Aku menyentuhnya. Meja itu.
Dan seperti membuka gerbang waktu. I can feel it. Sebuah energi tiada terputus... untuk selalu berkarya dan berkarya.

Di kursi merah jambu ini, kurasa waktu telah terkalahkan berulang kali. Kalah oleh seuntai kelembutan, namun tegar setegar karang lautan. Malam mungkin pula sudah ribuan kali tertundukkan, oleh geliat jari jemari mungil yang tetap bertahan hingga fajar menyingsing.

Ribuan pula kata yang telah terlahir dari sini. Berkutat dalam imajinasi. Berteman sepi, dingin yang menggigit, juga berkawan suara jangkrik mengerik.

Kaligrafi di dinding kayunya, mungkin tertaruh tak sengaja. Tak bermakna selain hiasan mata belaka. Tapi buat yang mengerti, itulah alasan lahirnya setiap karya. Everything is because of Allah. Do it for Islam. Do it for our Prophet, Rasulullah SAW. Sebingkai piagam penghargaan dibawahnya, bukanlah dimaksudkan untuk unjuk kerja, tapi menjadi sebuah cambuk untuk melahirkan karya baru, yang lebih baik dan lebih baik lagi. Seperti firman Allah :"Selesai satu pekerjaan, maka kerjakanlah pekerjaan lainnya dengan segera". Istirahat dalam konteks para pejuang ini tidak lain adalah saat bermunajat kepada Allah. Dalam hening malam, dalam keterjagaan, ketika yang lain tengah berada dalam keterlelapan.

Uufhh... subhanallah... luar biasa indahnya.
Dan, jikalau kali ini aku bisa menyentuhnya. Semata, itu karena skenario Allah belaka. Tak ada rencana sebelumnya. Pagi Pak Budi mengirim kabar via SMS tentang rencana mengantar Tia ke Q-Tha. Sore, kami benar-benar telah berada di sana.

Tak ada tangis perpisahan. Karena Tia telah begitu siapnya. Ia benar-benar telah menata dirinya untuk sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Masuk ke dalam sebuah lingkungan baru yang sama sekali belum pernah dikenalnya. Ia membuka lapang-lapang dadanya, dengan berbekal satu hal : percaya. Percaya akan pilihan ayahnya. Percaya bahwa Allah juga akan menjaganya. Percaya bahwa Q-Tha akan menjadi teman setianya. Percaya bahwa ia akan menemukan dirinya di Q-Tha. Ya..itu saja modalnya, percaya....!

Dan kepercayaan Tia itu telah pula menyeretku untuk mampir kembali ke sebuah ruang kerja yang dulu pernah kuhampiri. Ruang dimana tangis terisak-isak telah mampu dijelmakan menjadi sebuah tekad kuat laksana baja. Ruang dimana gelap tak boleh berlangsung lama-lama, untuk segera me-nerang. Berganti dengan harapan.

Aku sebenarnya ingin duduk di kursi plastik merah jambu itu. Tapi kuhindari. Aku cuma duduk di bangku kayu panjang yang ada disebelahnya. Yup! cuma menemani saja...disebelahnya. Seperti halnya kursi pilot, ia hanya boleh diduduki oleh sang pilot itu sendiri. Aku sudah cukup berada di barisan kursi penumpang. Memberi kesempatan dan kepercayaan bagi sang pilot untuk menerbangkan pesawatnya, hingga sampai ketujuan.

Tapi...ooouch...CPU-nya nyentrum...hehe ^_^ . Kayaknya perlu diberi 'ground' deh biar umur hardware di dalamnya agak awet.

Oke, kucatat disini kata-katanya :" Bad moment, and a nice moment... Everything is Allright, cause life is Struggle! Alhamdulilah! Alhamdulillah!Alhamdulillah! Everything is because of Allah"

(Don't ask me how do i know, cause Like I said, u can't hide it because i can feel it... ^_^)

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Tuesday, July 08, 2008

2 komentar

  1. Anonymous Says:
  2. Saya tersentuh melihat foto meja itu..
    Serasa seperti merindukan sesuatu yang tidak diketahui apa itu..
    Foto yang bagus.. ^ ^

     
  3. >>> arief..., terima kasih ^_^

     

Subscribe here

Better Place For Children