia hendak berkata, lihatlah Keenan... lihatlah Kugy... Belajarlah dari mereka!<br />
<br />
Lalu, tiba-tiba aku merasa berada di dua dunia. Jiwaku terbelah dua... dan hasilnya adalah sebuah kelelahan. Rasanya lelah sekali... Sampai-sampai, sebuah pertanyaan diucapkan untukku,"Ayah, kok kelihatannya sedih banget...?". Pertanyaan yang justru semakin membuatku terpejam... <br />
<br />
Terpejam, mencoba menghadirkan setetes embun pagi, yang buatku pribadi... telah lama sirna atau tepatnya kusirnakan. Ahhh, "dimanakah embun pagi itu kini berada?". Sama seperti gumam Keenan pada suatu waktu, "Kecil,... kenapa engkau terasa jauh sekali?". Sama seperti Kugy yang membutuhkan perahu kertas dan aliran air setiap kali ia dilanda 'emptyness', embun pagi buatku adalah sarana berkomunikasi dengannya. Ya, -nya dalam wujud seabsurd-absurdnya. Aku dan Kugy adalah jenis manusia yang tidak pernah bisa membagi utuh dalamnya zat bernama hati. Dalam sudut pandang ini, ruang sunyi Kugy pun menjadi serupa denganku.<br />
<br />
***<br />
<br />
Kehadiran "Perahu Kertas" dalam ruang rinduku, menyadarkanku hal penting lain, bahwa tidaklah Allah menganugerahkan hati (cinta) kepada manusia selain sebagai sumber energi untuk kehidupan. Mereka yang tak tertanam cinta didalam dadanya adalah manusia malang yang sebatas hidup jasadnya namun mati ruhnya. Representasi cinta kepada Allah adalah meletakkan cinta itu sebagai bahan bakar untuk berbuat kebaikan, berkarya sebaik-baiknya, dan tulus berkorban. Cintalah yang mampu menggerakkan kuas Keenan ke atas kanvas setelah lama kaku. Cinta jugalah yang menggerakan Kugy meneruskan cerita <b>Jenderal Pilik dan Pasukan Alit</b>. Dan buatku, cukuplah anak-anak muda di <a href="http://www.doniriadi.com/2008/06/pelatihan-kehumasan-surakarta-1-solo.html">Solo</a> dan <a href="http://www.doniriadi.com/2008/04/pelatihan-kehumasan-1-jumat-penat.html">Purwokerto</a>, yang pernah mengundangku ke hadapan mereka 2-3 tahun lalu. Mereka adalah saksi hidup betapa cinta mampu menyulap seorang mantan demonstran menjadi pembicara yang aneh karena mendadak puitis. Bilamana itu diulang lagi dilain tempat dan dilain waktu, kujamin, aku belum tentu bisa lagi melakukannya...<br />
<br />
Kalau saja, Kugy ada dihadapanku sekarang, mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti Remi, yaitu minta tolong Kugy menghanyutkan perahu kertasku agar dibaca Neptunus. Bila Kugy mau ia juga boleh membacanya. Dan jika ia melakukannya, maka ia akan membaca kalimat berikut, <br />
:<i>"Neptunus, terima kasih telah mengirim agen Kugy ke hadapanku. Darinya aku tahu, bahwa aku seharusnya bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk menikmati betapa indahnya ketulusan cinta setetes embun pagi, meski untuk waktu yang tidak lama. Doakan ya, semoga sisa-sisa percikannya tetap menjadi energi buatku membahagiakan orang-orang terdekatku... Untuk saat ini, cuma doa itu yang bisa kupanjatkan. Sampaikan juga pada Luhde, suatu saat aku akan bisa mengubah kenangan itu tidak lagi menjadi hantu di sudut pikir... hari pembuktian itu akan segera tiba!"</i><br />
<br />
Semarang, 29 Juli 2011. 00:01doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-23691618588663579592011-06-19T23:20:00.003+07:002011-07-29T17:45:38.414+07:00Jujur dalam Menyontek<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" height="221" src="http://mcetak.suaramerdeka.com/PUBLICATIONS/SM/SM/2011/06/17/Photographs/006/17_06_2011_006_022_005.jpg" width="320" /></div>MENYONTEK massal dalam ujian nasional (UN) di Sekolah Dasar Negeri 2 Gadel Surabaya adalah fakta empirik bahwa bangsa ini sedang sakit. Sakit, karena Ny Siami, whistle blower kasus mencontek yang dikoordinasi pihak sekolah itu harus terusir oleh warga kampungnya, Tandes, yang tak lain sesama wali murid dan tetangganya. Wanita itu, beserta Widodo, suami, dan anggota keluarga lainnya, mengungsi ke rumah neneknya di Gresik, Jatim. Wanita itu awalnya mengungkapkan ke publik bahwa anaknya,AlifahAhmad Maulana (Aam) diminta oleh pihak sekolah “membantu“ teman sekelasnya mengerjakan soal. Anak yang selama ini dikenal cerdas itu kemudian “memandu“ teman-temannya menggarap soal ujian dan hasilnya baik.<br />
<br />
Tapi warga menganggap Siami mencemarkan nama baik desa dan sekolah. Atas hal itu, Siami yang awalnya harus diselamatkan ke kantor polisi untuk menghindari amuk massa, berdalih hanya ingin mengajarkan kejujuran pada anaknya. Demi meredam emosi massa, Dinas Pendidikan dan DPRD bersepakat tidak mempermasalahkan keabsahan ujian karena kasus itu.<br />
<br />
Meyontek massal dianggap tidak ada, yang digunakan tetap nilai seperti biasanya.<br />
Tapi makin pelik, ketika tiga guru yang dianggap bertanggung jawab karena menyuruh Aam memberi contekan saat ujian, diancam dihukum penurunan pangkat satu level. Tapi Mendiknas M Nuh menegaskan tidak ada nyontek massal, dan kementeriannya tidak akan menggelar ujian ulang (S M, 16/06/11).<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><b><span style="color: black; font-style: normal;">Semuanya Korban </span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Kasus Gadel bukanlah yang pertama. Setahun lalu, juga di musim UN, sebuah sekolah SLTA harus mengulang ujian karena lembar jawabannya sama semua. Sama-sama terbukti melakukan contekan massal, bedanya dilakukan via SMS. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Keduanya adalah fenomena gunung es dari runtuhnya sekolah sebagai institusi mulia karena UN. Kasus kecurangan lainnya ditengarai lebih banyak, hanya saja belum tercium media. Dalam bahasa Hermawan Sulistyo, karena malaikat belum membuka aib buruknya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Penyelesaian kecurangan UN yang melibatkan jumlah massal, sejauh ini selalu lemah. Karena itu, kecurangan yang satu menjadi inspirasi bagi kecurangan yang lain. Ada pemeo yang mengatakan </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;">“ if you kill somebody you must be a murder , but if you kill a thousand people it’s mean you are a conqueror.” </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">JIka anda membunuh satu orang berarti anda pembunuh, tapi jika yang anda bunuh ribuan orang anda adalah seorang penakluk. Dalam konteks UN, jika anda sendiri yang mencontek anda terancam tidak lulus ujian, tapi jika yang mencontek satu sekolah, maka besar kemungkinan anda akan diselamatkan. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Hal-hal seperti ini benar-benar membuat nurani kita benar-benar terusik. Bagaimana mungkin orang yang berusaha untuk mempertahankan kejujuran justru teralienasi dan diposisikan sebagai orang yang salah. Bagaimana pula kerumunan massa bisa mengendalikan timbangan keadilan. Dan, bagaimana kecurangan demi kecurangan selalu muncul disetiap musim UN.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Kecurangan guru adalah satu hal, menghukumnya sah-sah saja. Tapi kecurangan guru tidak berdiri sendiri. Kecurangan guru, disebabkan oleh kecurangan besar lainnya, yaitu UN itu sendiri. Meski MA telah memutuskan UN harus ditinjau ulang hingga sampai semua sarana dan infrastruktur diseluruh pelosok nusantara siap, atau dengan bahasa sederhana Indonesia saat ini belum siap menyelenggarakan UN, tapi pemerintah masih saja tetap menggelar UN. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Mahkamah Agung telah menolak kasasi pemerintah. Perkara dengan nomor register 2596 K/PDT/2008 tertanggal 14 September 2009 itu telah memenangkan gugatan warga negara </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;">(citizen lawsuit) </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">terhadap UN. Penolakan kasasi ini berarti menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 6 Desember 2007 yang juga menolak permohonan pemerintah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Sayangnya, celah kelemahan tekstual dari putusan MA ini telah dimanfaatkan sedemikian rupa untuk tetap menggelar UN. Sehingga jelas, kecurangan di sekolah telah </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;">by design</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;"> sejak dari pusatnya. Hukuman terhadap kecurangan sekolah atau guru akan terus ada silih berganti, tidak akan pernah berakhir sampai pokok permasalahannya teratasi, yaitu pemerintah mentaati hukum dan amanat UUD pasal 31 dan amandemennya. Dalam bahasa guyonan santri, disinilah letak </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;">ummul munkarot</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">-nya (akar masalah). </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">AL dan keluarganya, guru SDN II Gadel, dan wali murid yang marah, semuanya hanyalah korban dari pembangkangan pemerintah terhadap hukum dengan tetap menyelanggarakan UN.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><b><span style="color: black; font-style: normal;">Pahami Guru</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;"> Fokus guru di jenjang pendidikan dasar adalah menyiapkan dan menemukan potensi diri anak didik sedini mungkin . Potensi </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span lang="IN" style="color: black; font-style: normal;">inilah</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;"> yang akan menjadi modal utama untuk</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;"> survive</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;"> di kehidupannya kelak. Karena itu, penting bagi guru untuk menghantarkan setiap murid menuju jenjang berikutnya dengan meninggalkan kenangan manis berupa pengalaman belajar yang menyenangkan . </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Disinilah tekanan pertama bagi guru. Sudah menjadi rahasia umum jika format UN/UASBN hanya mencakup akademis saja. Dalam kacamata taksonomi </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;">Bloom</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">, sebagian besar ada pada wilayah </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;">recalling</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;"> atau menghafal. Ini adalah hal yang sangat tidak bisa digunakan sebagai alat mengukur kecerdasan seseorang. Dan dengan realita tidak semua input murid di sekolah memiliki kecakapan akademis, maka guru pun wajib memikirkan murid-murid yang memiliki potensi nonakademis. Anak-anak ini biasanya mengalami kesulitan menghafal, tapi menonjol dalam bidang lain seperti olahraga, seni, dan keterampilan hidup lainnya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Itu sebabnya, jika orang tua murid hanya berpikir yang penting anakku lulus, maka guru yang baik akan berpikir bagaimana caranya meluluskan semua murid, plus catatan dengan kebanggaan dan memori yang baik. Di titik ini, sangat manusiawi jika guru kemudian tergelincir dalam metode. Sebab, dalam kacamata guru, masa depan murid jauh lebih penting untuk dipersiapkan ketimbang terjebak dalam kesuntukan UN/UASBN.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Tekanan ini kemudian semakin bertambah besar dengan tuntutan dari orang tua-masyarakat, dan juga dinas pendidikan setempat bahkan kepala daerah. Prestis, keberlangsungan sebuah sekolah, dan prestasi jabatan adalah motivasi besar di sekitaran UN yang kemudian bermunculan, menjauh dari konteks memajukan pendidikan anak. UN telah melayukan pendidikan karakter sebelum berkembang menjadi bunga. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Padahal sebenarnya, sebagus apapun hasil UN sama sekali tidak mencerminkan keberhasilan pendidikan di Indonesia. Yang ada malah sekolah menjadi lebih mirip bimbingan belajar. Sudah jamak di sekolah-sekolah pada semester terakhir kehilangan suasana belajar yang kondusif. Waktu yang ada dimanfaatkan untuk mensiasati soal-soal UN. Alhasil, anak-anak didera ketegangan dan </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black;">stressing </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">yang tinggi menjelang UN. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Kasus Gadel sebenarnya representatif dari kondisi sekolah-sekolah di Indonesia. Jika kita mau jujur, barangkali kita akan terbelalak menghitung jumlah sekolah yang diam-diam melakukan kecurangan, karena teramat banyaknya. Tahun ini, angka kelulusan UN secara nasional hampir mendekati 100 %. Sukses besar tentu saja, tapi kesuksesan yang harus dibayar mahal karena menukarnya dengan kejujuran dan keadilan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Karena itu, guru yang dihukum karena mengajari curang bisa dimaklumi. Guru yang ksatria mengakui kesalahan dan ikhlas menerima hukuman juga patut diacungi jempol, karena masih dalam koridor pendidikan, hal positif yang masih bisa dicontoh. Orang tua yang mengajarkan kejujuran pada anaknya, adalah sebuah kesemestian. Tapi, pengusiran warga kepada orang tua yang mendidik anaknya kejujuran adalah sebuah anomali. