Pada akhirnya aku menyapamu
sebuah titik yang bagiku dulu terlihat jauh
kini begitu benderang
engkau rupanya berwujud bintang

aku telah menyiapkan ribuan pertanyaan untukmu
bilakah engkau mampu menjawabnya
selarik demi selarik
serupa dengan saat pertanyaan itu lahir
pada waktu demi waktu di sepanjang usiaku

jika ada sebuah tujuan saat aku dilahirkan
maka apa tujuannya pula jika aku kelak dimatikan

jika tawa bahagia mengiringi lahirku
maka bilakah tawa itu masih pula bahagia saat ia berada di matiku

jika aku menjadi seorang hamba yang mendambakan cinta
bilakah aku memahami bahwa apa yang selama ini kudapat itulah bernama cinta
seperti apakah wujud cinta sejati sesungguhnya

jika seorang anak akan selalu menjadi orang tua
apakah berarti keceriaan di dunia itu hanya sebentar saja
sebatas tarikan nafas
bukankah sisanya kemudian berganti dengan dunia kepenatan
lalu apa pula manfaat penat

Jika kini aku disebut ayah oleh anakku
berapa lama kesempatan yang kumiliki
hingga anakku sampai pada masa disebut ayah pula oleh anaknya nanti
lalu seperti apa pula rasanya menjadi ayah dari seorang ayah
apakah aku bisa sampai pula pada masa
dimana aku menghabiskan waktuku dengan bercakap-cakap dengan ubanku

Jika aku menjadi guru kini
seperti apa jadinya muridku nanti
akankah mereka mengingat petuah demi petuah yang kuucapkan
ataukah justru luapan kemarahan yang terkenang
bilakah satu dari mereka kemudian kelak membuatku bangga
bangga atas tebaran kemanfaatan yang dilakukan tangannya

juga atas banyak kesalahanku sepanjang zaman
bisakah ia termaafkan hingga menjadi serpihan

atas setiap suap nasi yang kunafkahkan
bilakah akan melahirkan keberkahan

atas setiap goresan pena
akankah ia menjadi sejarah

duhai bintang
duhai masa depan

jika kelak masa depan menjadi masa kini
akankah mulutku nanti terkunci rapi
sebab tak ada lagi pertanyaan meski sebiji

duhai bintang
duhai masa depan

sekeras apakah usahaku
sekeringat apakah kerjaku
sehingga aku bisa meraihmu
lalu
apakah ia benar-benar menjadi akhir dari segala perburuan
atau cuma awal dari sebuah perjuangan

duhai bintang
duhai masa depan

berapa pula orang yang harus berkorban
mengantarkanku pada tujuan
dan pada mereka nanti, apa pula yang bisa kubalas berikan

ahhh...
jika saja semua bintang terang benderang
jika saja setiap masa depan begitu nyata
mungkin semua orang akan bersemangat dalam hidupnya
atau sebaliknya
justru bermuram durja
mengetahui sang bintang padam
suram

duhai bintang
duhai masa depan
duhai misteri

aku tahu
sejauh apapun dirimu
engkau telah menyiapkan satu untukku
sebuah galian dua kali satu
bernisan
ia bernama
makam
...

[lab. komp., jelang ashar, 09/05/08]

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Thursday, May 08, 2008

1 Responses to Sebuah Dialog Dengan Masa Depan

  1. budi maryono Says:
  2. Kesadaran seperti ini yang biasanya bikin jalan lempeng, meski mungkin tidak lempang karena selalu saja ada ujian. Selamat pagi, Pak Doni!

     

Subscribe here

Better Place For Children