Ahad, 27/04/08
Lapangan Tri Lomba Juang, 08.30

Ku lihat angkasa. Ahh... It's so bluei... Sama dengan hatiku.. biru, kini.
Setapak demi setapak kulangkahkan kaki. Setiap langkahnya adalah setiap memori. Ufff...lapangan ini lagi. Lapangan ini, bagiku adalah saksi bisu dari setiap teriakan hati yang bisu...dulu.

***

"...dalam dunia ini, banyak yang tiada mengerti...hidup yang dijalani mesti berbagi...", jelang dekat podium, suara tim nasyid begitu menegtuk-ngetuk hati...seperti menyambutku khusus. Iya, sebab...aku ingat, bait-bait "Kasih Putih"-nya SNADA itu pernah kulantunkan...pelan didalam mobil, pada sebuah perjalanan ke Sumedang, bersama para sahabat...bertahun-tahun sebelum ini.

Ini benar-benar nuansa Milad. Bagi yang belum lama berinteraksi, mungkin tak cukup berarti. Tapi buat yang telah 'tercuri hati'-nya, Milad ke-10 ini... sangatlah bermakna dalam. Seperti halnya setiap kali berjumpa dengan hari lahir diri, Milad al-hizb ini juga begitu kuat menyodorkan diri, untuk..direnungi. Maka, jadilah, sejak awal hingga kepulangan... aku tak banyak bercakap-cakap. Lebih banyak berdiam diri. Lebih banyak berdialog dengan hati.

Saat menginjakkan kaki pertama kali di Semarang, itu 1997. Setahun sebelum al-hizb al 'adalah ini dideklarasikan. Itu artinya, aku menyaksikan proses kelahirannya. Aku masih ingat, hadir diantara ratusan orang di gedung Berlian, memberikan applause kepada orang-orang di atas podium, yang kelak memberi warna tersendiri bagi proses kehidupanku. Sebagian di antara mereka, kini sudah tak nampak lagi disini...

Juga teringat pada brother Yustami dan brother Iskandar. ^_^ Kita dulu 'the three musketeers of marine science' ya bro? Aku selalu berutang budi pada mereka berdua, yang telah 'menyeret'ku masuk kedalam celupan orang-orang soleh ini... Utang yang tak mungkin terbayar... Bro, dimanapun kau berada, ketahuilah cintaku pada kalian tak pernah pudar. Jika kelak , kalian membaca posting ini, Qul... kaifa haluk ya akhi doni? maka saat itu, hatiku pasti akan tersentak, dan kan mengingat wajah-wajah antum...yang sedang tersenyum menenangkan... hehe, aku tahu, aku dulu cuma bisa jadi trouble maker aja , ya nggak?

Lihatlah sobat, diseberang podium sana, rekan-rekan seangkatan, telah menjadi 'orang' semua. Beberapa malah telah berkiprah di tingkatan propinsi. Iya, mereka semua layak mendapatkannya. Mereka adalah orang berkompeten di bidangnya. Mereka kader sejati. Dan pantas mendapatkannya, sebab beban yang mereka tanggung dipundak tidaklah ringan. Jauh lebih berat dari yang bisa kita bayangkan... Mereka mampu menanggung beban atas amanah besar yang diberikan. Merekalah orang-orang terpilih. Sekali lagi, mereka layak untuk itu.

Dan jikalau aku masih terduduk disini, disebelah orang yang bahkan aku tidak tahu namanya, yang bahkan baru kali ini melihat wajahnya, setelah 10 tahun berkiprah, itu bagiku karunia Allah juga. Sebab, dimataku, inlah jalan teraman yang Allah berikan... dititik inilah, beban yang lebih ringan yang bisa kutanggung.

Aku teringat, ketika berkata," ustadz..., beri saya sebuah taujih" pada Ustadz Rahmat Abdullah, sebelum beliau wafat. Dan beliau menuliskan, pada buku yang kuberikan, sebuah kalimat yang kukenang, "jadilah engkau sebongkah batu bata di bangunan dakwah...tanpanya, bangunan itu takkan pernah ada. Jika tak mampu, sebutir pasirpun jadilah..."

Maka, itu sebabnya, aku mau dan bersedia, datang kemari, sebagai korwil (Koordinator RW). Struktur terrendah. Dulu, zaman awal-awal, struktur kita cuma sampe kecamatan, itupun tak semua, sekarang sudah masuk hingga RW. Hal yang sangat menggembirakan. Dan, yaa.., cuma inilah yang aku bisa...mungkin itu sebutir pasir, sebab untuk menjadi batubata, mungkin ia telah begitu rapuh... jadi sebutir pasir saja yang kubisa, pasir yang berada di avantgarde...

Maka, jika harus berdesakan-desakan, berantrian, di meja registrasi, ya kujalani saja. Sebab, jika tak begitu, aku tak dapat membaca ikrar, hal yang harus kuucapkan, dan teksnya ada di map meja registrasi itu. Aku butuh membaca ikrar, sebab itu adalah janjiku. Sementara janji adalah amunisi buat bergerak. Tanpa ikrar, semua akan terasa hampa. Bismillah saja...

***

Ku genggam erat tangan Abiyyu. Abiyyu bingung... ga ngerti maksudnya. Iya, aku berharap bertemu dengan seraut wajah diantara wajah-wajah baru yang tak kukenal. Tapi, percuma, dia tak mungkin berada di sini. Seraut wajah yang dulu tersenyum hangat setiap kali bertemu...namun tak lama, karena tahu, menundukkan pandangan lebih utama... Biasanya, ia selalu ada, dengan menggengam Pers Release ditangannya. Hemm...segalanya telah banyak berubah.