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Barangkali warga Gadel tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan dua kekeliruan sekaligus. Pertama, penyerangan terhadap nilai kejujuran. Ketakutan berlebih yang dibungkus dengan tuduhan pencemaran nama baik itu terlalu </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span lang="IN" style="color: black; font-style: normal;">berlebihan</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">. Seharusnya, wali murid turut berada di gerbong Ny. Siami mengawal agar kejujuran ditegakkan di sekolah</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span lang="IN" style="color: black; font-style: normal;">.</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;"> Dan yang kedua, </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span lang="IN" style="color: black; font-style: normal;">pelanggaran HAM karena m</span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">engusir seseorang dari rumah pribadi dan kampung halamannya sendiri tanpa </span></span><span class="MsoSubtleEmphasis"><span lang="IN" style="color: black; font-style: normal;">dasar yang jelas. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="MsoSubtleEmphasis"><span style="color: black; font-style: normal;">Menurut Ketua IGI Pusat, Satria Dharma,jika kita terus menerus menutup mata kita terhadap kecurangan demi kecurangan maka pada hakikatnya kita sendiri adalah pelaku kecurangan itu sendiri. Dalam konteks ini, AL seharusnya mendapatkan perlindungan fisik dan psikologikal. Ia mesti bangga dengan kejujuran yang ditegakkan keluarganya. Ia layak mendapatkan Award untuk kejujuran. Karena nilai kejujuran inilah yang harus dimiliki bangsa jika ingin terbebas dari belenggu korupsi yang telah mengurat daging.</span></span> []</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">(note : versi edited dimuat di <a href="http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/06/17/149879/Jujur-dalam-Menyontek">Suara Merdeka</a>) </div>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-20196471007639030272010-11-19T10:10:00.000+07:002010-11-19T10:10:11.967+07:00Review untuk DTKAntologi Puisi DTK telah diluncurkan...<br />
dan alhmdulillah respon dari pembaca sejauh ini baik.<br />
Beberapa diantaranya bahkan sempat menuliskanreview singkat,<br />
seperti Bu guru Hindraswari dalam blognya (http://enggar.net/2010/11/18/dialog-tanpa-kata/) dan Bu guru Aeni dalam notes FBnya.<br />
<br />
Berikut review Bu Hindraswari Enggar yang juga penulis buku TIK untuk SD Terbitan Erlangga ini :<br />
<br />
“Kata adalah … inspirasi<br />
ia bisa melahirkan banyak energi<br />
untuk menebar rahmah di muka bumi<br />
<br />
Kata adalah … abadi<br />
meski waktu bisa mengubur diri<br />
tapi gaungnya tidak akan pernah mati”<br />
<br />
Prosa di atas saya kutip dari buku Dunia Tanpa Kata, yang ditulis oleh kawan maya saya Doni Riadi dan muridnya Fina Af’idatussofa. Penggalan prosa di atas mengingatkan saya pada nukilan kalimat berikut ini. “Scripta manent verba volant. Yang tertulis akan tetap tinggal, yang diucapkan lenyap bersama angin.”<br />
Itulah kekuatan sebuah tulisan. Tulisan juga bisa mengubah dunia. Tulisan yang baik, dan mencerahkan pembacanya bisa menjadi rahmat bagi semesta pun sebaliknya.<br />
<br />
Rangkaian kata berbentuk puisi atau prosa selalu menyenangkan untuk disimak. Ada pesan-pesan tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pun ungkapan hati penulisnya. Kadang kata-kata itu begitu melekat dan menyatu dengan kehidupan kita sendiri.<br />
<br />
Kumpulan prosa dan puisi ini banyak bercerita sebuah rasa. Cinta. Cinta kepada Sang Khalik. Cinta kepada sahabat, sesama dan alam semesta.<br />
<br />
Puisi semacam pesona. Setiap rangkaian kata indahnya mencerminkan jiwa kita sendiri.<br />
<br />
“bukan pada maya atau nyata<br />
sebab maya bisa begitu nyata<br />
dan nyata bisa menghilang maya<br />
yang utama adalah<br />
kita bisa menjadi sahabat<br />
sejatinya<br />
selamanya<br />
pada maya<br />
pada nyata” (Maya dan Nyata)<br />
<br />
Teruntuk kawan maya saya, Pak Doni, selamat atas terbitnya buku Antologi Puisi ini. Semoga seperti harapan Anda, buku ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Dan sukses untuk buku-buku berikutnya.<br />
<br />
---<br />
<br />
Review dari Bu Aeni yang seorang guru di Sekolah Alam Ar-Ridho dan mengampu Ekskul Menulis:<br />
"Membaca dialog tanpa kata membuat bibirku terbungkam,karena ketakjuban dari setiap ungkapan yg menyejukkan.Setiap hurufnya mengalir memberikan banyak makna,hingga tak perlu kata untuk membuat makna.Cinta dan kerinduan terangkum dalam kagum,hingga membuatku terkagum-kagum.,."doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-4233732434041927212010-09-22T18:56:00.000+07:002010-09-22T18:56:12.207+07:00Sale on Demand : Antologi Puisi DIALOG TANPA KATA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz6-iA6GQy9a2IzHHj-dvT3HuJ56EjLlItrdvkHY7hnONW-mAB3fPIZslhN-Z_KQR9-IOr9wwuQkSCc9ky_NSHHlsM_PvlKRHWLk4R6gXTRa3w6ThK3WBpo3-TSCSQdRl__1uJ8w/s1600/promo+dtk2+grey2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz6-iA6GQy9a2IzHHj-dvT3HuJ56EjLlItrdvkHY7hnONW-mAB3fPIZslhN-Z_KQR9-IOr9wwuQkSCc9ky_NSHHlsM_PvlKRHWLk4R6gXTRa3w6ThK3WBpo3-TSCSQdRl__1uJ8w/s320/promo+dtk2+grey2.JPG" width="206" /></a></div><br />
<strong>Buku ini ditulis teruntuk Sahabat Sejati</strong>…, yang bisa mendengar kata-kata yang tak mampu terucap.<br />
<br />
Dialog Tanpa KATA pada dasarnya merupakan kumpulan dialog imajiner. Puisi atau prosa di lembar halamannya tidaklah berdiri sendiri namun merupakan sebuah kesatuan rangkaian cerita. Ini adalah “novel” dalam bentuk syair-syair.<br />
Dialog Tanpa KATA pada dasarnya dimaksudkan untuk menjadi teman dalam masa pertumbuhan & pergolakan remaja dan siapa saja yang terus berusaha menemukan jati diri khususnya dalam diskursus pencarian ilmu, cinta dan persahabatan, alam semesta, dan kuasa Allah pada mahkluknya.<br />
Dialog Tanpa KATA adalah karya kolaborasi murid dan guru yang sama-sama menyukai embun pagi. Perspektif dari perpaduan dua dimensi umur, membuat tiga masa : lalu, kini,dan masa depan, menjadi sebuah lingkaran terhubungkan.<br />
<br />
<blockquote>"Lewat kata, aku berucap dalam kebisuan,<br />
lewat do’a kusampaikan pesan tanpa hinggap di pendengaranya,<br />
lewat mata hati aku bisa melihatnya.<br />
Jika tak ada kata,,,<br />
Mungkin aku tak kan mengenalnya sama sekali."</blockquote><br />
[fina, dalam LEWAT KATA hlm. 35 DTK]<br />
<br />
___<br />
<br />
<strong>DATA BUKU :</strong><br />
Ukuran : A5<br />
Tebal : 125 hlm<br />
kertas : hvs putih<br />
cover : softcover glossy<br />
Price : Rp. 40.000<br />
(plus ongkos kirim 10rb utk dalam pulau Jawa dan Rp. 15.000 untuk luar Jawa.)<br />
waktu pemesanan paling lambat untuk cetakan kali ini : 30 September 2010<br />
<br />
<strong>UNTUK PEMESANAN :</strong><br />
silahkan kirim sms ke 0813 9099 1444 berisi nama dan alamat.<br />
setiap pngirim SMS akan diberi no. rek. untuk transfer dana pembelian.<br />
atau bisa juga melalui tag di catatan ini , dinding atau pesan di FB ini.<br />
Ada diskon untuk pembelian jumlah tertentu.<br />
<br />
<strong>Data Pemesan hingga hari ini (21/09/2010) :</strong><br />
1. Saiful Alaina , UTY, 1 eksp.<br />
2. Bahruddin, Qaryah Thayyibah, 50 eksp.<br />
(update pkl 21.00)<br />
3. Hindraswari enggar, Jakarta, 1 eksp<br />
4. Edo Segara, Jogjakarta, 1 eksp<br />
(update 22/09/2010)<br />
5. Achmadi, Sidoarjp, 1 eks<br />
6. Hartatik, Spalza Semarang, 1 eksp<br />
7. Aeni , Ar-Ridho Semarang, 1 eksp<br />
8. Arnida, Semarang, 1 eksp<br />
9. Imam Sardjono, Semarang, 1 eksp<br />
<br />
<br />
doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-54515919943827001272010-05-05T15:56:00.000+07:002011-05-05T16:04:44.947+07:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilUlZzxxZ5LqKuU6CEH5ux5K9m73VC3ucnkqrh3gc6wk9Z-9_FOGT2LJmOg8AxZ13cO_2l33m-twWS6RueL-e9iFa_vw2iVTFSSLQuPpoNBrBY1UFyvmVMHL8KLsbH7zfqawJxiQ/s1600/wallpaperharianak2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilUlZzxxZ5LqKuU6CEH5ux5K9m73VC3ucnkqrh3gc6wk9Z-9_FOGT2LJmOg8AxZ13cO_2l33m-twWS6RueL-e9iFa_vw2iVTFSSLQuPpoNBrBY1UFyvmVMHL8KLsbH7zfqawJxiQ/s320/wallpaperharianak2.jpg" width="320" /></a></div>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-6511583434252777562010-01-16T21:50:00.000+07:002010-01-16T21:50:19.273+07:00Bindung dan Dandung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyK30opLIw_59E6l9CkDkRYcupTBGYVbvOOCmin6r6ZodPBrebrOVU_Ahz1VGe6uyzceE8Ie7_pvBKpDc5VCRY3tPDWWqNFLrgI8OuDd6Cxwt8Wcfv_YMzLfuZk0qOTPe_BRvMxg/s1600-h/dani-spiderman2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyK30opLIw_59E6l9CkDkRYcupTBGYVbvOOCmin6r6ZodPBrebrOVU_Ahz1VGe6uyzceE8Ie7_pvBKpDc5VCRY3tPDWWqNFLrgI8OuDd6Cxwt8Wcfv_YMzLfuZk0qOTPe_BRvMxg/s320/dani-spiderman2.jpg" /></a><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Penenang hatiku : si Bindung dan adiknya, ... si Dandung <br />
</div>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-46661766612986262432010-01-14T20:41:00.002+07:002010-01-16T07:05:47.901+07:00Sebuah Renungan : MENGUAK RAHASIA HIJAU DAUN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkYMse82pOhOlK0RpMQQ17oL2o2u7pM3ek4dN7vOia5l_QXDUDrGtj-9txrdyFH9_VijhMKQA0l-VSG-uHgd3BJKYMUVg7ZgL9bfUoynY7i4bnHwWYelFcEaENLAvBYFzf6k4U4g/s1600-h/dewdrop4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkYMse82pOhOlK0RpMQQ17oL2o2u7pM3ek4dN7vOia5l_QXDUDrGtj-9txrdyFH9_VijhMKQA0l-VSG-uHgd3BJKYMUVg7ZgL9bfUoynY7i4bnHwWYelFcEaENLAvBYFzf6k4U4g/s320/dewdrop4.jpg" /></a><br />
</div>Pada status di FB sebelumnya, aku sempat melontarkan pertanyaan, ada apa dengan warna hijau pada daun...mengapa kloroplast memilih warna hijau? mengapa hanya tanaman yang mampu menghasilkan oksigen (udara bersih) ?<br />
<br />
***<br />
<br />
Pada titik-titik tertentu, banyak pertanyaan yang kemudian berhadapan dengan sesuatu yang bernama: ketetapan Allah. Manusia tentu saja tidak mampu dan tidak berada pada domain "Pencipta", sehingga ada banyak hal yang kemudian hanya bisa dijelaskan oleh manusia dalam batasan "dicipta" yaitu mereka-reka: how to (cara kerja ilmiah sebuah ketetapan) dan why (mengapa diciptakan, terutama dalam konteks hikmah dan kemanfaatan). <br />
<br />
Dalam kata lain, Sains (ilmu pengetahuan), bisa mengenalkan kita kepada Dzat MAha Pencipta, dan berlaku pula sebaliknya, mengimani Maha Pencipta akan membawa kita pada pengembangan sains.<br />
<br />
Pertanyaan tentang hijau daun itu, telah menggiringku kepada sebuah perenungan, sebuah tafakkur alam. Dan kemudian kutemukan jawabannya (versi diriku sendiri, yang dhoif). Jawaban itu ketemukan tidak dalam kondisi menyengaja berdiam diri, menyepi atau menyendiri, melainkan dalam kondisi ramai ditengah riuh rendah suara celoteh murid-muridku dikelas 3 SD. <br />
<br />
Ya, sebuah foto pada almanak (kalender) di dinding kelas kelas 3C telah mencuri perhatianku. Bahkan ketika aku bercerita tentang Candi Prambanan kepada mereka, sesungguhnya pikiranku sedang bekerja memproses citra yang masuk sekelebatan, dan pada detik yang kesekian akhirnya menghasilkan ouput alternatif jawaban. <br />
<br />
Itu adalah foto yang memuat sebuah pohon besar hijau berlatar langit biru berarak awan putih dan dibawahnya dikitari padi menguning dan jalanan tanah coklat basah. Beberapa petani dengan beragam warna baju mengayuh sepeda onthel diatas jalan tanah itu. Itu adalah foto yang diambil ketika 'golden hours'... ketika intensitas matahari masih bersinar lembut. Itu, ketika pagi mulai menjelang, di sebuah desa antah berantah...<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<b>Harmonisasi alam</b><br />
Hijau daun adalah bukti tak terbantahkan dari sebuah kesempurnaan penciptaan. Bahwa pada dasarnya, alam senantiasa HARMONI. <br />
<br />
