Anda seorang kepala keluarga? Bukan penerima upah? atau penerima upah tapi lembaga anda bekerja belum/tidak mendaftarkan asuransi kesehatan? Segeralah mendaftar secara mandiri ke BPJS, kategori Perorangan Bukan Penerima Upah. Sebab, pada dasarnya, setiap jiwa yang menjadi warga negara Indonesia berhak atas akses berobat dengan harga terjangkau. BPJS-lah namanya.

Animo masyarakat mendaftar BPJS sangat tinggi, sejak dibuka 1 Januari 2014 hingga saat ini (April 2014) gedung BPJS selalu penuh padat. Spt hari ini tadi , Senin (21/04),. gedung BPJS di Jl. Sultan Agung (sebelum AKPOL)  dipenuhi ratusan orang. Mereka kebanyakan adalah pendaftar offline. Oya, Ada 2 metode pendaftaran PBJS, via offline dan online. Mana yg lebih efektif?Saya, iseng mengambil nomor antrian, dapat nomor A381. Sistem antrian kemudian memanggil melalui pengeras suara : A91 loket 3, A93 loket 5... wuihh...hampir menunggu 300 orang lagi berarti antriannya. Meski ada 5 loket pendaftaran offline, tapi dengan antri jumlah segitu, tetaplah bikin keder. ^_^ Selain 5 loket pendaftaran offline, BPJS Semarang, juga menyediakan 1 Loket Informasi, 1 Loket Pendaftaran Web & PPC, dan 1 Loket Cetak Kartu. Nah, Loket Pendaftaran Web (online) ini yang penting, karena untuk bisa kesana tidak perlu ngantri hingga beratus-ratus. Saya sendiri cuma ngantri 1 orang saja. Beneran, cuma 5 menit saya disana. hanya untuk menyerahkan dokumen saja. setelah itu berpindah ke Loket Cetak Kartu atau loket 7, setelah itu selesai. Dapatlah kartu BPJS.

Lebih Efektif Via Online
Jadi, saya menyarankan mendaftar saja via online. Karena kalau anda bisa bertindak taktis, waktu yang dibutuhkan hanya 15 menit hingga paling lama 2 jam. Tidak sampai setengah hari atau bahkan ada yang hingga dua hari jika dengan cara manual. Karena itu, perhatikan tips berikut ini , yang saya peroleh dari proses pendaftaran BPJS tadi pagi.

1. Bukalah laman BPJS dan daftarlah melalui menu yang yang ada disana : http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-pendaftaranpeserta.html (Tips : bukalah pada malam hari H-1 pendaftaran. Kenapa malam karena laman ini sulit diakes jika disiang hari : rebutan bandwith). Isilah dengan seksama, termasuk menu Registrasi Keluarga (menambabahkan istri dan anak2)

2. Printoutlah 2 hal penting yang dikirim via email oleh sistem online :
  • Formulir Daftar Isian Peserta
  • Lembar Nomor Virtual Account (akun virtual ini adalah akun dg nomor unik yang berbeda setiap jiwa yang didaftarkan, yang akan menampung premi setiap bulan yang dibayarkan).Contoh virtual account :
BNI - :  88888 0 1256993XXX
BRI - :  88888 0 1256993XXX
MANDIRI - :  88888 0 1256993XXX

3. Bayarlah dengan ATM atau manual ke Bank, untuk mendapatkan struk bukti bayar. Struk ini akan distaples bersama nomor virtual yang sudah diprintout tadi , yang nantinya akan diganti dengan kartu BPJS.
Tips: Untuk bayar/transfer via ATM, masukkan nomor akun virtual tanpa angka 8 yang 5 digit itu. Saya sudah mencobanya, jikalau angka 8 lima digit itu dimasukkan nomor rekening tidak akan dikenali dan gagal transfer. (Langkah ini tidak ada dimanual atau SOP Pendaftaran, saya mengetahuilah setelah agagal transfer dan tanya langsung ke teller bank.)
Tips lagi : jika ATM ngadat, dan anda sudah terlanjur ke gedung BPJS, di sana ada 3 teller bank, tapi belum bisa menerima uang tunai, baru menerima kartu gesek, karena mungkin belum bisa online. Tapi jika anda tidak punya kartu gesek, maka bank terdekat dengan gedung BPJS adalah Bank Mandiri di Sisingamangaraja (jalan depan AKPOL) atau BANK BRI dan BNI di Metro Plaza dekat Java Mall.
Tips lagi2 : Pembayaran bulan selanjutnya, bisa dilakukan via ATM dengan pilih menu Bayar BPJS (ini kata temen yang sudah2).

