Minggu-minggu ini, saya harus banyak menahan emosi alias kudu sabar. Apa sebab ? Karena masjid dekat rumah sekarang ini, pintu-pintunya dikunci dan baru dibuka kalo sduah menjelang waktu sholat.

Terus terang, saya sangat shock dengan hal yang seperti ini. Karena ini seperti mengulang peritiwa empat tahun lalu, saat saya masih bujang dan masih berstastus mahasiswa aktif.


Saat itu, dengan emosi yang meluap-luap saya menulis sebuah opini Masid Sebagai Jantung Umat, yang ditujukan kepada masjid dekat kost-kostan yang ta'mirnya juga mengunci masjidnya. Alhamdulillah, respon bapak-bapak itu cukup baik dan pintu-pintu masjid sekarang terbuka senantiasa untuk umatnya.


Dan sekarang, hal serupa harus saya alami sekali lagi. Saya betul-betul tidak paham cara berpikir pengurus masjid yang secara sepihak memutuskan hal itu.
Kesedihan sekaligus kemarahan saya tak dapat saya sembunyikan. Bahkan seorang murid sampai bertanya kepada saya, " Pak doni marah karena msjidnya dikunci ya pak?" yang kemudian saya jawab, " Ya. Allah juga marah sama orang yang mengunci masjid."

Saya coba berdialog, namun nampaknya hasilnya nihil. Jawaban yang saya dapati malah menunjukkan ketidakbijaksanaan keputusan itu. Mereka bilang, masjid dikunci supaya tetap bersih dari kaki-kaki yang mungkin kotor dari anak-anak sekolah.


Masjid itu memang dekat dengan lingkungan sekolah tempatku mengajar. tapi alasan itu sangatlah naif. Solusinya kan sederhana, dinasehati saja anak yang melakukan, bukan malah masjidnya yang ditutup. Ini seperti kalo kita sakit kepala, bukan sakitnya yang diobati tetapi kepalanya yang dihilangkan.

Tragis !
Padahal, anak-anak mereka juga bersekolah di sekolah ini. Tidakkah mereka sedikit mengeluarkan energi untuk turut mendidik anak-anak ? dantidak sekedar mengandalkan guru/sekolah? Padahal, mereka juga tak bisa menjawab, siapa nama anak yang kakinya kotor masuk ke masjid. Tentu saja, karena itu hanya katanya dan katanya.

Coba pikir. Dengan data yang minim, mereka membuat sebuah keputusan besar yang fatal ! Masjid itu terancam menjadi tidak makmur nantinya.


Selidik punya selidik, semua itu ternyata berlatar belakang kedangkalan ilmu agama, hatta itu seorang imam masjid. Kajian-kajian yang diikuti adalah kajian yang bersumber dari orang yang mengaku ulama tapi kalimat yang dikeluarkannya tak pernah menyejukkan.

Yang keluar dari mulutnya hanyalah : mereka sesat, mereka ahlul bid'ah, ini boleh, ini tidak boleh, ini haram, ini temennya setan.
Astaghfirullah, betulkah Islam terasa sangat menyulitkan, betulkah Islam sangat membuat tak nyaman, betulkah Islam mampu merubah kawan menjadi lawan ?

Sungguh tak adil rasanya,
saat ada orang mengatakan inilah Islam, namun pada saat yang bersamaan orang itu mengunci masjid, atas nama Islam. Sedih rasanya...

Saya berdoa, semoga, masjid-masjid lain pintunya selalu terbuka, seterbuka hati para pengurus masjid untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada umat.[]

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Sunday, March 12, 2006

0 komentar

Subscribe here

Better Place For Children