Hijau adalah alternatif warna terbaik bagi tanaman. Sebab Biru, beserta gradasi warnanya telah menjadi warna langit dan lautan. Langit adalah sebuah cermin bagi lautan, dan lautan adalah cermin bagi langit. Di angkasa luar, dimana tiada udara, langit sesungguhnya berwarna hitam gulita, udaralah yang menjadikan warna langit terlihat biru. Langit biru hanya ada di bumi, langit biru tidak ada di bulan, sebab di bulan hampa udara. Kehampaannya itu membuat gulita langit, bahkan sunyi senyap, karena tidak ada suara yang bisa terdengar di lingkungan hampa udara. Suara merdu anak mengaji hanya bisa terdengar di bumi. <br />
<br />
Warna coklat, berikut gradasinya telah menjadi warna tanah dan daratan. Coklat muda, coklat tua, abu-abu dan hitam bahkan merah bata, adalah warna tanah. Masing-masing warna tanah mewakili karakteristiknya sendiri-sendiri, dan dari sana, manusia memahami mana tanah yang subur bagi mereka untuk bercocok tanam.<br />
<br />
Bagaimana dengan warna cerah? Warna cerah adalah warna milik bunga. Warna cerah bunga akan semakin berkarakter dalam sokongan warna hijau daun-daun...Mawar merah, melatih putih, anggrek ungu , orange tulip, dan ribuan bunga lainnya menjadi nampak indah dalam 'background' hijau tanaman dan perdu. Bahkan tetes embun yang bening tanpa warna pun menjadi bercahaya bertakhta ujung hijau daun.<br />
<br />
Hijau pada tumbuhan adalah warna mediasi diantara dua kutub langit dan bumi (tanah). Hijau pada daun masih nampak hijau jika harus dipaksa berlatar langit biru, dan juga jika dilihat dari langit, masih bisa nampak hijau jika dipadankan dengan coklat tanah. Bahkan lebih jauh lagi, gradasi warna hijau memiliki makna sendiri. Hijau muda untuk daun muda atau bakal daun, hijau pekat untuk daun produktif. Daun tua diwakili oleh hijau kekuningan, hingga kecoklatan dan sama sekali menjadi sewarna tanah jika ia telah jatuh ketanah. Tanaman empat musim yang berwarna-warni (daun maple misalnya) pun pada akhirnya akan berwarna tanah ketika ia kemudian telah jatuh berguguran menyatu dengan tanah. Pohon menghormati tanah tempatnya berpijak dengan menyerahkan daun-daun yang telah gugur kepada tanah, untuk menjadi tanah...<br />
<br />
<br />
<b>Satu-satunya Produsen Oksigen.</b><br />
Hijau mewakili simbol kehidupan. Memberi efek kesegaran. Jutaan tahun sebelum manusia pertama diturunkan ke bumi, dan sebelum hewan pertama lahir ke bumi, tumbuhan telah lebih dulu bercokol di bumi. Tumbuhan menjadi indikator sebuah lingkungan layak huni. Begitu bumi telah ijo royo-royo, dan langit telah terlihat biru, itu berarti barulah bumi siap menampung makhluk bernama manusia. Sebagaimana namanya, tumbuhan...tumbuh...adalah icon sebuah cikal bakal nafas kehidupan.<br />
<br />
Hanya daun yang bisa memproses racun di udara (karbondioksida), sebagai hasil kerja manusia (yang hanya bisa menyampah dan meracuni udara), setelah bereaksi dengan air, menghasilkan karbohidrat dan udara (oksigen) bersih. Kandungan karbohidrat ini, yang kemudian dilahap oleh dua makhluk lainnya, manusia dan hewan sebagai makanan, berikut udara, sebagai fasilitas gratis cuma-cuma dari tanaman. 3 menit saja menutup hidung dari akses udara, manusia sudah berada dititik nadir antara hidup dan mati. Dalam konteks 'kelemahan' ini, mengapa manusia kemudian merasa dirinya sebagai mahkluk paling kuasa atas makhluk lainnya?<br />
<br />
Artinya jelas, tumbuhan ditetapkan sebagai satu-satunya penghasil oksigen, adalah sebagai alat kontrol terhadap nafsu keserakahan manusia. Keserakahanlah yang pada dasarnya membawa manusia menuju binasa. <br />
<br />
Saya tak bisa membayangkan jika di masa mendatang, saat populasi manusia terus berkembang, lalu tanah-tanah yang tersisa digunakan sebagai pemukiman, industri, jalan, dan lain sebagainya yang intinya menjadikan tumbuhan sebagai makhluk langka. Atau saat pohon terakhir ditebang, dan sungai terakhir kering, maka mungkin manusia akan saling berperang untuk sekedar mendapatkan sehirup dua hirup udara yang sudah dikemas sedemikian rupa dalam kemasan.<br />
<br />
Harus ada negara di jalur khatulistiwa, tempat hutan hujan tropis berada (Indonesia contohnya), sebagai pusat kekayaan keragaman hayati dan hewani dunia berada, yang mengalah bertahan menjadi negara bukan industrialis dan tetap pada karateristiknya sebagai negara agraris. HUtan itu mestinya tetap menjadi hutan, sebab begitu godaan industrialis itu dipenuhi maka, hutan-hutan itu akan menjadi musnah, terganti oleh cerobong-cerobong asap pabrik dan emisi karbon pun meningkat pesat tanpa ada kekuatan penetral alaminya, yaitu tumbuhan. Pada saat ini terjdi, mungkin kiamat kecil telah tiba.<br />
<br />
Maka, sungguh mulia, mereka yang menanam, atau yang mempertahankan sebuah tanaman hijau agar tetap hidup, karena artinya mereka telah membangun pabrik oksigen di muka bumi. Dalam konteks ini, jujur saya kemudian berkaca-kaca ketika manusia modern atas nama ekspansi tempat tinggal, kemudian menghancurkan pohon terbesar dan tertua di film Avatar, terlebih penghancurannya dengan rudal dan bom, sebagai keterwakilan majunya sains dan teknologi. Bumi tidaklah butuh bom, tapi butuh sebanyak-banyaknya tanaman hijau... Padahal itu dalam film, kenyataan kerusakan yang ada dibumi berkali-kali lipat adanya. sehingga tidak terkatakan kesedihan yang seharusnya hinggap di hati setiap manusia setiap kali mengingat kerusakan ini.<br />
<br />
***<br />
<br />
Begitu banyak rahasia di muka bumi, <br />
semakin terkuak semakin menguatkan kecintaan Allah kepada manusia, <br />
sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim-Nya menjadi makin tak terbantahkan<br />
"Maka nikmat Kami manalagi yang engkau dustakan?"<br />
<br />
<i>(ditulis sebagai : guru sekolah alam ar-ridho)</i>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-72269158180762818442009-11-01T07:58:00.000+07:002009-11-01T07:58:00.134+07:00Hukum Posesivitas...(pertarungan abadi Angel and Devil)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjToRLUriAJIZIlurJ54PmPh-lZDx3Qt5LB030itx-OncWpUM8RkVD1uSYdUDntvStdVneM8NNiluDaacr7KiiUN9lU0JBA_FOL5uVc5eBwERUOQk8s7Yo_DtiLyA7lLeOGjK6yhw/s1600-h/devilmainae807a87-e081-227f-dad367ce15cb7297large2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjToRLUriAJIZIlurJ54PmPh-lZDx3Qt5LB030itx-OncWpUM8RkVD1uSYdUDntvStdVneM8NNiluDaacr7KiiUN9lU0JBA_FOL5uVc5eBwERUOQk8s7Yo_DtiLyA7lLeOGjK6yhw/s320/devilmainae807a87-e081-227f-dad367ce15cb7297large2.jpg" /></a><br />
</div>bismillah,<br />
<br />
Benar adanya...,kejujuran alias as-sidqie alias honesty berbuah ketenangan jiwa.<br />
sore ini (31/11), aku baru saja mempraktekkanya.<br />
<br />
I beat the the devil...!<br />
<br />
ceritanya,<br />
aku menemukan sebuah hape. <br />
hape bagus, nda... <br />
<br />
Aku menemukannya setelah ngajar eskul fotografi anak-anak SMP SAA. <br />
Atau lebih tepatnya, setelah perjalanan ke "Madura", alias potong rambut gitu lox..<br />
<br />
Saat ditemukan, hape-nya berantakan. Batere dan chasingnya lepas. Maka, kurangkailah dia.<br />
Ternyata itu tipe hape high end. colour...dual band (dual simcard), bisa dengerin radio fm, ada mp4 playernya, ada cameranya, dan screennya lebar...<br />
<br />
Langsung deh, dua 'makhluk' pada nyamperin...<br />
yang satu merah dan bertanduk , pake tombak...<br />
nyang satunya lagi, putih-putih ada sayapnya di punggungnya<br />
(halah..! iki kakean nonton film Holywood yo..^_^. Visualisasi setan dan malaikat yang keliru keblinger)<br />
<br />
si Devil, sebut saja begitu, dengan tangkas bilang," Rezeki, boss!"<br />
si Angel, tangkas pula menukas, "Rezeki gundulmu kuwi! Bukan hakmu yooo...wek 'e uwong yo.."<br />
dan bla...bla...bertengkar beradu argumenlah mereka....<br />
<br />
Simaklah, satu petikan dialog mereka,<br />
Devil, berpendapat, "itu resiko orang lalai, tidak hati-hati memelihara aset yang diamanahi oleh Allah padanya. Kalo ditemukan orang, yo berarti orang itu udah dipilih untuk ganti merawatnya. Sing Menemukan yo pewaris sah barang ilang".. Weleh, maut nda, kalimate...<br />
<br />
Angel tak mau kalah,"yang namanya manungso kuwi, tempat lalai dan khilaf. Yo, dikasih kesempatan buat memperbaiki diri to yo...Balekno lan dinasehati, ojoh maneh-maneh..." Prikitiw...arif lan wicaksana.<br />
<br />
Singkat cerita,<br />
terbingung-bingunglah si manusia, harus memilih di antara dua pilihan. <br />
Antara memilikinya atawa mengembalikannya..<br />
<br />
Sebuah 'blink', alias bola lampu ala Alfa Edison kemudian muncul di kepala. Terhamparlah wajah-wajah sedih para manusia malang yang sedang terkena musibah kehilangan.... Mungkin saja mereka telah bekerja keras siang dan malam, banting tulang, dan menabung sedikit demi sedikit untuk bisa memiliki benda yang diidamkan, namun kemudian hilang dalam sekejapan. <br />
<br />
Jujur, teringat pula saya, pada seorang murid saya nun jauh disana, yang kehilangan hape-nya dengan sengaja alias kecopetan...deritanya, kesulitannya, tanpa memegang alat komunikasi itu terlihat kentara. Alhamdulillahnya, dasar ia orang beriman, meski kehilangan sesuatutapi tetep saja dimaknai positif... ya, minimal jadi lebih bisa menjaga fitnah dunia...hihi..^_^<br />
<br />
Maka, turunlah keputusan untuk mengembalikannya. Mesake' yo..., wis koyo ngono kuwilah intinya.<br />
<br />
Tapi, blais...<br />
Hapene di kunci password yoo....baterene low batt sisan.. <br />
Jadi, tak bisa lihat tuh isi hape untuk cari tahu siapa pemiliknya.<br />
Akhirnya kuambil simcardnya dan dibuka hapeku yang low end alias jadul itu...kekeke...<br />
<br />
maka, pada seseorang pengirim pesan terbanyak dalam simcard itu, kukirim berita penemuan itu. (wezzz..koyo opo wae..)<br />
<br />
dan lihatlah,<br />
tak selang beberapa lama,<br />
dihadapanku kini terpancar raut muka gembira...<br />
dia adalah sang pemilik hape...<br />
lucunya lagi, <br />
jebule pemiliknya koncone dhewe...alias wong kito pulo...<br />
bukan orang asing yang jauh<br />
hihi...<br />
gembira juga akumelihat wajah gembira.<br />
<br />
Aneh, sedesir ketenangan kemudian menghampiri hatiku. Apkah itu karena si Devil merah bertanduk dua itu angkat kaki pergi? <br />
<br />
Sang empunya kemudian berpamitan, seraya mengucap terima kasih.<br />
Ehhh, 2 jam kemudian balik lagi ke rumah....<br />
ono opo maneh?<br />
owalah, rupanya dia datang sambil membawa sekeranjang buah-buahan...<br />
hahaha...aya-aya wae...^_^<br />
ya sudah, matur nuwun kami ucapkan balik.<br />
<br />
Sebuah premis baru tercipta, dalam sudut pandang tertentu, lebih baik kehilangan sesuatu untuk tetap memiliki sesuatu.Lebih baik memilih kehilangan sesuatu (yang bukan hak saya) agar bisa tetap memiliki Iman di dada. Kita akan kehilangan iman ketika, persis kita mengambil dan memiliki sesuatu, yang bukan milik atau hak kita untuk memilikinya. Posesivitas sejati, rasa kepemilikan sejati, justru dimiliki oleh orang yang ikhlas menghilangkan/kehilangan sesuatu. <br />
<br />
Maka, dalam konteks ini, petuah Khalifah Ali ada relevansinya. Khaqlifah Ali berkata, "Orang yang kuat, menjadi lemah dimataku, ketika aku berusaha mengambil sesuatu darinya yang bukan menjadi haknya. Orang yang lemah, menjadi kuat dimataku, ketika aku berusaha mengembalikansesuatu yang seharusnya menjadi haknya.<br />
<br />
Maka, pertanyaan lain datang. "Di negeri kita ini, lebih banyak orang kuatnya atau orang lemahnya?"<br />
<br />
Thus, tiba-tiba sekelebatan ide mampir dikepala,<br />
hape ini hanyalah barang sepele,<br />
tapi bisa jadi inii hanyalah sebuah miniatur.<br />
ada banyak pertarungan antara Angel dan Devil, baik dan buruk, di kehidupan ini. <br />
Mungkin malah dalam bilangan dan volume yang lebih besar.<br />
Klaim-klaim pemilikan, pengambilan paksa hak-hak orang lain , terlebih hak-hak kaum miskin, perampokan, penipuan, korupsi...semuanya bersumber pada tabiat manusia terhadap nafsu kepemilikan atawa posesivitas semu. Sesungguhnya ini adalah jalan buntu, jalan menjadi orang yang lemah. <br />
<br />
maka, doanya, semoga kita semua. diberkahi kemudahan dalam mengakses rezseki yang halal dan thoyyib. Pertarungan abadi itu akan selalu ada, hingga menyisakan satu pemenang. Bilamana hari ini kita kalah, semoga esok-esok kita ganti menjadi pemenangnya...<br />
<br />
<span> (nuhun pisan, untuk bahasanya teh, campur aduk...lagi pingin menulis bebas. dan nuhun pula supaya tidak dibaca sebagai ujub, semata hanya untuk saling sharing aja..tawashawbilhaq wa tawashawbilmarhamah...begi</span><br />
<div class="clear_left"><wbr></wbr><span class="word_break"></span>tulah kiranya. )<br />
<br />
Doni telah bicara. howgh!<br />
