...

I.
Berdiri di pucuk bukit yang paling tinggi.
Berpapasan dengan kabut dingin.
Bertahan hingga ia takluk dan menjelma menjadi embun.

II.
Melepaskan pandangan jauh kedepan
namun yang ada hanya batasan
mata yang bodoh
hanya bisa melihat yang ada dihadapan
hanya bisa takjub pada keindahan
padahal segala indah yang dilihat mata
tidaklah pernah kekal

Menghidupkan hati membunuh mata
Memilih terpejam
Memandang jauh menembus batasan
hati yang terasah
lebih bisa melihat segala yang tersembunyi
lebih bisa merasakan kesejatian keindahan
selamanya indah meski mata memalingkan pandangan
keindahan yang kekal
tidaklah butuh mata

III.
Tapi tak mudah
ia membutuhkan banyak lelah
ia juga membutuhkan sabar yang tak berbatas
juga tak berharap balas

IV.
Pada sepi yang menemani
pada sunyi yang setia menghampiri
bersama merekalah segala isihati mengabadi
tanyakan pada mereka rahasia seisi bumi
maka sepatah kata pun takkan berbunyi
cuma hati terasah yang bisa memahami

V.
Berdiri di pucuk bukit yang paling tinggi
Berpapasan dengan segumpal awan putih
kutitipkan secarik kertas padanya
sesaat sebelum ia tertiup menjauh

kuharap ia terbawa turun nanti
bersama tetesan gerimis hujan
secarik kertas yang kutulis dengan segenap darah dan air mata
ia bertuliskan :
...
"Rabbi Firli...
Ya Allah, ampunilah kami..."

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Friday, April 25, 2008

0 komentar

Subscribe here

Better Place For Children