Bersyukur dan bersyukur...
Tepat ketika grafik semangatku berada di titik ter-rendah, Allah mengirim mereka padaku. Dan kini, sedikit demi sedikit, tapi pasti, grafik itu mulai merangkak naik.

Aku lupa, bahwa dalam dunia sekolah, dunia pendidikan, ada unsur orangtua selain : murid, guru, dan manajemen. Dalam kasusku, para orang tua lah yang telah 'menyelamatkan'ku.

Ya, di saat murid-murid rada mengecewakan, rekan sekolega tak mampu banyak membantu, manajemen yang tak kunjung mengerti; orang tua hadir mengisi kekosongan. Once, they 've saved me... dan aku begitu bersyukur karenanya.

Pertama, Pak X...
Kesetiaannya memantau perkembangan sekolah, dengan caranya, telah membantuku untuk selalu 'terjaga'. Meskipun sebenarnya beliau sudah masuk pada fase 'tak berkewajiban' melakukan itu, (karena toh, tak ada lagi anaknya yang dididik di Sekolah Alam), tapi beliau masih mau ber-repot-repot melongok ada apa di sekolah hari ini...

Beliau juga masih mau bersabar menarima curhat dan keluh-kesahku. Bahkan termasuk juga mencerna kalimat protesku, yang aku tahu, beberapa di dalamnya ada kalimat sarkastik... yang bisa bikin merah telinga jika terdengar.

Atas kesediaannya itu, atas pengorbanannya itu, aku rada lega kini... Tul banget, pak! as u said,...itu semua karena ekses dari sebuah kepenatan, yang nantinya bakalan pulih setelah segar kembali... Thx u, sir...

Kedua, Bu X...,
Tak terduga, beliau ini rupanya seorang pengamat sekolah juga, pengamat pasif. Beliau ternyata intens juga dan memberikan atensi pula. Beberapa hari lalu, beliau mengirim sebuah pesan singkat. Isinya, memberitahu ada sebuah kesempatan abgus buat belajar menulis, lewat sebuah pelatihan yang diselenggarakan oleh sebuah media massa lokal. Tak hanya itu, beliau seperti memahami kondisiku. Diakhir pesan, beliau menggaransiku dengan kesediaannya untuk menanggung biaya pelatihan, yang cukup besar buatku...

Ufffh..., inikah pertolongan Allah itu? dari bait-bait doa yang terpanjatkan?
Padahal, ibu ini sejatinya juga bukan orang tua dari muridku langsung. Aku tak pernah mengajar anaknya secara reguler. Tapi, itu semua ternyata tak mengurungkan niatnya, to do something...something that so meaningful...

Beberapa waktu sebelumnya juga, Pak X yang lain juga menyentakku. Dia menarik tanganku. "Saya ingin bicara empat mata", ucapnya misterius. Dan kemudian, dengan caranya berpikir, ia telah membantuku. Membantu menata cara pandang hidup...

Beliau mengkritisi paradigmaku dalam menulis. Bahwa keikhlasan seorang hamba dalam menulis tidaklah sampai menolak segala rizki Allah yang terlahir karenanya. Bahwa balasan atau imbalan dari setiap karya nantinya akan bermuara pula pada karya-karya besar kita lainnya. Sebuah mimpi telah menunggu : membangun masjid, membangun pesantren, mendirikan penerbitan, dan menaungi anak yatim...

Mereka...
menjadi teman curhat, solusi finansial, dan juga pengarah paradigma...lengkaplah sudah.
Dan bodohnya diriku jika tak mampu bersyukur karenanya.
(Teriring salam dan sholawat serta doa , semoga amal soleh segenap orang tua terbalaskan oleh Allah dengan yang lebih baik...)

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Saturday, April 26, 2008

0 komentar

Subscribe here

Better Place For Children