</div>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-16952155619995772662009-10-29T19:11:00.001+07:002009-10-29T19:15:32.650+07:00Otokritik : Bangga Berbahasa Indonesia?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAY5EH4NgaTavAgLt_Klp8yIYhj884nRh_Y7Ow5tl0BVT4kjQbZWZHRr5UTGMk5J6Ob1NgiBZzZ-jKnrY3rHXG1hnq3K7QWlWuLocWqlAgb8xhNS67CGe-PEitNn8JgxCckaFuFg/s1600-h/Feather+Pen+scan.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 225px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAY5EH4NgaTavAgLt_Klp8yIYhj884nRh_Y7Ow5tl0BVT4kjQbZWZHRr5UTGMk5J6Ob1NgiBZzZ-jKnrY3rHXG1hnq3K7QWlWuLocWqlAgb8xhNS67CGe-PEitNn8JgxCckaFuFg/s320/Feather+Pen+scan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5397994383522430290" border="0" /></a><br />Semua gundah mengumpul hari ini. Membentuk gunung berapi, dengan magma laten yang menggelegak. Tapi, aku tak hendak membaginya semua, sebahagian juga tidak, hanya satu saja.<br /><br />Yaitu tentang keganjilan dari banyaknya 'tagline' "Bangga Berbahasa Indonesia". Bahkan ada iklannya pula. Satu halaman koran. Dalam rupa 'hape' tersodor ke muka. Seakan hendak berkata, "Nih, Baca! Gue bangga Berbahasa Indonesia".<br /><br />***<br /><br />Mungkin terasa mulia dan tak ada salahnya. Tapi, sebenarnya itu menunjukkan kesempitan cara kita berpikir dalam konteks kecintaan terhadap bahasa nasional. Slogan-slogan begini, makin menguatkan saja premis bahwa negeri ini adalah negeri slogan alias simbolistik.<br /><br />Dalam konteks kekinian, teriakan "Aku Cinta tanah air" saban 17-an, atau "Bangga berbahasa Indonesia" saban 28 Oktober, menjadi kehilangan makna, terutama bila menilisik apa yang kita lakukan sehari-hari sama sekali tidak mencerminkan kecintaan kepada negeri atau bahasa nasional.<br /><br />Itu setara, dengan konferensi pers yang digelar "markas buaya" yang menggaungkan bahwa tidak ada upaya mengkriminalisasi "Cicak", namun prakteknya para cicak harus masuk bui hari ini (29/10).<br /><br />Atau setara dengan kalimat gombal "I love you" yang dijual obral. Padahal, sejarah mencatat cinta yang melegenda adalah cinta yang diungkapkan dengan indah tanpa kata.<br /><br />Dalam efek buruk yang lebih buruk. Tagline "Bangga Berbahasa Indonesia" itu membawa dampak menurunnya semangat pemuda-pemuda Indonesia untuk mempelajari bahasa-bahasa dunia. Tak ada yang meragukan ke-Indonesiaan alm. Hatta atau Natsir. Mereka adalah contoh nyata, pemuda Indonesia yang memiliki banyak kemampuan berbahasa. Dan beliau-beliau itu memulainya dengan belajar bahasa, tanpa pernah mengatakan secara verbal "Aku Bangga Berbahasa Indonesia". Sebab, kebanggaan itu adalah sesuatu yang tertanam di hati dan terpancar melalui tindakan. Omongan 'toktil' tak memberikan sumbangsih apapun terhadap kemajuan bangsa dan bahasa Indonesia.<br /><br />Maka, betapa sedihnya saya, ketika seorang murid saya (semoga hanya terjadi pada saya) mengatakan bahwa ia tak hendak belajar bahasa asing, karena ia hanya cinta Indonesia dan hanya ingin belajar bahasa Indonesia. Mungkin saja ia berdalih dan berlindung dibalik kata-kata magis "Bangga Berbahasa Indonesia" padahal sejatinya ia mengalami kesukaran menguasai bahasa asing. Tapi apapun itu, tanpa disertai pencerahan yang memuaskan, slogan "Bangga Berbahasa Indonesia" berpotensi menyesatkan.<br /><br />Sekarang, sudah tidak lagi relevan mencintai bahasa Indonesia hanya dengan slogan-slogan semata. Kecintaan kepada bahasa nasional justru ditampakkan oleh orang-orang yang selama ini tidak banyak 'berkoar-koar" namun menunjukkan kerja nyata. Berapa banyak kitab-kitab dan buku berbahasa asing yang kini bisa dinikmati dalam bahasa Indonesia. Kita berhutang pada mereka, pada para penerjemah itu. Berkat kegigihan mereka mentransformasi pengetahuan ke dalam bahasa Indonesia, kita dapat dengan mudah menyesapi ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya. Perhatikan, mereka bisa melakukan semua itu, karena dulunya mereka belajar bahasa asing tersebut. Dan saat mereka belajar bahasa asing, pasti tidak hanya sekali dua, mereka bertutur dan menulis tidak dalam bahasa Indonesia melainkan dalam bahasa asing.<br /><br />Atau sebaliknya, tulis saja karya-karya besar dalam bahasa Indonesia. Ciptakan syair-syair yang mendunia. Menangkan nobel! Itu relatif lebih masuk akal, ketimbang menyodorkan hape ke muka (meski 'message'nya Indonesia tapi toh teknologi didalamnya milik Finlandia. Note : saya sama sekali tak hendak mendiskreditkan bintang iklan atau vendor hape).<br /><br />Atau dengan memperbanyak ajang-ajang bertemunya karya sastra dan penghargaan dibidang bahasa/sastra di kalangan pemuda, yang belakangan ini main tergerus oleh budaya 'pop culture' dan hedonisme. Mereka yang bergerak di belakang layar inilah para pejuang bahasa sesungguhnya.<br /><br />***<br /><br />Dalam kukungan kolonial, para pemuda 1928 telah membuat sebuah terobosan, 'breaking the rule', dengan menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional. Sebagai media pemersatu atas beribu bahasa yang ada di tanah air. Maka pemuda di masa kini, seharusnya telah memasuki tahap berikutnya: menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa global. Tidak lagi bicara dalam konteks nasional, melainkan universal.<br /><br />Dan Universalitas membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas global. Salah satu indikatornya adalah menghargai cara manusia berhubungan satu dengan yang lain, alias menghargai bahasa. BUkankah diciptakan manusia dalam beragam ras, beragam warna kulit, dan kebangsaan, untuk saling mengenal satu sama lain dan bersilahturahim diujung tujuannya.<br /><br />Maka jIka disodorkan pertanyaan, "lalu apa solusi dari anda?". Maka, saya akan menjawab : Saya bangga berbahasa Indonesia. Bangga pula berbahasa daerah. Juga bangga berbahasa Asing. Bahkan saya bangga berbahasa tanpa bahasa, yaitu bahasa nonverbal alias bahasa tubuh alias bahasa gestur. Saya bangga berbahasa. Saya bangga berbudaya. Saya bangga menjadi hamba, menjadi bagian dari sebuah sistem universalitas nan sempurna (syaamil wa muttakamil). []doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-68570405129935202122009-09-19T22:15:00.003+07:002009-09-19T22:24:15.170+07:00Met Idul Fitri 1430 H<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1sCA3GYKwKiEQuhZhN7u8GYCKHEj1ip3Sgc_r1hQXEPBmpX1Mec-XO8P_lqU10cFqLm_fyXyRxENS5d8WlisyPuUNu7qJIZgxtIhJH7aO38YAJ59QmLWQRm40VkZtiM1uNpIdqQ/s1600-h/kartu-lebaran-copy3.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 272px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1sCA3GYKwKiEQuhZhN7u8GYCKHEj1ip3Sgc_r1hQXEPBmpX1Mec-XO8P_lqU10cFqLm_fyXyRxENS5d8WlisyPuUNu7qJIZgxtIhJH7aO38YAJ59QmLWQRm40VkZtiM1uNpIdqQ/s320/kartu-lebaran-copy3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5383197786508873650" border="0" /></a>"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1430 H",<br />Mohon Maaf Lahir & Batin,<br />Minal Aidin Wal Faidzin,<br />Kullu 'Amin Wa Antum Bi Khair.<br />Tommorrow must be better...doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-49621764170236427652009-09-02T16:19:00.001+07:002009-10-23T00:29:24.357+07:00Dialog Imajiner dengan Dr. 'Aidh Al-Qarni : MENGHANCURKAN TEMBOK STAGNASI (MENULIS) : PART 2<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBKdEcbBQuHki76TmMMux9ZKbIH7wrveksusOHREChnP-b_8SteWYNrYTo7kpLBFTd4Qv63z_5bHYtLCZl54RxiLj9b955KZOequzOxcoU_K4jHSRq_zX-SRqpwLbF3rmi1DIJBQ/s1600-h/latahzan.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 210px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBKdEcbBQuHki76TmMMux9ZKbIH7wrveksusOHREChnP-b_8SteWYNrYTo7kpLBFTd4Qv63z_5bHYtLCZl54RxiLj9b955KZOequzOxcoU_K4jHSRq_zX-SRqpwLbF3rmi1DIJBQ/s320/latahzan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5395477736208204930" border="0" /></a><br />Dialogku dengan Kant kemarin, sedikit banyak telah mencairkan pembekuan tinta. Begitu pula dengan testimoni dari para sahabat yang memantau dialog itu. Hari ini, aku bahkan sudah melangkahkan kakiku untuk menatap rak usang dengan barisan buku-buku yang juga usang. Satu langkah besar untuk bisa menulis, sudah hendak kulakukan, yaitu : membaca. Kemarin kehendak ini ikut terkubur, dan sekarang menyeruak ke permukaan.<br /><br />Di hadapanku sekarang ada Ibnu Qayyim, Ary Ginanjar, lalu Al-Qarni. Aku ingat disebelah Al-Qarni itu ada Rumi, tapi ia sekarang sudah tak ada lagi. Rumi telah pergi ke tempatnya yang baru, beberapa kilometer jauhnya dari sini. Terbersit kemudian keinginan untuk berdialog dengan Rumi, tapi lalu kubatalkan. Mungkin setelah ini.<br /><br />Jadilah sekarang aku berada didepan sebuah rumah sederhana, putih warnanya. Sayup-sayup aku mendengar suara dari samping rumah, yang kutahu itu disana ada sebuah gazebo kecil. Kesanalah aku melangkah.<br /><br />Suara itu, laki-laki, agar berat, berkata,<br />"HUkum kematian manusia masih terus berlaku,<br />karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.<br />Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,<br />dan esok hari tiba-tiba menjai bagian dari berita,<br />ia dicipta sebagai mahkluk yang senantiasa galau dan gelisah.<br />sedang kau mengharap selalu damai dan tentram.<br />Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,<br />maka manusia berada diantara keduanya;<br />dalam alam impian dan khayalan.<br />Maka selesaikanlah tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu,<br />akan terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan..."<br /><br />Suara itu berasal dari seorang Al-Qarni. Doktor muda Arab Saudi, Al-Hafidz, dan hafal pula banyak hadist dan syair-syair kuno, juga filsafat-filsafat kekinian. BUkunya "La Tahzan" telah diterjemahkan dalam banyak bahasa, Indonesia salah satunya. Dan demi melihat aku datang, ia segera mengulurkan tangannya. Dan muridnya, yang tadi menyimak ucapannya undur diri sambil mendekapkan sebuah binder didadanya.<br /><br />Qarni :"Salaam... salaam... ya saudaraku", sambil menyilahkanku duduk.<br /><br />Doni :"... "La-Tahzan" anda itu... telah membawaku kemari"<br />Ia tersenyum, lalu berucap "Alhamdulillah... alhamdulillah"<br /><br />Doni :"Mungkin tanpa ada sadari, melalui "La Tahzan" anda telah menyalakan banyak perapian yang padam. Anda telah menyinari banyak kegelapan, dan membantu menemukan jalan yang hilang dari para perantauan"<br />Qarni :"begitukah? sebenarnya tidak juga. Mulanya aku menulis untuk diriku sendiri. Aku hendak menghalau kesedihan dan kegundahan atas banyak hal pada diriku. Dan, bilamana ia kemudian berlaku pula pada orang lain, saya hanya bisa mengucap Alhamdulillah... Yang jelas, banyak orang mengatakan tulisan saya berhasil menyentuh hati dan emosi mereka, padahal saya hanya menulis begitu saja, cuma memang saya meletakkan hati dan emosi saya sebagai tinta utamanya. Ada banyak tekstual wahyu di dalamnya, bilamana saya tak melibatkan diri saya, terutama penderitaan saya, tak mungkin ayat-ayat itu lalu bisa 'hidup'.."<br /><br />Doni :"Darimana anda memulainya lebih dulu? Dari keinginan hendak menulis lalu mencari ide? atau keinginan untuk memulihkan diri dengan cara menuliskannya?<br />Qarni :"emmm, buat saya itu tak ada bedanya...keduanya sama-sama berproduk tulisan. Intinya, selama ia masih dalam kisaran berproduksi, berkarya, itu sudah sangat baik"<br /><br />Doni :"Oke, apa yang anda rasakan, setiap kali usai menulis catatan-catan pendek dalam La Tahzan itu?<br />Qarni : "ketenangan, tentu saja"<br />Doni :"Apakah kemudian problem-problem hidup anda menjadi usai?<br />Qarni :"kalaupun usai, pasti akan datang problem baru lagi. Begitulah cara Allah membuat tangguh umatnya... La Tahzan itu fokus pada penguatan diri, pembangkitan diri dari keterpurukan dan kesedihan. BIlamana kau sudah merasa gembira atau paling tidak, tenang... maka kau akan siap untuk bekerja, dan berkarya. Semua problem itu tidak akan usai selama kita tidak mengusaikannya."<br /><br />Doni :"bagaimana dengan sahabat? apakah anda memiliki teman bicara?<br />Qarni :"dalam konteks menulis, sebaik-baik teman duduk adalah BUKU. semakin banyak buku kau baca dan hayati, semakin banyak teman bicaramu...Al-JAhiz berkata, buku tidak akan memujimu dengan berlebihan, bukua dalah sahabat yang tidak menipumu, dan teman yang tak membuatmu bosan..dia juga toleran dan tak akan mengusirmu atau mengkhianatimu"<br /><br />Doni :"kurasa anda benar, baru saja aku berbaikan dengan buku, setelah sekian waktu aku memutuskan diiri secara sepihak untuk memusuhinya, dan nyatanya rasa kehilangannya jauh lebih menusuk dari kepergian sahabat bernama manusia"<br />Qarni :"mmm, sebetulnya, jika sahabat manusiamu yang pergi itu sempat menuliskan kata-kata, maka kau tidak akan benar-benar meninggalkannya. Melalui kata-katanya itu kau masih bisa bersahabat dengannya. Bahkan bilamana ia berkalangtanah pun, kau masih bisa bersahabat dengannya...kata, tulisan, buku, adalah manifestasi sahabat, tak lekang dimakan waktu.."