Cuma dia, yang 'peduli' dengan 'hilang'-nya diriku untuk beberapa waktu dulu. I was the losing brother. BUt, she never know why and for what reason... YAng jelas, masa itu adalah noktah paling kelabu dalam kehidupanku. Dan, aku telah berteriak lantang ...diatas gunung Ungaran...alone... bahwa itu akan menjadi akhir dari segalanya. Dan takkan pernah kuulangi lagi...hilang buat kedua kali. (Teriring doa untukmu selalu, sister...semoga Allah merahmatimu selalu...beserta keluargamu)

***

Walikota Semarang, Sukawi Sutarip naik ke podium. Dia, bersama Pak Sudharto menjadi ikon calon gubernur yang didukung PKS. Rada dilematik buatku, sebab walau bagaimanapun, diskusiku dengan anak-anak KAMMI menyodorkan fakta satu hal. Bahwa, tak ada satupun cagub diantara 5 cagub yang ada, layak dan memenuhi kriteria ideal seorang pemimpin buat dipilih. Tapi, tadi aku sempat melihat sekilas naskah ikrar-ku. Disana ada tulisan.."akan menjalankan putusan-putusan meski bertentangan dengan pendapat pribadi.." Jadi, ya.. sami'na wa atho'na deh... APa kata pemimpin, ikutin aja...

Dalam konteks kepemimpinan (baca: politik) kaya begini, meski kajian super ketat telah dilakukan, namun jikatelah jatuh putusan yang berbeda, maka sebagai 'sebutir pasir' maka hasil kajian menjadi bahan pertimbangan saja...dan putusan tetaplah yang menjadi panglima. Ketaatan, jauh lebih tinggi derajatnya daripada mengedepankan pendapat pribadi soal cagub. Individualisme (infirodiyah) telah menjadi penyakit kronis, dan menjadi penyebab kegagalan terbesar dakwah Islam di Indonesia. YAng umat butuhkan sekarang adalah kuatnya jamaah...kuatnya kebersamaan...

Maka,kuharap... pilihan ini tidaklah sampai mengendurkan tali persahabatan, jikalau ada perbedaan pandangan dan pilihan. Sebuah pilihan adalah masalah temporary, sementara tali persahabatan adalah sesuatu yang abadi. Tidak sebanding jika persahabatan harus berantakan karena perbedaan pilihan. Sahabat tetaplah sahabat. Itu prinsipnya.

MAka, tak mengapa jikalau sobat D*** menjadi Tim Sukses Khofifah Indar Parawansa, sementara rekan se-hizb mencalonkan nama lain, di Pilgub Jatim sana. Toh, tokoh yang diusung sama-sama kredibel, sama-sama berkarakter pemimpin, muslim juga. APalagi, dalam konteks Pilgub, ini bukanlah wilayah hitam-putih, bukan wilayah halal-haram. Jadi, kita hormati saja setiap pilihan yang ada. Kebersamaan dan kesatuan lebih utama....

***

Ku rasa cukup. Panitia telah menyuguhkan tampilan yang menyegarkan. Telah ada atraksi keras tapi kocak dari tim kepanduan, juga ada parodi menyatunya seluruh elemen masyarakat dukung PKS, komentar dari tokoh masyarakat dan puisi 'mbeling' yang menyindir habis para anggota dewan. Sebuah acungan jempol buat panitia. Mereka telah bekerja keras dan kreatif untuk itu. Sukses besar.

Maka, kulangkahkan kaki menuju Ust. Ari Purbono. Ustadz empatik itu, yang agak mengerti kondisiku. Namun, aku kalah cepat. Beliau rupanya lebih dulu dikerubungi 'umat' yang nampak membutuhkan banget dirinya. Aku cuma sempat memeluknya sebentar dan memberinya senyuman dan anggukan..saat beliau berkata nyaris tak terdengar..."akhi, aku bantuan antum untuk...." . Sebab setelah itu, Ahhh... umat-nya telah begitu membutuhkannya. Dan, tiba-tiba... aku teringat pada kata sinopsis pada cover depan buku curhat para istri, "Karenamu AKu Cemburu"-karya Asma Nadia dkk, yang sempat kubeli tadi. Disitu tertulis..."izinkan aku cemburu padamu, tepat hanya saat kurasa Allah juga cemburu padamu..."

"Ayo Bi, kita pulang...", kataku pada Abiyyu yang menganggukan kepalanya dengan riang. Si kecil itu kini menjadi teman sejatiku kini. Hal yang dulu tak pernah ada. Dalam hatiku,ia berbisik..."besok, kamu harus lebih baik dari ayah...bikinlah ayah cemburu padamu...

(thx to : Pak Fauzun, yang udah jepret foto-foto Milad X PKS...jazakumullahu....' Ayo, rame-rame mbangun kutho' )
Foto lain :

Sukawi Sutarip (bersama Soedharto), cagub Jateng 2008 yang diusung PKS

(ki-ka : Muh. Haris -FPKS Jateng, Agung BM-FPKS Kota Semarang,
Sukawi Sutarip-Walikota Semarang, Afif Ikhwan - FPKS Kota Semarang,
Sri Praptono - DPW PKS Jateng)

(sama Abiyyu dan Pak Istajib, konvoi waktu berangkat, syi'ar gitu lox...)


Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Sunday, April 27, 2008

0 komentar

Subscribe here

Better Place For Children