4. Dengan printout, dan dokumen, dan bukti pembayaran. Anda tinggal menuju Loket Pendaftaran Web. Serahkan dokumen. Lalu menuju Loket 7 (cetak Kartu). Di loket Pendaftaran Web, anda akan disodorkan tabel alternatif Fasilitas kesehatan Tingkat I. Pilih salah satu yang paling pas dengan anda. Saya, pilih Puskemas yang paling dekat dengan rumah
Tips : jika anda berangkat pagi, paling antrian mengambil kartu nggak sampe 5 orang. Tapi jika siang, 15-20an orang (ga perlu nomor antrian). Dan kartu BPJS sudah ditangan.Dokumen yang harus dibawa :
a. Melampirkan pasfoto 3X4cm masing-masing 1 lembar
b. Melampirkan fotocopy KTP (diutamakan KTP elektronik) suami -istri masing2 2 lembar.
c. Melampirkan fotocopy kartu keluarga,
d. Fotocopy surat nikah,
e. Fotocopy akte lahir anak/ surat keterangan lahir yang menjadi tanggungan.

Efektif sekali! Apalgi buat anda yang supersibuk dan ga punya banyak waktu luang. Tapi, jika waktu anda longgar, dan punya kesabaran ekstra tinggi, bolehlah dicoba pendaftaran cara offline/manual...^_^

http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-pendaftaranpeserta.html

Diposkan oleh Pak Guru Doni Monday, April 21, 2014 1 komentar

21/10.

sob, hari ini, jam ini
aku mengirim sinyal rindu,
bergulung2 ombak rindu ku lontarkan ke angkasa, ke semesta raya
berpencaran mencari menghinggap di sanubari sesama perindu
jikalau kau dapatkan percikannya
beritahu aku dengan caramu,

aku juga mengucap kata
seperti biasa, tanpa suara
gurindam jiwa judulnya
jika kau medengarnya
balas juga ya...

20.30

Diposkan oleh Pak Guru Doni Sunday, October 21, 2012 0 komentar

Aku lupa, entah kemarau keberapa,
saat aku datang debu beterbangan menyambutku
coklat daun mawar terselimuti debu menyamarkan bunganya yang tinggal satu itu,
tapi aku ingat, tajamnya matamu adalah mendung yang menjanjikan hujan.

lalu aku datang di kemarau kali kesekian,
tidak ada debu,
tidak ada pula daun mawar apalagi bunganya
yang ada adalah plester semen di seluruh lahan
dimataku semuanya berubah menjadi abu-abu
monokrom kering kerontang!
meski ada kolam kecil sebagai gantinya dan gemericik air dari pancuran,
tapi tetap tak bisa menggantikan
harapan bahwa dari tanah berdebu itu kelak akan ditumbuhi rerumputan saat hujan (pasti) datang.
rumput yang disaat fajar tiba, mempersembahkan embun pagi buat kita
buat kau pandangi, sembari duduk dikursi tua sambil menyeruput susu kedele.

tubuhku semakin terasa mengemarau,
saat kutolehkan keseluruh penjuru
aku tak mampu mengindra kehadiranmu
baumu tak terendus sebagaimana biasanya
aku tak lagi bisa menghidupkan seluruh indera laksana pejantan alfa
yang mampu memindai siapa saja yang masuk dalam radarnya
meski bermil jauhnya.

maka, lirihku...
"hujanlah...!"
basuhi jiwa-jiwa yang kering
kabulkan segenap doa, segenap cinta, dan segenap silahturahim yang nyaris terbakar
kemarau...