<br /><br />Mata Doni berbinar-binar demi mendengar kalimat itu. Seingatnya, ia telah menyimpan banyak kalimat-kalimat dari orang-orang yang ia kagumi dan yang ia jalin persahabatannya sepanjang waktu. Dokumen-dokumen itu akan menjadi teman duduk yang baik.<br /><br />Qarni :"HAl yang penting pula adalah, hiduplah di hari ini... itu karena yang kemarin kan sudah berlalu, dan yang esok belum tentu lagi datang. Isilah hari ini, dengan yang terbaik yang kau punya, seolah ini menjadi hari terakhr bagimu.!"<br />Doni :""kadang aku tidak begitu memikirkan hari ini, ...aku malah memikirkan hari akhir... Lalu, bagaimana dengan hari akhir?"<br />Qarni :"Apanya yang bagaimana? Apakah hari akhir itu ada maksudmu? HAha, kau dan taraf keimananmu di hari ini, tentu saja tak menyangsikan hari akhir kan? Ya, hari akhir, hari pembalasan, adalah salah satu motivasi terkuat buat orang-orang beriman untuk berkarya. Ada korelasi yang sangat kuat antara 'hari ini' dengan 'hari akhir'. Yaitu, apa yang kau buat di 'hari ini' adalah yang kau tanam 'di hari akhir'<br /><br />Doni :"Bagaimana dengan orang-orang tak beriman? bukankah mereka juga berkarya?" JIka tak percaya hari akhir, apa kira-kira motivasi mereka berkarya?"<br />Qarni :"hemmm...bukankah kemarin kau bertemu Kant? Kenapa tidak kau tanyakan saja pada Kant soal itu? Atau bagaimana jika kau hubungi via ponsel saja Kant?<br /><br />Doni lalu memencet beberapa nomor di ponselnya, ia menghubungi Immanuel kant,dan menanyakan soal 'hari akhir' itu padanya. Di ujung jauh, Kant segera punya jawaban.<br /><br />KAnt :"Sesungguhnya, panggung kehidupan dunia ini belum lagi sempurna, pasti ada sebuah panggung kedua. Sebab kita semua melihat di sini, orang yang zalim dan dizhalimi, namun kita tidak mendapatkan keadilan. Orang yang menang dan yang kalah, namun kami tidak mendapatkan balasan yang pasti. Maka, pasti ada alam lain yang akan menyempurnakan keadilan"<br /><br />tut...tut...tut... (telephon terputus)<br /><br />Qarni :"Nah, kurasa, itu sudah cukup membuatmu paham. KAnt saja berkeyakinan, akan ada hari pembalasan itu"<br /><br />Doni :"Ya, tapi kadang, kesulitan yang aku dapati di hari ini itu demikian dahsyatnya, mampu meluruhkan semangat dan tulang-tulangku."<br />Qarni :"Ingat saja kata Plato : 'Kesulitan itu akan memperbaiki jiwa sebesar kehidupan yang dirusaknya. Sedangkan kesenangan akan merusak jiwa sebesar kehidupan yang diperbaikinya'..."<br /><br />Doni :"maksudmu, dengan bertemu kesulitan, itu lebih baik dari kesenangan?"<br />Qarni :"dalam beberapa konteks, ya...lebih baik begitu. Karena senang, akan membuatmu lebih lalai. Kesulitan, ketersisihan, kepahitan, membuat tulisanmu akan lebih berasa, lebih menggerakkan. Tulisan yang dibuat dalam kesenangan dan kemudahan umumnya berasa lebih hambar, hatta itu berupa nasihat."<br />Qarni :"KAu juga bisa memanfaatkan kemaksiatan. Ibnu Taimiyah menyebut, dalam beberapa hal kemaksiatan itu baik untuk manusia, dengan catatan : bilamana kita menyesalinya dan mentaubatinya...Itu juga bisa menjadi energi buat kehidupan"<br /><br />Doni "begitu ya? hemmm, baiklah...terima kasih untuk semuanya. Senang bisa bertemu anda. PAling tidak ramadhan ini saya telah bisa menghisab diri saya sendiri, dengan cara yang sungguh berbeda dibanding ramadhan kemarin... segalanya terasa terang benderang kini."<br /><br />Maka, saat aku melangkahkan kakiku pulang, Al Qarni mengantarnya dengan sebuah syair :<br />"Berapa banyak kita memohon kepada Allah saat bahaya menimpa,<br />namun tatkala bencana itu hilang, kita melupakan-Nya,<br />Di lautan kita berdoa kepada-Nya agar kapal kita selamat,<br />namun ketika sudah kembali ke darat, kita lalu durhaka kepada-Nya".doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-60963207174828327752009-09-02T16:16:00.002+07:002009-09-02T16:21:45.910+07:00Dialog Imajiner dengan Kant : MENGHANCURKAN TEMBOK STAGNASI (MENULIS)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkBCEn8JXJeYNJMyB35itVT3F1kSRYow9BA319O2SJMOPG_8UNKB5RCgXuwNo7BM9P6bgoZxuGtxE2c9U4fOlieyCQL_g3XnkNjqtnbaDtaI1g-JtivKeTLgPdjaTAbr646GGTsQ/s1600-h/doni-kant.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 191px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkBCEn8JXJeYNJMyB35itVT3F1kSRYow9BA319O2SJMOPG_8UNKB5RCgXuwNo7BM9P6bgoZxuGtxE2c9U4fOlieyCQL_g3XnkNjqtnbaDtaI1g-JtivKeTLgPdjaTAbr646GGTsQ/s320/doni-kant.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5376797289500032450" border="0" /></a>Hari ini, aku mengundang Kant, Immanuel Kant, seorang filsuf asal Jerman abad pertengahan. Konon, ia adalah angota komunitas rahasia Illuminati alias "Mereka yang Tercerahkan". Beberapa hasil pemikiran Kant tentang Pencerahan (Enlightment), khususnya "SAPERE AUDE!" hingga hari ini masih diperbincangkan, terutama di kampus-kampus. Sebenarnya aku juga ingin mengundang Plato atau Da Vinci Si Master Mason itu, namun karena kondisi mereka telah telalu renta, sehingga sulit untuk bisa datang memenuhi undanganku.<br /><br />Dulu banget, aku pernah 'dekat' dengan Kant ini. Bersama dengan Tan Malaka lewat "Madilog" dan Hegel yang menulis "Marx", aku mengikuti pengembaraan berpikir mereka, sebelum kemudian disudahi karena ada pemikiran lain yang tak kalah oke, Al-Banna dari Mesir.<br /><br />Aku mengundang Kant, karena kuharap ia bisa membantuku menemukan jalan keluar. Aku sedang terjerat dalam masa kegelapan. The Dark Age of Writing. Tinta penaku membantu. Stagnan.<br /><br />***<br /><br />Kant : "yow, brother... Tumben, memanggilku kemari. Wazz up?"<br />Doni : "Ya, silahturahim gitulah...mumpung bulan puasa, kan"<br />Kant : ^_^<br /><br />Doni : "Jelasin lagi dong tentang SAPERE AUDE! -mu itu."<br />KAnt : "oh itu..."Sapere Aude" = Beranilah menggunakan pemahamanmu sendiri! Btw, kau tidak memanggilku hanya untuk mendengarkan aku mendongeng "Sapere Aude", kan?"<br /><br />Doni : "^_^.. begitulah, kurasa "Sapere Aude"-mu itu bisa menjadi awal terpecahnya problemku. Sudah lama aku tak berpikir. Selama ini pula aku menelan mentah-mentah apa saja yang mampir melalui mulut dan telingaku. Sekarang, bahkan aku sendiri tak tahu banyak apa saja yang sebenarnya sudah aku telan."<br />Doni : "Bantu aku mencari jawaban, mengapa begitu susahnya aku merangkai kalimat, aku kehilangan spirit buat menulis kata-kata yang panjang dan bermakna. Tak ada tulisan baru dalam dua blogku, juga buat media-media yang lain. Bahkan, aku juga tak hendak menggunakan kamera sebagaimana mestinya, menggantikan tulisan dengan rupa. Tidak juga ada grafis baru. Tak ada karya baru hari ini.<br /><br />Kant : "Gimana rasanya?"<br />Doni ; "Bloody Hell!... Killing me softly!"<br /><br />KAnt ; " MAri kita urai satu-satu. GUnakan pemahamanmu sendiri. Temukanlah"<br />Doni : " Apa karena aku kurang dekat dengan Allah? Sehingga Dia men-disable kemampuanku menulis? BUkankah semua ilmu yang ada dimuka bumi ini milik-Nya? Ia bisa berikan kepada siapa yang Ia mau sebagaimana ia tidak menghendakinya dengan mencabutnya"<br /><br />Kant : "hemm...it's sound so spiritual. Oke, biarkan mengalir. Bagaimana dengan dzikirmu? Apa kau bilang dulu? Dzikrullah?"<br /><br />... (silent)<br /><br />Doni : "entahlah juga...bingung aku menjawabnya. Jika kujawab iya, bagaimana jika ternyata dzikirku hanyalah sebatas membasahi lisan, tanpa hatiku turut serta berdzikir. Bila kujawab tidak, ahhh... itu tidak mungkin...aku tidak segersang itu. Tapi, jujur kuakui...aku gelisah"<br />Kant : "Lalu dimana kekuatan kata yang kau tulis dulu...'Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.'...BAgaimana kau menjelaskannya?<br /><br />Doni : "Kant, pokok permasalahannya adalah...aku masih berdzikir dengan lisanku... Aku masih menyebut nama-Nya, dengan takzim...tapi aku kehilangan kekuatan untuk berdzikir dengan tulisanku... dengan penaku."<br />Kant lalu menghela nafasnya. Sejenak ia menyeruput kopi hitam dihadapannya. Kopi yang sudah mulai dingin tentu saja, karena dibiarkan lama di cangkirnya.<br /><br />Kant : "Mungkin karena tak ada lentera. Kau tahu... yang ditemukan si Edison itu...Lampu kedip-kedip di atas kepala, alias ide. Kau tak punya ide buat menulis?"<br />Doni : "Tidak, justru ideku menumpuk-numpuk. Ngantri buat ditulisi."<br /><br />Kant : "Mungkin kau bingung darimana mulai menulisnya?"<br />Doni " "KAnt, please deh... Aku guru menulis. Ini bukan soal tak ada ide, atau bingung memulai menulis, atau bagaimana soal lead yang bagus, atau teknis-teknis lainnya. Ini soal spirit... motivasi...atau apalah namanya itu."<br /><br />Kant : "hahaha... rileks, bro. Mari kita urutkan. Katamu tadi, engkau gelisah, lalu kehilangan motivasi, energi buat bergerak. nah...kurasa, kau harus mulai dari situ. Mengapa energimu menurun drastis? ada apa dengan motivasimu? Kurasa ini, bukan soal Allah yang mencabut kemampuanmu menulis... tapi engkau sendiri yang menekan tombol turn off,.. di bawah alam sadarmu...engkau sedang menggali lubang kuburmu sendiri."<br /><br />Doni lalu memalingkan wajahnya, menyandarkan punggungnya ke bahu kursi. Kant lalu bisa melihat sosok didepannya ini sedang menerawang jauh.<br /><br />Kant : "Kau sedang ada masalah? itu yang mengganggu pikiranmu?"<br />Doni : "emang ada, manusia tanpa masalah?" (masih dengan menerawang jauh)<br />KAnt : "show me the problem... selesaikan satu-satu"<br />Doni : "ya, kurasa, sedikit banyak ini berpengaruh... so complicated. Tapi kurasa itu semua karena soal manajemen hati...soal caraku memandang semua problem. semua sisi hidupku bermasalah...tapi itu tadi, bukankah untuk itu manusia hidup? memecahkan masalahnya, meski dengan cara yang berbeda-beda."<br /><br />KAnt : "jadi, sebenarnya... kau hanya butuh 'a rubbish box'. Sebuah 'kotak sampah' yang bisa kau tuangi dengan segala sampah dan sumpah serapah. Bukankah begitu?"<br />Doni : "itulah yang aku tak punya...sehingga, kurasa ia sudah menggunung kini... mungkin saja, aku akan mati dakam gunungan sampahku sendiri...<br /><br />Doni lalu berkata lirih : "dia pergi... ada sesuatu yang berharga dalam hatiku, dan kini dia pergi.."<br />Kant : "terdengar melodramatik kini... ^_^"<br />Doni : " ya...diantara yang pergi itu bernama : idealisme... Lalu ada juga yang bernama...ahhh... i'm sorry, i can't tell you more...poor me!"<br /><br />KAnt : "oke, kita dapat satu titik terang. Jalan keluarnya adalah, kau memanggil kembali mereka yang pergi untuk datang kembali, atau kau menyusun kembali kamar-kamar baru untuk sesuatu yang serba baru nanti. Sekarang ke titik gelap satunya lagi, yaitu motivasi."<br /><br />Kant : "menulislah...lumayan kan fee-nya bisa buat THR Lebaran"<br />Doni : "ga minat, bro..."<br /><br />Kant : "bagaimana jika, agar fee-nya itu bisa buat kau sumbangkan buat anak yatim? atau yang setara mulianya dengan itu?"<br />Doni : ....(menghela nafas saja)<br /><br />Kant : "Atau karena sudah tidak banyak yang memuji tulisanmu, lalu kau kecewa?"<br />Doni : "cape deh..."<br /><br />Kant : "Lalu, bagaimana kau menjelaskan kalimatmu sendiri..yang "menulislah sebagaimana engkau bernafas?... kau harus bertanggungjawab soal itu."<br />Doni : "blame me...salahkan saja aku, aku menerimanya"<br /><br />Kant : "Selamat... kau benar-benar telah sakit jiwa. Kau bahkan tidak tahu apa yang harus kau perbuat, jangan-jangan kau juga telah kehilangan mimpimu...Manusia tanpa mimpi..huh, layaknya London tanpa Big Ben, Paris tanpa Eiffel, dan Cina tanpa The Greatwall... Ayolah!"<br />Doni : "Tidak, karena justru diriku dipenuhi mimpi, tidak ada lagi ruang realis tersedia..."<br /><br />Kant : "Maka, bagilah mimpimu itu, jika kau memang masih punya mimpi... aku takut, angan-angan kosong belaka namun kau sebut mimpi yang hanya ada dikepalamuitu. merekalah sesungguhnya parasitnya...menggerogoti energimu laksana kanker ganas."<br /><br />Kant : "Okey, now listen carefully... Buang jauh-jauh segala niat muliamu, yang kau sebut dakwah bil qolam itu, sebagai motivasi terkuatmu menulis. Kadang itu bagus untuk suatu waktu yang lain. Tapi untuk saat ini, kurasa itu tak cukup relevan. Menurutku, jadikan menulismu itu sebagai obat bagi dirimu, yang sedang sekarat. ANggap dirimu sedang sekarat, dan obatnya hanya satu : menulis. Kau tak menulis, maka kau menghampiri kematianmu."