(I
11 Desember 2001. 15:17

iya, aku tahu selama kita hidup di dunia
selama itu pula cinta akan selalu hadir
disela-sela tangis dan tawa kita

sesungguhnya, telah hadir sesuatu … tanpa diduga-duga
telah hadir gembira saat mendengar suaranya
telah hadir tenang saat ku gelisah mendengar tawanya
telah hadir tentram sat ku mendengar ‘marahnya’ kala menasehatiku

sobat,
aku rindu
menantikan saatnya aku mengatakan padamu
bahwa telah hadir sesuatu dalam hari-hariku

namun, aku sangat menaruh hormat padamu
menghargaimu atas banyak kelebihanmu
bagiku, engkau berbeda dengan yang lainnya
lebih suka berkorban
lebih suka menderita daripada yang orang lain yang menanggungnya
karenanya, aku tidak ingin
kerinduan ini diketahui olehmu
hingga merusak dan mengganggu harimu

aku percaya,
kelak akan tiba masanya aku berkata jujur padamu
bahkan terkatakan sambil berteriak
doakan, aku senantiasa punya kesabaran
untuk menjaganya erat-erat

sobat,
semoga Allah senantiasa melindungi-mu ya…
di mana pun kau berada. []
---

II
13 Desember 2001, 06:36

setiap kali menatapmu , langit
engkau mengingatkanku pada seorang sahabat yang mencintai birunya langit
tiap kali upacara bendera dulu waktu smu
ia selalu menyempatkan diri mendongakkan kepalanya ke atas
menanti kalau-kalau langit yang jernih hadir menemaninya …
ia seakan menanti sebuah kejernihan dari sebuah kejujuran

langit,
bagaimana menurutmu keikhlasan sebuah tawa
saat ia mengetahui lawan bicaranya
adalah orang yang diam-diam mencintainya
seandainya ia tidak tahu, akankah ia tertawa lebih lepas
bercanda lebih leluasa
dan menasehati lebih lapang
menjadikan langit lebih biru jernih

yang jelas
aku sekarang sedang mencoba untuk memahami dan terus memahami
mengapa Allah berikan rasa cinta dan rindu kepada hamba-hamba-Nya, umat manusia ?
toh, manusia hanya dari segumpal darah alaqoh
mengapa tidak ke malaikat ?
mereka kan tercipta dari cahaya

yang jelas
aku berharap mudah-mudahan Dia membantu memudahkanku
mengatakan kerinduan yang menyergap ini jika memang itu yang harus aku lakukan

kamu tahu,
sebenarnya aku ingin membunuh rindu itu
sebelum ia membunuh niat suciku menjadi penyeru
tapi bagaimana caranya aku tidak tahu
atau jangan-jangan sebenarnya aku yang tidak mau tahu …
[]
---

III
16 Januari 2003, 03:32

pada akhirnya,
setelah perenungan yang mendalam
di atas lautan (waktu mudik kemarin)
di atas gunung (waktu ndaki Sindoro kemarin)
dan di sela-sela munajatku…

aku menemukan sebuah hal
bahwa laki-laki yang mulia adalah ia yang memuliakan wanita
dan laki-laki yang hina adalah ia yang membuat wanita terhina

aku juga menemukan
bahwa pernyataan cinta dan pernyataan rindu
tidaklah cukup bagi seorang wanita
terlebih, bila wanita itu bukan wanita biasa

cinta dia kepada Tuhannya
telah menjadikan ia mempersembahkan seluruh waktunya
hanya untuk mengabdi kepada-Nya
dan mempersembahkan yang terbaik yang ia punya
untuk lingkungan terdekatnya

pernah ia mengeluh padaku
seandainya ia diberi anugerah mempunyai jasad lebih dari satu
barangkali banyak tugas yang akan ia selesaikan dengan baik
tanpa harus mengecewakan yang lainnya

salah satu tugasnya,
sebentar lagi ia akan menjadi presiden BEM Fakultas !
maka aku membuat sebuah komitmen dalam diriku
aku akan senantiasa berada di dekatnya
membantunya
sekuat tenagaku
seikhlas-ikhlasnya
seperti keikhlasan di berbuat untuk-Nya