(semarang-salatiga, someday when the rain falling down)

Diposkan oleh Pak Guru Doni Friday, September 28, 2012 0 komentar

Sebelumnya, sy ragu untuk memposting catatan ini, tapi krn sudah terlalu sering dialami, akhirnya kutulis juga. Begini,

Beberapa menit yang lalu, tiba2 dikepala saya muncul sebuah nama, kmdian saat merefresh browser, muncullah nama itu lengkap dengan aktivtas terbarunya.

Pernah juga, juga tanpa dibuat-buat, dibenak sy muncul sesosok nama, yang terjadi kmdian, tidak sampai hitungan jam, orang itu kemudian muncul (ol), mentag foto atau catatn buatsy dan kami bicara via status, padahal sebelumnya jarang banget nyaris ga pernah.

Pernah begini, tiba-tiba sy yang sdgn menulis di buku tulis, menuliskan nama seseorang. tanpa sebab yang jelas. Tidak lama kemudian hape sy berdering, ada sms masuk, pengirimnya...nama yang saya tulis itu . Padahal biasanya jarang2 SMS.

Yang cukup besar, suatu malam sy bermimpi bertemu dengan seorang guru yang sudah lama pindah dari sekolah, pdhal sebelumnya berpikir ttgnya saja tdak, lalu keesokan paginya sang guru ini tiba2 muncul. Dia hadir kesekolah, mampir katanya, mumpung lewat.

Pernah, ketika melihat sebuah cover buku, hati sy bergetar, dan tidak sampai setengah jam buku itu berhasil sy miliki tanpa harus sy keluar uang utk membelinya.

Kalo dikumpulkan sejak SMA ;kebtulan-kebtulan ini..jumlahnya udah ratusan.
tapi hingga saat ini sy tidak pernah menganggapnya serius.
Ada yang bisa bantu, apa dan bagaimana penjelasan ilmiah yang saya alami ini?

Anehnya, kalo sy sengaja memikirkan sesuatu atau sesorang, tidak akan ada yang terjadi spt yang saya pikirkan. Ia hanya terjadi seketika, tiba-tiba datang dan kemudian menjadi jelas adanya setelah beberapa waktu. Kadang, sy bergidik karenanya.

So, what is going on?

Diposkan oleh Pak Guru Doni Wednesday, October 26, 2011 0 komentar

"trying ikhlas to release it away,
let it go
let it fly away
just go
and leave me here"

time goes by
and the good always die
like the  morning dew burned by the sun
but the leaves never cry

...
(discountinued)

Diposkan oleh Pak Guru Doni Monday, October 03, 2011 0 komentar

"kenangan itu cuma hantu di sudut pikir.
selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap menjadi hantu,
nggak akan pernah jadi kenyataan."

(kata Luhde pada Keenan, dalam "Perahu Kertas" karya Dee, hlm. 221)

---
Dalam tiga hari ini, novel setebal 442 halaman besutan Dee (Dewi Lestari) yang dilaunching 29 Agustus 2009  lalu (kebetulan, tepat di Harlahku), selalu menemani waktu luangku. Kubaca di 3C, kelasku mengajar, membacanya saat istirahat didepan murid-muridku. Juga saat menunggu anak-anak 4C selesai hafalan untuk kemudian belajar English bersamaku. Bahkan, disaat debat pada rapat rutin guru, aku menyempatkan untuk membacanya, lumayanlah dapat dua-tiga bab. Dan aku kemudian menamatkannya sambil mendampingi murid les privatku di suatu malam. Ya, mau gimana lagi, sekarang ini, waktu khusus dan sepi untuk membaca buku tebal sudah tak ada lagi. Mencuri-curi waktu dan kesempatan adalah satu-satunya cara agar bisa mendaras buku.

Jujur, aku menyesal sekali baru membaca buku yang diterbitkan Bentang dan Truedee itu sekarang. Meski telah mendengar bahkan sempat pula menimang-nimang bukunya sejak lama, aku tidak juga membacanya. Barulah ketika kulihat buku ini dimeja Bu Tatik jelang mengajar Ekskul Menulis di Spalza pekan lalu, aku menggamitnya lagi. Seolah ada tangan yang menuntunku untuk membawanya. Bu Tatik malah menyertakan satu novel tebal lagi, berjudul "Centhini". Yang terakhir ini, (insyallah) akan kutulis dalam postingan yang berbeda.