<br />Doni :"ya.. i'm dying...sekarat"<br /><br />KAnt : "nah, bukankah kau kemarin baru sja mengutip Rendra ...bahwa 'aku sakit...lemah...tapi aku berdaya...' di detik-detik kematiannya? Rendra menulis dan ia terobati..ia merasa masih memiliki daya...meski tubuhnya harus luluh melawan usianya. Kamu tau, di dunia ini...yang sakit ingin merasa sehat, tapi yang sehat lebih memilih sakit...agar dikasihani dan disantuni..."<br />Doni : "stop..stop...aku tahu maksudmu...kau ingin mengatakan, aku tidak pantas caper pada usiaku sekarang ini bukan? Tapi, kurasa kau benar. Semakin lama aku berkubang dalam masa kegelapan ini, maka semakin terkubur aku dalam-dalam. Kau juga benar, obatnya hanya satu...menulis..."<br /><span> Doni : " lega deh...akhirnya aku bisa juga egois. aku dari dulu ingin menjadi sosok yang berpikir egosentris...tapi tak pernah menemukan alasan dan apologis yang me-mubahkan semua keegoisan itu. Sekarang, aku menemukannya. Aku harus menulis, untuk diriku sendiri... to survive...untuk mengobati jiwaku...hatiku...diriku..</span><div><wbr><span class="word_break"></span>."<br /><br />Kant :"JAdi, Legakah kau sekarang? Jika ia, aku ingin pamit pulang. Socrates telah menungguku untuk berdebat soal eksistensi manusia dan kemanusiaan. Do u want to joint?"<br />Doni :"maturnuhun, Kant... kau telah banyak membantu...soal tawaran itu, ya...kapan-kapan aku akan gabung...asal aku boleh membawa muridku turut serta..hehe ^_^"<br /><br />Aku kemudian mengantar Kant ke depan pintu gerbang, sambil memaksanya membawa sebiji duren. Iya, Kant kan belum pernah makan duren... Hihi, biar dia bingung, apa enaknya buah yang kulitnya saja sudah berduri. Ahh...apa hubungannya, stagnasi, Kant, dan duren? Dasar!<br /><br /></div>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-74564786162431563202009-08-07T15:47:00.009+07:002009-08-07T16:03:34.730+07:00Dalam Semangat Keabadian WS "Burung Merak" Rendra<p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxnjarPH4JTD6rn2iT755DE2Tg5TSCAep0OKfkHbrXa3qqlCrHEE_XYDv-aHHuzcMBGjghSrKhOe-KMVajd_Tds60aJsd7bmTL611bo9LVBU7-CEWGi_2eR9EPvqwt6Xo4tgR9hA/s1600-h/rendra3332.jpg"><img style="float:top; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 215px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxnjarPH4JTD6rn2iT755DE2Tg5TSCAep0OKfkHbrXa3qqlCrHEE_XYDv-aHHuzcMBGjghSrKhOe-KMVajd_Tds60aJsd7bmTL611bo9LVBU7-CEWGi_2eR9EPvqwt6Xo4tgR9hA/s320/rendra3332.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5367143460989895394" /></a></p><p><span style="font-size:85%;">(photo source : <a href="http://cluritmas.wordpress.com/">http://cluritmas.wordpress.com</a>)</span></p><p><strong>SAJAK TERAKHIR RENDRA </strong><br /></p><br />Aku lemas<br />Tapi berdaya<br />Aku tidak sambat rasa sakit<br />atau gatal<br /><br />Aku pengin makan tajin<br />Aku tidak pernah sesak nafas<br />Tapi tubuhku tidak memuaskan<br />untuk punya posisi yang ideal dan wajar<br /><br />Aku pengin membersihkan tubuhku<br />dari racun kimiawi<br /><br />Aku ingin kembali pada jalan alam<br />Aku ingin meningkatkan pengabdian<br />kepada Allah<br /><br />Tuhan, aku cinta padamu<br /><br />Rendra<br />31 July 2009<br /><p>Mitra Keluarga</p><p>***<br /></p><p>Puisi terakhir Rendra ini ku copy dari Catatan di FB-nya mas Timur Sinar Suprabana.<br />Bahkan dalam sakitnya, Rendra masih bisa menggoreskan kata-katanya.</p><p>Kamis (6/08), pukul 22.15 WIB, Indonesia kehilangan lagi satu penyair, sastrawan, dan guru terbaiknya. Rendra, Si "Burung Merak" itu, menuju keabadiannya.</p><p>Usia boleh usai, tapi karya akan bertahan selamanya...</p><p>menjadi abadi..<br /><br /></p>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-44557021699739609262009-07-14T16:51:00.001+07:002009-10-23T00:53:52.030+07:00Gumam Ujung Daun pada Embun<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRCWsOmIobZrUYWyDYAaU_FQEZlbapXrpCNJBtaaX5Pc0TuRib7mTJ0qiNxAQrewBVWG14u85tS5jrojUbrfxQ0ejH8KF2PaTR-lA-HmbE7NdFm1LoISBnkZ-McCFBed40R4ibCw/s1600-h/embun_pagi_d40.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRCWsOmIobZrUYWyDYAaU_FQEZlbapXrpCNJBtaaX5Pc0TuRib7mTJ0qiNxAQrewBVWG14u85tS5jrojUbrfxQ0ejH8KF2PaTR-lA-HmbE7NdFm1LoISBnkZ-McCFBed40R4ibCw/s320/embun_pagi_d40.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5395484034000783250" border="0" /></a><br /><br />kemanakah ia gerangan?<br />apakah ia telah benar-benar hengkang?<br />adakah sejumput rindu mengembun<br />dan menetes melalui ujung daunku<br />memberi kesegaran<br />menyalakan harapan<br /><br />tidakkah ia mampu melihat<br />layu pada hijau daunku<br />menanti tetes-tetes air hujan<br />yang tak kunjung menyapa<br />tak kunjung menggumpal dan mengembun<br />sewarna dengan kering tanah aku kini<br /><br />lihatlah, segalanya hanya bisa kulihat dalam warna sepia<br />tidakkah ia berkenan sedikit berbaik hati<br />membagi kilauan tetes embunnya<br />agar tercipta warna pelangi<br />tercipta berjuta warna kehidupan<br />bahwa esok tak seelalu sunyi seperti hari ini<br /><br />aku kehilangannya<br />namun aku malu untuk mengatakannya<br />bahwa aku merindukannya<br />rindu pada kesejukan dan sinaran kedamaian<br />dari setetes embun pagi yang meluncur ceria dari ujung daun<br />menyirami bumi dan hamparannya<br /><br />sehelai daun yang lemah,<br />hanya bisa menunggu dan menunggu<br />dalam keras tiupan angin dan rongrongan tonggerek<br />bilakah ia terpatah dan jatuh lunglai ke atas tanah<br />atau tersisa setengah<br />atau meranggas dengan sendirinya<br />harakiri demi menjaga tanaman induknya tetap tumbuh<br /><br />bila kelak embun pagi itu datang<br />mungkin ia hanya ditemui setengkorak ranting-ranting kering<br />tanpa sehelai daun yang akrab menyambutnya<br /><br />segalanya telah banyak berubah<br />mungkin pula pucuk-pucuk daun baru bermunculan<br />tapi segala sesuatunya tak kan bisa kembali sama<br />sebelum terjadi segala sesuatunya<br />maka dengarlah saja doaku<br />semoga engkau baik-baik selalu<br />juga bahwa aku pernah<br />dan senantiasa<br />menunggumu<br />...doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-70445990040967049902009-07-14T16:41:00.004+07:002009-07-14T16:50:36.770+07:00FD dari Informatika UII<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL7aKxvEG3ggVMWFHqxleQgoelrCIhyJ2lc1ZRXK9Sj8-UXs_NlX8fw10XvpVEzndW1kHTR__jRQ0YZY0ulgvDzEIXEJKHWGMnjMbcnDNQ71p7U5wshlgQ_VVCNlbAHb9wsktjZA/s1600-h/banner-blog.png"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 71px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL7aKxvEG3ggVMWFHqxleQgoelrCIhyJ2lc1ZRXK9Sj8-UXs_NlX8fw10XvpVEzndW1kHTR__jRQ0YZY0ulgvDzEIXEJKHWGMnjMbcnDNQ71p7U5wshlgQ_VVCNlbAHb9wsktjZA/s320/banner-blog.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5358249360693416562" border="0" /></a>Alhamdulillah,<br />sebagaimana yg kuduga, Blognya <a href="http://sawali.info">Pak Sawali</a> yang ruarrr biasa produktif itu tampil sebagai Pemenang Utama Blog Competition 2009 yang diselenggarakan Informatika UII, dan beliau berhak mendapatkan Notebook. Salut dan Barokalllahu untuk Pakde Sawali..hehe..^_^<br /><br />dan buat kami, sepuluh pemenang lainnya, mendapatkan cinderamata berupa Flashdisk 4 Gb, yang akan dikirimkan ke alamat masing-masing.<br />Semoga menjadi penyemangat buat selalu berkarya, terutama menulis melalui blog.<br /><br /><a href="http://lustrum.informatics.uii.ac.id/blogcompetition/pengumuman-pemenang-blogcompetition-2009/">Daftar Lengkap Pengumuman Pemenang Blog Competition 2009</a>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-76126237603092593272009-06-23T15:49:00.002+07:002009-06-23T16:03:50.713+07:00Jelang Kepergianmu : Pesan Guru buat Muridnya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDieoqI89xw3lEuVoLsfSDbb96tJfPdLz0FCrVDiWXgEaXTtSoRU8Bmi-5-oW5p0ahvIR020V9uRlXBdo5BBPMH_26nY1UaclGso8tSO8gfa77bbL01Q5WpOaYsa6eGB4z0eoRvw/s1600-h/embun.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 198px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDieoqI89xw3lEuVoLsfSDbb96tJfPdLz0FCrVDiWXgEaXTtSoRU8Bmi-5-oW5p0ahvIR020V9uRlXBdo5BBPMH_26nY1UaclGso8tSO8gfa77bbL01Q5WpOaYsa6eGB4z0eoRvw/s320/embun.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5350446134837248434" border="0" /></a><br />jelang kepergianmu,<br /><br />hei,<br />aku mengawalinya dengan nada ceria, ^_^<br />meski sebentar lagi sebenarnya engkau akan menambah jarak yang selama ini memang sudah berjarak.<br />tapi telah kuputuskan untuk menutup segala ruang bagi kesedihan bilamana ia muncul.<br />terlebih bilamana mengingat kepergianmu adalah dalam rangka mengemban tugas mulia, mencari ilmu dan kebijaksanaan hidup.<br />sehingga tak ada cukup alasan bagiku untuk tak mengikhlaskan kepergianmu, dengan suka cita.<br /><br />ditengah genangan kemalasan dan kejumudan anak-anak muda disekitaranku untuk mau belajar mandiri dan bersemangat mengikat ilmu dan hikmah-hikmah, kehadiranmu dengan sprit belajarmu yang berbatere 'alkaline' itu telah menginspirasiku dan juga (aku yakin) banyak orang, untuk tetap semangat! dalam bergelut dengan ilmu dan memperbaiki karakter diri.<br />Meski untuk itu, kita akan semakin berjarak dan... berjarak.<br /><br />aku tahu<br />engkau sedang berada dalam kondisi terbaikmu,<br />engkau sedang dalam kondisi mengikuti cahaya yang menuntun jalanmu meraih mimpi-mimpimu,<br />maka ikutilah sinar terangnya,<br />kelak, bila saatnya tiba, engkau akan kembali<br />dalam diri yang bersinar dan menyinari<br /><br />Selamat menjadi santri,<br />selamat menghabiskan waktu dalam tumpukan kitab-kitab<br />selamat bergumul dengan tulisan dan pemikiran-pemikiran<br />yang membuat Islam menjadi dien dengan peradaban yang tak terkalahkan,<br /><br />ya,<br />jelas akan ada nuansa yang berbeda,<br />bila aku berkunjung ke sana,<br />dengan tanpa kehadiranmu sosokmu di sekolah,<br /><br />tapi kesabaran dan kesetiaan menunggu<br />kurasa akan berbuah manis.<br />tak akan ada prestasi tanpa jerih payah dan pengorbanan,<br />maka, aku dan juga temen-temen disini akan tetap setia menanti dengan senang hati<br /><br />so,<br />gudlak!<br />barokalkahu!<br />semoga berhasil!<br /><br />dan jangan khawatir,<br />embun pagi itu masih terpatri disini,<br />tak kan pernah ia terganti...doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-72666788973505755292009-06-21T10:51:00.002+07:002009-06-21T10:56:06.819+07:00Puisi Untuk Anak-anak Berkebutuhan Khusus<span style="font-weight: bold;">Adalah Faisal dan Ibunya</span><br /><span style="font-style: italic;">untuk : Anak-anak Autis dan berkebutuhan khusus</span><br /><br />Tersebutlah sebuah kisah,<br />tentang<br />Putra,<br />Bunda,<br />Sekolah,<br />dan<br />Cinta,<br /><br />Bila ada ibu yang pernah menangis galau<br />akan kondisi putranya<br />pada mulanya<br />itu adalah Faisal dan Ibunya<br /><br />Bila ada yang hilir mudik kesana kemari<br />mencari sejumput informasi<br />untuk masa depan si buah hati<br />maka, itu adalah Faisal dan Ibunya<br /><br />Bila ada sesungging senyum ceria<br />karena telah menemukan sebuah sekolah<br />yang lapang menerima kondisi istimewa anaknya<br />maka bisa dipastikan, ia adalah Faisal dan ibunya<br /><br />Maka,<br />bila ada ibu dan putranya yang bangun pagi-pagi<br />berangkat dari rumah dengan riang hati<br />di jalan bernyanyi-nyanyi,<br />mereka adalah Faisal dan Ibunya<br /><br />dan,<br />bilamana ada seorang ibu yang turut masuk kelas<br />memastikan putranya fokus pada tugas-tugas<br />kadang ikut menerangkan pelajaran agar menjadi jelas<br />semata-mata tanpa balas<br />alias ikhlas<br />maka, itulah Faisal dan ibunya<br /><br />bilamana juga ada orang tua yang membawa sarapan<br />ngulek sambel di sekolah untuk teman lauk dan lalapan<br />dimakan bersama putra dan guru-guru di saung kenangan<br />berbagi pedas<br />keringat<br />dan canda tawa<br />maka mereka adalah Faisal dan ibunya<br /><br />siapa sangka jika kemudian<br />meski dalam banyak hal ketinggalan<br />si putra rupanya jago hafalan<br />mulai dari annas hingga al-insan<br />dan masih terus bertambah semoga hingga 30 juz khatam<br />senyum senang riang hati sang ibu bukan kepalang<br /><br />legenda kasih ibu kepada putranya<br />bukanlah mitos belaka<br />berkilo-kilo meter jarak Mranggen-Semarang<br />dilalui olehnya bagai sejengkalan<br />setiap pagi<br />setiap hari<br />bergelut dengan debu<br />bahkan hingga tersungkur jatuh<br />diserempet truk yang tak tahu malu<br /><br />Adalah Faisal dan ibunya<br />yang mewariskan spirit besar itu,<br />bahwa perjuangan tidak boleh berhenti<br />belum apa-apa<br /><br />cerita bahagianya<br />bingkisan jajanan pasarnya<br />juga keluh kesahnya<br />dan sembab air matanya<br />adalah hadiah yang membasuh jiwa<br /><br />maka jikalau boleh anakmu ini menuliskan pesan,<br />ingatlah selalu<br />dengan seseorang yang duduk di depan komputer bagi batu<br />dan ia ingin menulis seperti ini :<br />"bahwa mereka yang berjiwa besar akan selalu menciptakan<br />kebesaran dimanapun ia berada,<br />dan Kebesarannya itu tidak akan pernah mengecil hanya karena harus berada di tempat kecil.