I
lagi, tanpa bisa kucegah
malam ini
serasa ada yang menyergap di dada
jantung berhenti berdetak
nafas terasa sesak
aku bahkan sampai harus menata nafas
dengan sebuah tarikan panjang
mengisi rongga dada dengan udara sebanyak-banyaknya
sebelum terlambat
sebelum nanti benar-benar membutuhkan pernafasan buatan

kupejamkan mata
namun wajahnya semakin nyata
tak ada senyum
dingin saja
sedingin himalaya

tak ada alasan memang untuk memberiku senyum
sebab senyumnya sudah jelas cuma buat edisi terbatas
tak ada perasaan yang merasa
tak ada logika yang menerka

yang ada malah anak panah
yang sudah menusuk jantungku
jauh sebelum dilepaskan dari busurnya

masih jelas dipelupuk
saat ia pergi menjauh
tanpa menyisakan sapa tanpa sepatah kata
without a single word
dan
aku terduduk sendiri
diam mematung
berteman sepi

II
saat berganti aku yang meninggalkanmu
ku tatap engkau dari jauh
dan buru-buru kualihkan wajahku
ke langit biru
tepat saat matamu memergokiku
bukan apa-apa
cuma agar aku masih bisa melihatmu
saat nanti terpisah ruang dan waktu
iya...
di langit biru itu
kulukis wajahmu
yang menatapku dingin
sedingin himalaya

III
tapi,
dinginmu itu
tak membuat beku
dinginmu itu
menghangatkanku
ia telah menyalakan lagi perapian yang telah lama mati
menyalakan lagi lilin yang telah lama padam
memberi seberkas cahaya
dan setitik asa

[]

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Wednesday, January 16, 2008

0 komentar

Subscribe here

Better Place For Children