Baru membaca beberapa halaman, khususnya halaman perkenalan tokoh utama, Keenan dan Kugy, aku langsung mengerti, bahwa buku ini adalah buku yang harus kubaca hingga usai. Alam semesta dengan caranya telah menggiringku untuk menyelami novel ini, kata demi kata, jiwa demi jiwa. Dan pada malam ketiga, usai menamatkannya adalah malam yang terasa panjang bagiku. Ada sejumput keletihan bercampur dengan rindu, mungkin juga kekosongan atau lebih tepatnya kegersangan, 'arsip-arsip' yang telah kurapikan seolah terbongkar kembali... berantakan, dan meluluhlantakan. Dalam dingin malam perjalanan pulang ke rumah, mataku terasa panas dan leherku tercekat. Aku sampai harus berhenti di sebuah toko swalayan untuk sekedar mencari air untuk membasahi kerongkonganku. Meski aku tahu baru saja tadi aku disuguhi teh hangat oleh murid lesku.

***

Ya, Dee telah berhasil memantik kecemburuanku pada sosok Keenan. Meski ini dunia fiksi-imajinasi, tapi sosok Keenan yang diciptakan Dee, sesungguhnya adalah sebuah pengharapan bagaimana mestinya menjadi laki-laki. Punya tujuan hidup, meski sempat hilang arah dan mengorbankan hal yang begitu berharga dalam hidup. Dalam konteks Keenan, ketulusan cinta lingkungan terdekatnyalah yang kemudian perlahan membuatnya bangkit kembali hingga ia berhasil memungkasinya dengan sempurna. Cinta yang murni atau kemurnian mencintai. Entahlah, ... mana yang hendak lebih utama dikatakan Dee. Tapi aku setuju dengan 'ending' yang dibuat Dee.

Bahwasannya, kesatuan dan kedekatan hati adalah sesuatu yang tak selalu bisa terkatakan. Dalam bahasaku, berdialog tanpa kata. Buatku, Keenan dan Kugy adalah pasangan ketiga setelah Ali & Fatimah ra. dan Ainun & Habibie yang merepresentasikan kekuatan cinta dalam dialog tanpa kata. Ya, esensinya sama, meski dalam novel ini, Dee menggunakan istilah yang berbeda : Radar Neptunus. Karena itu, Keenan dan Kugy berhak mendapatkan kebahagiaannya, dalam bahasa Dee : 'another little Kay dalam perut Kugy' sebagai manifestasi cinta tiada berujung Keenan dan Kugy (K&K).

Tinggallah, aku disini termanggut-manggut dalam kesunyian. Dalam beberapa 'scene', aku seolah-olah menjadi sosok Keenan. dan di 'scene' lain aku merasa menjadi Luhde dan Kugy. Campur aduk rasanya. Namun yang pasti, aku tahu satu hal, bahwa alam semesta sedang ingin menyampaikan pesannya padaku bahwa aku tak cukup menjadi pemberani dalam mengambil keputusan. Seakan ia hendak berkata, lihatlah Keenan... lihatlah Kugy... Belajarlah dari mereka!

Lalu, tiba-tiba aku merasa berada di dua dunia. Jiwaku terbelah dua... dan hasilnya adalah sebuah kelelahan. Rasanya lelah sekali... Sampai-sampai, sebuah pertanyaan diucapkan untukku,"Ayah, kok kelihatannya sedih banget...?". Pertanyaan yang justru semakin membuatku terpejam...

Terpejam, mencoba menghadirkan setetes embun pagi, yang buatku pribadi... telah lama sirna atau tepatnya kusirnakan. Ahhh, "dimanakah embun pagi itu kini berada?". Sama seperti gumam Keenan pada suatu waktu, "Kecil,... kenapa engkau terasa jauh sekali?". Sama seperti Kugy yang membutuhkan perahu kertas dan aliran air setiap kali ia dilanda 'emptyness', embun pagi buatku adalah sarana berkomunikasi dengannya. Ya, -nya dalam wujud seabsurd-absurdnya. Aku dan Kugy adalah jenis manusia yang tidak pernah bisa membagi utuh dalamnya zat bernama hati. Dalam sudut pandang ini, ruang sunyi Kugy pun menjadi serupa denganku.