<br />Gusti Allah mboten sare...<br />Ia Maha Melihat setiap tetes air mata, keringat dan darah<br />Ia maha Mendengar setiap bait doa dari tengadah telapak tangan<br />mereka adalah tiket perjumpaan kelak dengan-Nya di surga.<br /><br />Maka, bila ada ibu dan putranya,<br />yang menapaki masa depan dengan kepala tegak<br />dan semangat yang tetap menyala-nyala<br />maka, bisa dipastikan,<br />ia adalah Faisal dan ibunya.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Semarang, 20 Juni 2009<br /><br /><br />(bagi beliau, satu fase telah terlewati...tapi fase berikutnya juga masih panjang. SLB insyallah akan menjadi 'rumah'mu yang tak kalah indahnya dengan Sekolah Alam. Btw, Jangan lupain pakdon ya, ...suatu hari nanti kita kan bertemu kembali...)</span><img src="data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAABYAAAAUCAYAAACJfM0wAAAABHNCSVQICAgIfAhkiAAAAAlwSFlzAAAK8AAACvABQqw0mAAAAB90RVh0U29mdHdhcmUATWFjcm9tZWRpYSBGaXJld29ya3MgOLVo0ngAAAAWdEVYdENyZWF0aW9uIFRpbWUAMDQvMDQvMDhrK9wWAAACMElEQVQ4ja3SP2gTcRQH8O8vvUtIGmkqTY3SaMVFz6KDW2ywg4s4dGgXp3SyVLIIthCKQxCCuoZaXaSO/ilKd4sSdXRL0EWtIRYaSkXsJTH33utwSZM01xo0D353v+N+97l33/upQCAwFgwGfehiFYtFUxsYGPCmUqmv3YQTicSwBgCapnXTBQBoSinout5VVCnVDr/44B/OZH0xs6KMThCfR3LRs+aTycjvbwfCmawvduZkn7EwN4TBfheY90fXN6uYuffdyGQRu3apkmyDmzM2K8pYmBvC6kcLK+/KMEsWLCIQMSyLULUIFhH0HsGNycNYnDuO6PRno9lQSsFVh+tDQSEY6MHymzJKFQILgxkgYhALmBnMDLNsIf1sA8cG3VDYYzhFAWWfRBjCAiIbIxYQE1ga17+2GSICKLQYznCtiATEDK6BIrU5MUhgd0+NH+AIt+5jshdqgkpVwEwNkBgs9lyE4XY3nnLMWNf13QEAG1uE2JVe9PUC5JCvCMPrVpifOor1YnW34/pw7NjvVbmZ+3ljcTaMq5EjbRFJ07Gw8QfTd9fg96rc3o7bMh4f9SytvDenLl7/ZADAl5cjWF7dwmy60PaSeiPjo56lv2Ycnzi0Fp9AEgAu39x8+urtT9x5/GP74a2++LlTuumo76kDd4W9ALj9qIDIiOfBhdO+jtB9O279TFcuet77fD7Wn+sU7ajj1+kTSccb/wv/aymloEKh0Fg4HPZ2E87n86Udvs4FoWqwSHUAAAAASUVORK5CYII=" style="position: absolute; visibility: hidden; z-index: 2147483647; left: 111px; top: 2px;" id="kosa-target-image" />doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-84396486087138460172009-06-09T10:58:00.003+07:002009-06-10T16:50:49.858+07:00Taufik Ismail : "Mengubah Kurikulum Sama Dengan Memindahkan Piramida"<span><a title="View Makalah Sastra Taufik-suharianto on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/16286178/Makalah-Sastra-Taufiksuharianto" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">Makalah Sastra Taufik-suharianto</a> <object codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=9,0,0,0" id="doc_84746491739316" name="doc_84746491739316" classid="clsid:d27cdb6e-ae6d-11cf-96b8-444553540000" align="middle" height="500" width="100%"> <param name="movie" value="http://d.scribd.com/ScribdViewer.swf?document_id=16286178&access_key=key-28xz180mz0uz2pzt4nfm&page=1&version=1&viewMode="> <param name="quality" value="high"> <param name="play" value="true"> <param name="loop" value="true"> <param name="scale" value="showall"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="devicefont" value="false"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="menu" value="true"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="salign" value=""> <embed src="http://d.scribd.com/ScribdViewer.swf?document_id=16286178&access_key=key-28xz180mz0uz2pzt4nfm&page=1&version=1&viewMode=" quality="high" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" play="true" loop="true" scale="showall" wmode="opaque" devicefont="false" bgcolor="#ffffff" name="doc_84746491739316_object" menu="true" allowfullscreen="true" allowscriptaccess="always" salign="" type="application/x-shockwave-flash" align="middle" height="500" width="100%"></embed> </object> <div style="margin: 6px auto 3px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 12px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block;"> <a href="http://www.scribd.com/upload" style="text-decoration: underline;">Publish at Scribd</a> or <a href="http://www.scribd.com/browse" style="text-decoration: underline;">explore</a> others: <a href="http://www.scribd.com/explore/Creative-Writing/Poetry" style="text-decoration: underline;">Poetry</a> <a href="http://www.scribd.com/explore/Creative-Writing/" style="text-decoration: underline;">Creative Writing</a> <a href="http://www.scribd.com/tag/suharianto" style="text-decoration: underline;">suharianto</a> <a href="http://www.scribd.com/tag/taufik%20ismail" style="text-decoration: underline;">taufik ismail</a> </div></span><span style="font-weight: bold;"><br /><br />Ahad pagi (7/6). </span><br />Jikalau tidak karena kehadiran H. Taufik Ismail, mungkin aku tak bakalan berangkat ke kampus FBS (FAkultas Bahasa dan Seni) UNNES Sekaran-Gunungpati. Pagi ini, beliau bersama Bp. S. Suharianto, dosen sastra senior UNNES, akan berbicara tentang "Pengajaran Sastra yang Komunikatif dan Kreatif". Di luar temanya yang 'menggiurkan', relevan dengan kecintaanku mendampingi anak-anak muenulis, ini adalah kesempatan yang jarang-jarang, bisa bertemu muka dengan sang 'guru spiritual' secara langsung.<br /><br />Aku menaruh respek kepada beliau. Sebagai penyair angkatan 66, yang hingga kini masih produktif dan kritis, beliau adalah sosok inspiratif dan telah kuanggap sebagai 'guru spiritual'. Bahkan caraku menulis, terutama puisi, juga 'inspired by' oleh beliau.<br /><br />Alhamdulillahnya, sisa insentif kemarin masih ada. Sehingga, meski tiketnya dibandrol 70 ribu, aku masih bisa ikut reservasi tiketnya. Tidak atas nama sekolah. Berangkat sendiri saja, sebagai pribadi. Bu Binta, rekan sekolegaku juga ikut, tapi juga atas nama pribadi. Semangatnya untuk menulis, membuatnya ikut di acara ini, meski sama sepertiku bukan berbackground sastra murni.<br /><br />Dan mungkin, karena berangkat dengan pemikiran positif, sejak berangkat hingga pulang, banyak hal positif yang kudapatkan. Berangkat rada telat, di jalan malah ketemu sedan Mercy hitam. Di dalamnya, pak Taufik. Sehingga, di pelataran parkir aku jadi punya kesempatan menjabat tangannya, dan mengucapkan "Selamat Datang, pak!". Dan di jawab beliau, "Terima Kasih!".<br /><br /><br />***<br /><br />Acara di buka oleh Dekan FBS dan pembacaan puisi oleh seorang mahasiswi yang salah satu puisinya mendapat nominasi Angerah Pena Kencana 2009. Keduanya aku lupa namanya. MC menyebut namanya dengan tidak jelas, jadi aku tak bisa mencatatnya dalam notes. Tak bisa pula aku bertanya, karena kanan kiriku di bangku barisan kedua paling depan ini kosong. Bertanya pada orang di depanku malah tidak mungkin lagi, karena di ditu duduk Taufik ISmail.<br /><br />Seseorang dengan tampilan kasual kemudian maju kedepan. Ia, Sosiawan Leak. IA membacakan puisi dengan rancak bana. Sebuah berjudul "Phobia" yang menurutnya pernah dibacakan dalam sebuah forum sastra di Bremen, dan salah satunya puisi 'panas' yang berjudul "Prostitusi Babi".<br /><br />Pak Suharianto kemudian memaparkan lebih dulu pemikirannya. Dengan makalah yang berjudul " Pengajaran Sastra... Oh, Pengajaran Sastra, beliau menegaskan bahwa Apresiasi Sastra di bangku-bangku sekolah masih memprihatinkan. Untuk masa depan yang lebih baik, beliau mengusulkan beberapa hal. Aku mencatat point no. 5 bahwa untuk dapat mengajarkan sastra yang betul dan menarik diperlukan guru sastra yang baik.<br /><br />Ciri guru sastra yang baik menurut beliau yaitu yang (a) menyenangi sastra, (b) memiliki pengetahuan sastra yang memadai, (c) memiliki kemampuan mengapresiasi sastra yang lumayan, (d) memahami benar tujuan pengajaran sastra, (e) menguasai metode pengajaran sastra, dan syukur disempurnakan dengan (f) dapat menulis karya sastra. (pemaparan lengkapnya ada di makalah)<br /><br />Taufik Ismail kemudian menyajikan data-data, hasil risetnya membandingkan kondisi Wajib Baca BUku Sastra di 15 Sekolah Menengah di 15 Negara. Angka yang membuat miris. Indonesia, menurut beliau ternyata memiliki Nol Buku Wajib Baca, bandingkan dengan sekolah di US yang 32, Prancis 30 atau Jepang yang 15 buku.<br /><br />Pada kesempatan ini , beliau juga menunjukkan sebuah komparasi bagus. Dengan koper yang berisi buku-buku dan sengaja di bawa dari Jakarta, beliau membagi buku-buku itu menjadi dua tumpukan. Tumpukan pertama adalah 4 buah buku tebal-tebal. Salah satunya buku terjemahan karya Tolstoy "War and Peace" setebal 700an halaman yang menurut beliau wajib dibaca oleh setiap siswa SMA di Rusia. Tumpukan kedua, adalah banyak buku tapi lebih tipis-tipis dari tumpukan yang kedua. Beliau menyebutkan satu-satu judul penulisnya, mulai dari "Tak Putus di rundung Malang" Sutan Takdir Alisyahbana, "Harimau-Harimau", "Tenggelamnya kapal Van Der Wick" Buya HAMKA, hingga buku karya NH. Dini juga antologi Sapardi Djoko Damono, WS Rendra, dan nama beken lain. Belasan buku karya sastra itu. NAmun, jik aditumpuk tingginya hanya sejengkal saja, kalah tinggi dengan 4 buah buku disebelahnya.<br /><br />Beliau kemudian memberi penjelasan. 4 buku ini baru seperenam dari jumlah buku sastra yang harus dibaca oleh pelajar Rusia. Jika beliau bawa semua, tingginya bisa mencapai satu meter. Sementara di Indonesia, judul-judul buku yang beliau sebutkan itu, yang tidak lebih dari sejengkal itu, baru wacana atau mimpi untuk wajib dibaca. Kita sejatinya membaca Nol Buku. Itu yang hendak dikatakan oleh beliau. Sebuah penyemangatan dari titik nol! (pemaparan lengkapnya ada di makalah "DARI PASAR DJOHAR KE DJALAN KEDJAKSAAN")<br /><br /><br />Taufik Ismail juga menceritakan pengalamannya, berkunjung ke sebuah sekolah , JIS (The Jakarta International School). Di JIS, ada kebiasaan menarik. Selama 15 menit di awal dan akhir sekolah, mereka membaca bersama. Untuk kelas kecil, dalam formasi lingkaran dan lesehan, sang guru membacakan sebuah buku. Anak-anak tinggal mendengar dan menikmatinya. Ya, hanya menikmati, tanpa embel-embel tugas lainnya. Dalam kurun waktu satu tahun, mereka telah menyelesaikan 70 judul buku. Enam tahun di sana, mereka telah membaca 420 judul buku. Untuk menulis, mereka melakukannya minimal selama 2 jam setiap hari. Sistemnya 1 project menulis digarap oleh dua orang. Satu menulis, satu mencitrakan alias bikin ilustrasi coret-coret. Judul dan jalan cerita lahir dari diskusi diantara mereka berdua. Amazing! Sang guru menyebut dirinya penerbit dan ia memanggil para muridnya itu dengan sebutan "Para Novelist-novelistku".<br /><br /><br />Di akhir sessi, keduanya, kemudian membaca puisi. Suharianto membacakan sebuah puisi panjang tentang hdupnya. Taufik Ismail membacakan 3 buah puisi. "Lima Syair Warisan", "Indonesia Keranjang Sampah Nikotin" dan "Kupu-Kupu dalam Buku". Puisinya yang terakhir ini, ia lampirkan dalam makalah sebagai tanda mata. Cara beliau membaca puisi, hemmm..sulit dilukiskan kata-kata...Kapan-kapan kau harus mendengarkannya sendiri. Bikin 'ngkretek' di hati.<br /><br />***<br /><br />Setengah hari berada dalam ruangan itu, aku mendapatkan banyak hal, paling tidak :<br /><br />1. Bagi Taufik Ismail, "Kegemaran saya membaca, tidak saya peroleh dari sekolah, tapi dari contoh yang ditunjukkan oleh orang tua saya. Ayah saya Abdul ghofar Ismail adalah seorang jurnalis, dan ibu saya juga suka menulis pantun. Keduanya suka membaca"<br /><br />2. Sebuah karya sastra yang baik, telah mampu berkomunikasi, sebelum ia tuntas dibaca dan dipahami. Keindahan sastra terletak pada dua hal, yaitu keindahan estetisnya sebagai sastra, dan keindahan nilai-nilai dalam sastra itu. Tidak pernah ada seorang sastrawan menulis sesuatu tanpa ada tujuan.<br /><br />3. Mengutip "Mendung"nya Alex Leo, Suharianto berpesan, : "Menyadarkan perempuan yang sedang marah, sama seperti mencungkil duri dengan palu. Alias sia-sia. Tunggulah reda, barulah bicara."<br /><br />4. Kata Taufik Ismail, "Kami sudah lelah memprotes kepada pemerintah. Intinya, Diknas perlu dibantu. itu sebabnya, spiritnya adalah apa yang kami bisa bantu. Bersama majalah sastra Horison, kami telah melatih tidak kurang 2000 guru. Tapi itu belum apa-apa jika dibanding guru setara SMA/MA yang 200.000." Berharap ada perubahan kurikulum agar lebih mengapresiasi sastra itu setara dengan memindahkan piramida. Sangat sulit. Mungkin tiga atau empat generasi ke depan baru bisa."