dan aku percaya
kelak jikalau Allah mengizinkan
dia akan tahu bahwa aku adalah sahabat sejatinya
that I’m her real brother

namun jujur, ada kalanya
aku ingin segera mengutarakan maksud hati ini kepadanya karena takut kehilangan ia
namun hati kecilku segera berteriak
bahwa itu berarti apa yang aku lakukan selama ini
adalah karena dia bukan karena Dia, Rabb alam semesta
bahwa itu berarti aku membawa diriku kembali ke masa kebodohan
sementara hidayah telah lama kudapatkan
bahwa itu berarti aku telah menutup peluang kesamaan kemuliaan orang-orang terdahulu
yang mampu menyimpan rahasia hatinya hingga akhir hayatnya
demi sebuah perjumpaan di akhirat
karena meyakini sabda baginda Rasulullah
bahwa kelak seseorang akan bersama dengan apa yang dicintainya

sahabat,
cinta adalah ketika kita bahagia melihat ia berbahagia
meski kita harus terluka karenanya
sama seperti kebahagiaan Umar RA saat Rasulullah lebih memilih Ali untuk putrinya

cinta adalah ketika kita mempersembahkan banyak hal untuknya
Meski kita harus kehilangan milik kita… yang terbaik malah
sama seperti setiap ibunda yang rela bertaruh nyawa demi kelahiran buah hatinya yang tercinta

dan cinta adalah ketika kita tersenyum kala mendengar ia berkeluh kesah
tanpa ia tahu betapa kita sangat menyayangi ia
sama seperti ayah yang tetap tersenyum mendengar celoteh-celoteh anaknya
sepulang kerja saat letih masih mendera

Sungguh, cinta memang sebuah anugerah dari Allah []
---

IV
24 Januari 2003, 14:42

jadi,
karena hanya keledai yang bisa jatuh ke lubang yang sama
dalam kesempatan yang berbeda,
maka kerinduan yang aku rasakan sekarang ini
mestinya tak mengalir seperti masa lalu
masa dimana kekukuhan seorang laki-laki terpatahkan
bahkan sampai menangis ia

aku senantiasa berdoa
kalaupun nantinya harus menangis lagi
tangisan yang ini adalah tangisan bahagia
(ralat : nggak nangis ding, cuma matanya merah …gitu aja)

aku hanya ingin memberikan apa yang terbaik yang kupunya untuknya
tak lebih …

barusan aku dengar
ia sakit …
kelelahan barangkali
dan tanpa dapat kucegah
rasa khawatir tiba-tiba saja muncul
seakan-akan aku adalah orang yang paling sedih
jika ia sedih karena sakitnya …

hm…
aku juga tidak tahu
dn tidak yakin
sampai kapan aku menyimpan kerinduan ini
sampai kapan aku mampu menahannya
entahlah …
[]
---

V
30 Januari 2002, 14 : 25

iya,
kesulitan pasti hadir bersama kemudahan nantinya
kerinduan pasti juga hadir membawa kehangatan
dan kecemburuan pasti menyimpan kerinduan

sobat,
apa kabar kalian ?
orang-orang terdekat kalian ?

kata orang bijak,
untuk melihat sejauh mana diri kita
cukup lihatlah saja orang terdekat kita

ketika mereka bahagia
bisa jadi kita juga sedang berbahagia
ketika sahabat kita penuh dengan kebahagiaan
bisa jadi memang aura kebaikan senantiasa terpancar dari diri kita
walaupun … tidak selalu demikian

so,
salam untuk mereka
yang menyimpan kerinduan kepada seseorang
karena ia menghargai Sang Pemberi Kerinduan
Dialah Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
[]
----

VI
17 Februari 2002, 15 : 35

sampai hari ini
aku masih rindu

sampai hari ini
senyumku masih ikhlas aku berikan untuknya

sampai hari ini
rinduku masih tersimpan rapi

sampai hari ini
ia masih menghangatkan hati

dan sampai hari ini
aku masih bisa mempersembahkan yang terbaik yang aku punya

tapi aku tidak tahu esok
sungguh

---

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Monday, February 13, 2006

0 komentar

Subscribe here

Better Place For Children