***

Kehadiran "Perahu Kertas" dalam ruang rinduku, menyadarkanku hal penting lain, bahwa tidaklah Allah menganugerahkan hati (cinta) kepada manusia selain sebagai sumber energi untuk kehidupan. Mereka yang tak tertanam cinta didalam dadanya adalah manusia malang yang sebatas hidup jasadnya namun mati ruhnya. Representasi cinta kepada Allah adalah meletakkan cinta itu sebagai bahan bakar untuk berbuat kebaikan, berkarya sebaik-baiknya, dan tulus berkorban. Cintalah yang mampu menggerakkan kuas Keenan ke atas kanvas setelah lama kaku. Cinta jugalah yang menggerakan Kugy meneruskan cerita Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Dan buatku, cukuplah anak-anak muda di Solo dan Purwokerto, yang pernah mengundangku ke hadapan mereka 2-3 tahun lalu. Mereka adalah saksi hidup betapa cinta mampu menyulap seorang mantan demonstran menjadi pembicara yang aneh karena mendadak puitis. Bilamana itu diulang lagi dilain tempat dan dilain waktu, kujamin, aku belum tentu bisa lagi melakukannya...

Kalau saja, Kugy ada dihadapanku sekarang, mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti Remi, yaitu minta tolong Kugy menghanyutkan perahu kertasku agar dibaca Neptunus.  Bila Kugy mau ia juga boleh membacanya. Dan jika ia melakukannya, maka ia akan membaca kalimat berikut,
:"Neptunus, terima kasih telah mengirim agen Kugy ke hadapanku. Darinya aku tahu, bahwa aku seharusnya bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk menikmati betapa indahnya ketulusan cinta setetes embun pagi, meski untuk waktu yang tidak lama. Doakan ya, semoga sisa-sisa percikannya tetap menjadi energi buatku membahagiakan orang-orang terdekatku... Untuk saat ini, cuma doa itu yang bisa kupanjatkan. Sampaikan juga pada Luhde, suatu saat aku akan bisa mengubah kenangan itu tidak lagi menjadi hantu di sudut pikir... hari pembuktian itu akan segera tiba!"

Semarang, 29 Juli 2011. 00:01

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Friday, July 29, 2011 5 komentar

MENYONTEK massal dalam ujian nasional (UN) di Sekolah Dasar Negeri 2 Gadel Surabaya adalah fakta empirik bahwa bangsa ini sedang sakit. Sakit, karena Ny Siami, whistle blower kasus mencontek yang dikoordinasi pihak sekolah itu harus terusir oleh warga kampungnya, Tandes, yang tak lain sesama wali murid dan tetangganya. Wanita itu, beserta Widodo, suami, dan anggota keluarga lainnya, mengungsi ke rumah neneknya di Gresik, Jatim. Wanita itu awalnya mengungkapkan ke publik bahwa anaknya,AlifahAhmad Maulana (Aam) diminta oleh pihak sekolah “membantu“ teman sekelasnya mengerjakan soal. Anak yang selama ini dikenal cerdas itu kemudian “memandu“ teman-temannya menggarap soal ujian dan hasilnya baik.

Tapi warga menganggap Siami mencemarkan nama baik desa dan sekolah. Atas hal itu, Siami yang awalnya harus diselamatkan ke kantor polisi untuk menghindari amuk massa, berdalih hanya ingin mengajarkan kejujuran pada anaknya. Demi meredam emosi massa, Dinas Pendidikan dan DPRD bersepakat tidak mempermasalahkan keabsahan ujian karena kasus itu.

Meyontek massal dianggap tidak ada, yang digunakan tetap nilai seperti biasanya.
Tapi makin pelik, ketika tiga guru yang dianggap bertanggung jawab karena menyuruh Aam memberi contekan saat ujian, diancam dihukum penurunan pangkat satu level. Tapi Mendiknas M Nuh menegaskan tidak ada nyontek massal, dan kementeriannya tidak akan menggelar ujian ulang (S M, 16/06/11).