<br /><br />5. Sebagian besar guru mengeluhkan UN sebagai penghalang terbesar apresiasi Sastra di sekolah berikut pengembangan metode belajar yang menyenangkan. Ukuran sukses tidaknya guru hanya dan hanya dilihat dari lulus tidaknya siswa dalam UN. NAmun, buatku pribadi, itu semua hanyalah bentuk sebuah pengalihan. Jikalau memang suka dan cinta, mestinya sastra tetap 'jalan' baik ada UN maupun takada UN. Bukankah, hasil tak selalu langsung bisa dilihat. Orientasi kita, kata Pak Taufik adalah seperti yang dikatakan Al-Quran, pada proses. Bekerja sajalah. Bersastra saja. Hasil ada di tangan Allah.<br /><br />6. "Tolong, saya datang dari jauh", kata Taufik Ismail. Kalimat yang harus diucapkannya untuk meminta atensi audience yang asyik ngobrol sendiri. Sebuah pukulan telak, karena yang hadir sejatinya adalah guru dan mahasiswa calon guru. Nafsu mengumpulkan portofolio sebanyk-banyaknya telah menggeser ketulusan menuntut ilmu.<br /><br />7. Library is a must! Untuk bisa menulis mesti suka membaca. Thx tuk Taufik Ismail, yang telah menuliskan pesannya di bukuku. "Baca, baca, baca... Tulis, Tulis, Tulis...tertanda Taufik Ismail" Kupegang nasehatmu, pak! Takkan kulupa sepanjang hayat.<br /><br />8. Mengapa kita begitu mudah mencemooh, tapi malas memberi solusi. Sound di ruangan teater Usmar Ismail itu memang buruk, bunyi dengungnya mengganggu kekhusu'an. Tapi haruskah sampai kita mengeluarkan teriakan huuuuu..secara masal? sangatlah tidak santun. Seperti penonton layar tancap saja!<br /><br />9. Satu lagi, budaya antri dan sabar calon pendidik kita nyaris nol. Sertifikat yang telah disusun dengan baik oleh panitia berdasar alphabetic, diacak-acak oleh mahasiswa-mahasiswi yang tak sabar dan memilih berebut bergerombol. Semua ingin lebih dulu. Malu-maluin!<br /><br />Ala kulli hal, thx buat panitia. Walau bagaimanapun kerja kerasnya patut di acungi jempol! Semoga barokah!<br /><br /><a href="http://www.sendspace.com/file/94bxaj">Download Makalah "Sastra yang Komunikatif & Kreatif, by Taufik Ismail dan Suharianto. (.pdf 281 kb)</a>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-48734138623357018042009-06-08T23:02:00.004+07:002009-06-16T20:17:15.030+07:00Sebuah Oase dan Sebuah Plato (lagi)<span style="font-weight: bold;">Saung, 23.30</span><br />Dalam diam dan sunyi, aku terpaku pada rangkaian kalimat dalam sebuah blog. Imagi sunyi di dalamnya membawaku terhanyut pada pusaran Deja Vu. Imagi itu, begitu nyata, mewujud dari bayangan abstrak sebuah judul buku yang memberi pengaruh besar pada diriku, hingga saat ini: "Toto Chan, gadis cilik di balik jendela."<br /><br />***<br /><span style="font-weight: bold;">Lab, 09.00</span><br />Pertemuan itu singkat. Sekejapan saja. Tapi membekas, hingga saat ini. Ada sesuatu dimatanya. Mata yang kurasa, penuh rindu dan penantian. Entah rindu pada siapa dan menanti apa. Mata yang di dalamnya tumbuh taman sunyi. And I also can see the pain living in her eyes.<br /><br />Tiga bulan lalu, pertemuan itu. Saat aku menyebar release di Pers Room. Dan hari ini, aku menemukannya kembali. Selama kurun waktu itu, sisa-sisa pertanyaan masih juga ada dan belum menemukan jawabannya. Seperti juga hari ini, tapi aku tetap memilih membiarkannya menjadi misteri. Aku mengutip kata-katanya, tidak semua hal harus terungkap dan biarlah ia tetap berada di dalam kotak kecil dengan satu kunci yang hanya kita yang memiliki.<br /><br />***<br /><br />Takjub. Hidup rupanya adalah misteri. Kemarin, dan juga hingga hari ini, aku masih berusaha mengubur 'dialog-dialog tanpa kata'-ku. Sebuah keputusan yang sarat sembilu. Tanpa suara aku berkata, dan tanpa suara aku berteriak pedih. Dan hari ini, justru sosok 'bersama suara' ini tiba-tiba datang menghampiri.<br /><br />Ya, suara adalah sahabat sejatinya. Bersama suara mengejar cahaya. Ahh, kata kontemplatif dan sarat makna. Lalu, hidupku seakan menyempurna. Kemarin, bergelut dan mendapatkan inspirasi dari kata (sunyi) yang merupa, sekarang kata itu telah bersuara, dan tetap setia membentuk rupa.Aku bahkan bisa mendengar suara itu menggema dalam ruang hatiku : "Saya '...' melaporkan dari Pantura Jawa untuk Radio '...'. Salam."<br /><br />Aku membaca transkrips suaranya, ...abarasi laut jawa, Q-Tha, Daur Ulang sampah....mmm, she cares the nature...dia peduli pada umur bumi ini dan pendidikan yang menjadi soko guru tumbuhnya kemuliaan manusia. tema itu, seide dengan tema-temaku.<br /><br />***<br /><br />Eureka! Aku menemukannya, oase itu. 'Oase' yang kuyakini adalah 'blink' yang kucari selama ini. Ia adalah tokoh utama pertama, dalam project menulis "Ide Besar"-ku. Ya, seorang jurnalis radio, lengkap dengan taman sunyinya itu. Dan kurasa, dengan suaranya itu, ia akan menyegarkan setiap pagi dengan salam pembukanya :"Pagi yang cerah untuk jiwa yang cerah. Semoga pagi ini mengawali banyaknya manfaat dan inspirasi yang kita tebarkan,". Hemm...<br /><br />Sayangnya, waktu telah membuatku menjadi patung batu. Dahaga atau tak dahaga, rindu atau tak rindu, aku tak dapat menghampiri 'Oase' itu. Aku hanya bisa menemukannya. Aku tak dapat mereguk barang seteguk airnya. Aku tak dapat...atau lebih tepatnya tak boleh. Sampai, tetes hujan dari langit melunakkan wujud batuku menjadi cair. Mungkin berupa hujan asam yang pedih atau apalah...<br /><br />Dan sekali lagi dalam kehidupanku, aku menjadi seorang Platonis. Meyimpan semuanya dan melihatnya dari kejauhan. Sama seperti halnya, ketika aku menyapa embun pagi itu, dengan tanpa ucap, cuma tatap, dan seikat doa.<br /><br />***<br /><br />Tapi Setidaknya, hari ini dalam kehidupanku, aku telah menuliskannya. bahwa aku telah bertemu dengan sebuah "Oase", dan aku bersyukur karenanya. Ia telah menjadi titik kurva kelima dalam kehidupanku. Meski, bersamaan dengan itu aku tak punya pilihan lain, selain harus menjadi "Plato" lagi. Dan satu hal, meski ia bersahabat dengan suara, bagiku ia adalah taman yang paling sunyi senyap. []doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-22287995.post-30500639664979149722009-05-31T16:41:00.006+07:002009-05-31T16:59:56.884+07:00Bila Kepercayaan Itu Hilang : Wajah Birokrasi Pendidikan Negeri Kita"Aduh, jangan masuk sini...", seorang ibu paruh baya terlihat gusar ketika guru-guru bergerombol masuk ke ruangan yang bertuliskan "BIDANG PTK". Raut wajahnya menampakkan ia tidak rela, ketika guru-guru yang telah menunggu sejak pagi tadi berhamburan masuk 'mengacaukan' kenyamanan ruang kerjanya yang ber-AC itu. Beuh, padahal beberapa saat lalu, justru mereka sendiri yang memilih ruangan itu, karena sudah tidak ada lagi tempat buat mengantri. Lapangan depan halaman kantor Diknas KOta Semarang itu sudah penuh dengan guru yang mengantri. Thus, dinginnya ruangan di lingkungan kantor Diknas ini, sangat paradoksal dengan kondisi ruang-ruang kelas banyak sekolahan yang 'sumuk' dan bahkan nyaris ambruk.<br /><br />Sebagian guru yang lain tak menghiraukannya. Mereka tetap mengerubuti sebuah meja yang dijaga dua orang ibu yang lain. Mereka bertugas melihat copy KTP dan mencocokkannya dengan nama-nama di sebuah daftar dan kemudian menyerahkan uang yang disebut-sebut sebagai insentif guru nonPNS, bilamana cocok. Ini adalah hari kedua (30/5) dimana tiba giliran guru setingkat SMP dan SMA. Kemarinnya, malah lebih padat, sebab lebih dari 1000 guru jenjang SD se-kota Semarang menyerbu kantor ini.<br /><br />Dua orang bapak guru, berusia sepuh, mungkin diatas 50-an tahun, terlihat masygul. Namun, mungkin karena sudah kenyang dengan asin garam kehidupan, beliau berdua tetap mencoba tersenyum. "Kembali ke zaman gerilya, ya..." katanya. Kami bertiga tertawa. Entah apa rasa tawa itu, campuran antara lucu, getir dan tak percaya. Dalam kemasygulan itu juga kami, dan juga ratusan guru yang lain, sabar menunggu giliran dalam barisan.<br /><br />Kami juga tahu, antrian ini mirip dengan cerita-cerita yang pernah kami sampaikan ke murid, bahwa dulu ketika negeri dalam keadaan 'darurat', rakyat berbaris dalam antrean panjang untuk mendapatkan beras, air bersih dan minyak tanah. Juga jauh setelah negeri ini berteriak merdeka, rakyat masih tetap juga akrab dalam antrean, untuk materi yang sama pula. Sekarang, malah ditambah dengan antrian baru : BLT. Kami juga tahu, sedikit saja terlihat 'ngoyo', maka akan nyaris tiada bedanya antara antrian guru ini dengan antrian rakyat miskin berebut BLT. Kecuali kalo memang sengaja didesain, guru-guru ini dianggap masuk kategori rakyat miskin, dimana antri telah menjadi bagian hidupnya hatta untuk mendapatkan sesuatu yang telah menjadi haknya.<br /><br />Perasaan guru makin tercabik, ketika hadir aparat keamanan berseragam, dengan senjata laras panjang. Entah dimana logika perwira mereka, sehingga memerintahkan yang dijaga bukannya gerbang masuk atau keluar, malah berada ditengah-tengah guru. Seakan-akan kondisi 'chaos' akan terjadi jika tidak ada kehadiran mereka dan senjata laras panjang itu. Ahhh, namun kesabaran guru mengalahkan segala ego. Guru-guru berusaha menyapa, mengajak bicara mereka, hingga cair suasana. Para guru melupakan perasaan terlecehkan atas strategi pengamanan yang lebay, layaknya berhadapan dengan teroris atau kriminal berbahaya. Bersamaan dengan itu, terlintas sebuah berita dalam benakku, polisi belum berhasil melacak pelaku perampokan ATM dan BMT yang terjadi dua hari berturut-turut di semarang ini. Mungkin mereka berpikir, salah satu guru-guru ini berpotensi menjadi perampok berikutnya pula. Sungguh, sebuah kegagalan logika berpikir yang sangat fundamental.<br /><br />Di Indonesia ini, di Semarang ini, beginilah cara mereka memperlakukan guru, terutama guru-guru swasta.<br /><br />Siapa Percaya Siapa?<br />Disela-sela antrian, seorang guru yang sudah cukup berumur berkata,"Ini yang namanya rejeki tiban". "Sepertinya bukan pak. Ini adalah amanah UU. Ini adalah salah satu hasil perjuangan wakil rakyat kita, juga demo-demo guru swasta itu" kataku memberanikan diri berbeda pendapat soal 'tiban' itu. Soal in iadalah rezeki itu pasti, tapi tiban,,,mmmm,, ini adalah hasil kerja keras banyak orang. Sang bapak kemudian mengangguk tanda setuju.<br /><br />Negara telah berusaha mengapresiasi guru. itu patut diapresiasi balik. Tapi, ah..tunggu dulu, 'kekeliruannya' adalah melibatkan Diknas sebagai penyalur hak kesejahteraan guru itu. Berdasar pengalaman empirik hari ini, Diknas seolah tidak lagi mempercayai sekolah (swasta) sebagai pranata pendidikan yang menjunjung tinggi asas kejujuran. Dialihkannya cara penyaluran insentif dari kolektif melalui sekolah atau transfer melalui rekening menuju antrian gaya jadul 'man to man' sama saja hendak mengatakan selama ini ada yang tidak jujur didalam proses pencairan tunjangan. Diknas 'menuding sekolah (Swasta) sebagai sumber kefiktifan, maka dengan sendirinya sekolah (swasta) akan balik menanyakan 'integritas' para birokrat itu. Sebab selama ini tidak ada kabarnya sekolah (swasta) yang berlaku curang.<br /><br />Belum lagi jika dihitung ribuan murid yang ditinggal 'mbolos' gurunya gara-garanya guru harus mengambil insentif. Sebuah cara yang benar-benar jauh dari ukuran efektif dan efisien dan tak mendukung kinerja positif.<br /><br />Para guru juga tahu, belum lama ini, Diknas Kota Semarang disanggongi KPK seharian penuh. Ada apa gerangan? Dibanding dengan sekolah (swasta) yang memiliki banyak 'watch dog' macam komite sekolah atau orang tua murid, justru di lingkungan birokrasi itu yang minim pengawasan. Sehingga jikalau terjadi ketidakjujuran, justru disitu muaranya. Berita kecurangan di surat kabar bahkan didominasi oleh sekolah negeri, terutama dalam pungutan-pungutan gelap nan liar di seputar PPD atau penerimaan siswa baru.<br /><br />Dalam kacamata guru, karena ada satu-dua oknum birokrasi yang diragukan kejujurannya, maka selalu dan selalu, sekolah (swasta) menjadi korbannya. Itu seanalog dengan membakar lumbung padi karena curiga ada satu-dua tikus di dalamnya. Mengorbankan banyak orang hanya karena ulah satu dua orang pengecut yang berlindung di balik kata 'kesejahteraan' guru.<br /><br />Maka, Mari kita lihat kedepan, adakah LSM, Dewan Pendidikan Kota, atau anggota Dewan yang mengkritisi kebijakan tak manusiawi ini? ataukah justru para guru ini yang malah dibilang : "Ah..gitu ajah mengeluh". Gubrak!<br /><br /><span style="font-style: italic;">*tulisan serupa ditulis juga oleh rekan guru yang lain. Kunjungi blognya untuk membaca. </span><a style="font-style: italic;" href="http://lorongedukasi.wordpress.com/2009/05/30/catatan-habis-ngambil-blt-guru/">Klik saja di sini.</a>doniriadi.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14911296390617770026noreply@blogger.com2