Semuanya Korban
Kasus Gadel bukanlah yang pertama. Setahun lalu, juga di musim UN, sebuah sekolah SLTA harus mengulang ujian karena lembar jawabannya sama semua.  Sama-sama terbukti melakukan contekan massal, bedanya dilakukan via SMS. 

Keduanya adalah fenomena gunung es dari runtuhnya sekolah sebagai institusi mulia karena UN. Kasus kecurangan lainnya ditengarai lebih banyak, hanya saja belum tercium media.  Dalam bahasa Hermawan Sulistyo, karena malaikat belum membuka aib buruknya.

Penyelesaian kecurangan UN yang melibatkan jumlah massal, sejauh ini selalu lemah. Karena itu, kecurangan yang satu menjadi inspirasi bagi kecurangan yang lain. Ada pemeo yang mengatakan “ if you kill somebody you must be a murder , but if you kill a thousand people it’s mean you are a conqueror.”  JIka anda membunuh satu orang berarti anda pembunuh, tapi jika yang anda bunuh ribuan orang anda adalah seorang penakluk.  Dalam konteks UN, jika anda sendiri yang mencontek anda terancam tidak lulus ujian, tapi jika yang mencontek satu sekolah, maka besar kemungkinan anda akan diselamatkan.

Hal-hal  seperti ini benar-benar membuat nurani kita benar-benar terusik.  Bagaimana mungkin orang yang berusaha untuk mempertahankan kejujuran justru teralienasi dan diposisikan sebagai orang yang salah. Bagaimana pula kerumunan massa bisa mengendalikan timbangan keadilan.  Dan, bagaimana kecurangan demi kecurangan selalu muncul disetiap musim UN.

Kecurangan guru adalah satu hal,  menghukumnya sah-sah saja. Tapi kecurangan guru tidak berdiri sendiri. Kecurangan guru, disebabkan oleh kecurangan besar lainnya, yaitu UN itu sendiri. Meski MA telah memutuskan UN harus ditinjau ulang hingga sampai  semua sarana dan infrastruktur diseluruh pelosok nusantara siap, atau dengan bahasa sederhana Indonesia saat ini belum siap menyelenggarakan UN, tapi pemerintah masih saja tetap menggelar UN.

Mahkamah Agung telah menolak kasasi pemerintah.  Perkara dengan nomor register 2596 K/PDT/2008 tertanggal 14 September 2009 itu telah memenangkan gugatan warga negara (citizen lawsuit) terhadap UN. Penolakan kasasi ini berarti menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 6 Desember 2007 yang juga menolak permohonan pemerintah.

Sayangnya, celah kelemahan tekstual dari putusan MA ini telah dimanfaatkan sedemikian rupa untuk tetap menggelar UN. Sehingga jelas, kecurangan di sekolah telah by design sejak dari pusatnya. Hukuman terhadap kecurangan sekolah atau guru akan terus ada silih berganti,  tidak akan pernah berakhir sampai pokok permasalahannya teratasi, yaitu pemerintah mentaati hukum dan amanat UUD pasal 31 dan amandemennya. Dalam bahasa guyonan santri, disinilah letak ummul munkarot-nya (akar masalah).
AL dan keluarganya, guru SDN II Gadel, dan wali murid yang marah, semuanya hanyalah korban dari pembangkangan pemerintah terhadap hukum dengan tetap menyelanggarakan UN.

Pahami Guru
 Fokus guru di  jenjang pendidikan dasar  adalah menyiapkan dan menemukan potensi diri anak didik sedini mungkin .  Potensi inilah yang akan menjadi modal utama untuk survive di kehidupannya kelak. Karena itu, penting bagi guru untuk menghantarkan setiap murid menuju jenjang berikutnya dengan meninggalkan kenangan manis berupa pengalaman belajar yang menyenangkan .

Disinilah tekanan pertama bagi guru. Sudah menjadi rahasia umum jika format UN/UASBN hanya mencakup akademis saja. Dalam kacamata taksonomi Bloom, sebagian besar ada pada wilayah recalling atau menghafal. Ini adalah hal yang sangat tidak bisa digunakan sebagai alat mengukur kecerdasan seseorang. Dan dengan realita tidak semua input murid di sekolah memiliki kecakapan akademis, maka guru pun wajib memikirkan murid-murid yang memiliki potensi nonakademis. Anak-anak ini biasanya mengalami kesulitan menghafal, tapi menonjol dalam bidang lain seperti olahraga, seni, dan keterampilan hidup lainnya.

Itu sebabnya, jika orang tua murid hanya berpikir yang penting anakku lulus, maka guru yang baik akan berpikir bagaimana caranya meluluskan semua murid, plus catatan dengan kebanggaan dan memori yang baik. Di titik ini, sangat manusiawi jika guru kemudian tergelincir dalam metode.  Sebab, dalam kacamata guru, masa depan murid jauh lebih penting untuk dipersiapkan ketimbang terjebak dalam kesuntukan UN/UASBN.

Tekanan ini kemudian semakin bertambah besar dengan tuntutan dari orang tua-masyarakat, dan juga dinas pendidikan setempat bahkan kepala daerah. Prestis, keberlangsungan sebuah sekolah, dan prestasi jabatan adalah motivasi besar  di sekitaran UN yang kemudian bermunculan, menjauh dari konteks memajukan pendidikan anak.  UN telah melayukan pendidikan karakter sebelum berkembang menjadi bunga.

Padahal sebenarnya, sebagus apapun hasil UN sama sekali tidak mencerminkan keberhasilan pendidikan di Indonesia. Yang ada malah sekolah menjadi lebih mirip bimbingan belajar. Sudah jamak di sekolah-sekolah pada semester terakhir  kehilangan suasana belajar yang kondusif. Waktu yang ada dimanfaatkan untuk mensiasati soal-soal UN. Alhasil, anak-anak didera ketegangan dan stressing yang tinggi menjelang UN.  

Kasus Gadel sebenarnya representatif dari kondisi sekolah-sekolah di Indonesia.  Jika kita mau jujur, barangkali kita akan terbelalak menghitung jumlah sekolah yang diam-diam  melakukan kecurangan, karena teramat banyaknya. Tahun ini, angka kelulusan UN secara nasional hampir mendekati 100 %. Sukses besar tentu saja, tapi kesuksesan yang harus dibayar mahal karena menukarnya dengan kejujuran dan keadilan.

Karena itu, guru yang dihukum karena mengajari curang bisa dimaklumi. Guru yang ksatria mengakui kesalahan dan ikhlas menerima hukuman juga patut diacungi jempol, karena masih dalam koridor pendidikan, hal positif yang masih bisa dicontoh. Orang tua yang mengajarkan kejujuran pada anaknya, adalah sebuah kesemestian. Tapi, pengusiran warga kepada orang tua yang mendidik  anaknya kejujuran adalah sebuah anomali.

Barangkali warga Gadel tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan dua kekeliruan sekaligus. Pertama, penyerangan terhadap nilai kejujuran. Ketakutan berlebih yang dibungkus dengan tuduhan pencemaran nama baik itu terlalu berlebihan. Seharusnya, wali murid turut berada di gerbong Ny. Siami mengawal agar kejujuran ditegakkan di sekolah. Dan yang kedua, pelanggaran HAM karena mengusir seseorang dari rumah pribadi dan kampung halamannya sendiri tanpa dasar yang jelas.

Menurut Ketua IGI Pusat, Satria Dharma,jika kita terus menerus menutup mata kita terhadap kecurangan demi kecurangan maka pada hakikatnya kita sendiri adalah pelaku kecurangan itu sendiri. Dalam konteks ini, AL seharusnya mendapatkan perlindungan fisik dan psikologikal. Ia mesti bangga dengan kejujuran yang ditegakkan keluarganya. Ia layak mendapatkan Award untuk kejujuran. Karena nilai kejujuran inilah yang harus dimiliki bangsa jika ingin terbebas dari belenggu korupsi yang  telah mengurat daging. []

(note : versi edited dimuat di Suara Merdeka)

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Sunday, June 19, 2011 2 komentar

Subscribe here

Better Place For Children