"Jika pohon terakhir, telah ditebang
Jika sungai terakhir, telah kering
Jika ikan terakhir, telah ditangkap

Manusia baru sadar,

Bahwa uang tidak bisa dimakan.


Jika pemimpin terakhir, telah tumbang

Jika hakim terakhir, telah terbeli

Jika kampus terakhir, telah terkunci

Rakyat baru sadar,

bahwa perubahan hanyalah utopia

tanpa darah juang… mahasiswa."


Puisi itu mengawali pertemuanku dengan sekumpulan aktivis mahasiswa muslim, yang tergabung dalam KAMMI Daerah Surakarta (15/6). Puisi itu khusus dibuat untuk mereka, sebagai apresiasi sekaligus 'reminder' kepada para intelektual muda itu bahwa mereka adalah manifestasi berharga rakyat, yang merindukan perubahan menuju kondisi bangsa yang lebih baik.

Akh Habib, humas KAMMDA Surakarta, sebelumnya telah melakukan kontak, mengutarakan maksudnya bahwa Solo akan menggelar sebuah Pelatihan Kehumasan dengan tajuk yang sangat menggoda : Menjadi Humas Ideolog. Dan, jatahku adalah mengawal sessi "Marketing Gerakan". Hmm... sepertinya, ini benar-benar era kebangkitan anak-anak humas. Ini juga berarti bahwa Loknas Humas Se-Indonesia di Jogjakarta sebelumnya berbuah. Sebab, Akh Habib adalah peserta di acara itu, sebagai delegasi Surakarta. Well, kemarin Purwokerto, sekarang... Surakarta. ^_^

Kesan Pertama
Solo panas. Nyaris sama dengan Semarang ^_^. Tapi soal keramahan, wong solo tidak terkalahkan. Waktu bertanya dengan seorang bapak paroh baya, petugas Pom Bensin perempatan MAnahan, ia melayani dengan sepenuh hati. Aku bertanya padanya di mana letak SDIT Nur Hidayah. HAnya untuk menjawab pertanyaanku itu, ia rela berjalan menjauh menanyai orang-orang yang tahu dimana letak sekolah itu dan kembali padaku dengan sejumlah jawaban. Ia dengan sabar juga menjelaskan arah mana yang kutempuh.

Banyak-banyak aku mengucapkan terima kasih. Tidak cuma karena sudah ditunjukkan jalan, tapi juka karena terkesima atas kerelaannya bersusah payah mencarikan jawaban. Hmmm... ternyata masih banyak orang berjiwa mulia di negeri ini. Aku sangat terkesan. Bahkan menjadi lebih terkesan lagi, setelah kuikuti arah-arah yang ditunjukkan, ternyata tempat yang disebutkannya itu bukanlah SDIT Nur Hidayah, tapi Bimbel Nurul Ilmi...^_^

Sambil nyengir, aku mencari sosok keramahan yang lain. YAitu pada seorang bapak yang sedang duduk-duduk di sebuah sekolah TK. Dan seperti bapak tadi, ia juga menerima dengan sangat baik. Bahkan, sempat pula ia memastikan, bahwa benarkah itu tempat yang dituju karena hari itu hari Minggu, sehingga bakalan tak ada orang disana.

Yang terjadi berikutnya adalah, aku sudah berada diatas sebuah becak. Hehe... sudah lama banget nggak pernah naik becak. Soalnya di Tembalang-Semarang, mustahil ditemukan becak (sebab jalannya naik turun). Mungkin terasa agak tidak manusiawi pake kendaraan yang satu ini. Tapi,lebih tidak manusiawi lagi jika cuma diam saja, melihat si bapak pengayuh becak duduk terdiam di atas becaknya, menunggu berharap-harap bilakah ada penumpang hari ini, yang dengan itu nanti berharap pula akan ada sedikit nafkah yang bisa dibawa pulang buat makan anak dan istri.

Si Bapak Pengayuh becak, sepanjang perjalanan terus saja bercerita tentang dirinya dan sesekali menanyakan kondisiku. Ramah betul! Dan dengan becak itu, akhirnya aku sampai di depan SDIT Nur HIdayah. Plus disambut dengan tatapan 'aneh bin penasaran' panitia akhwat setibanya disana. Hehe... lucu kali ada laki-laki gagah naik becak dan turun di depan mereka...hihi gubrak!

"Assalamu'alaikum" jawabku santai. "Wa'alaikumsalam" jawab mereka. "Pak Doni ya?" tanya seorang diantaranya. "Lho? ikhwannya ga jemput ya pak?" selidik mereka seakan merasa bersalah karena itu. Hehe.. ya jelas nggak lah... tentu saja mereka bakalan menjemput kalo aku kasih tahu bahwa aku sudah sampai. Tapi, jika itu kulakukan, aku kehilangan kesempatan buat berbagi rezeki dengan si bapak pengayuh becak tadi. Halah ! ^_^

Kesimpulannya: Solo, secara kultural memiliki modal alami untuk mendukung lahirnya seorang humas yang handal. Yaitu : keramahan alias friendly. Lingkungan yang terbiasa memberikan keramahan, itulah benchmarking-nya Solo. Beda banget dengan Jakarta, atau bahkan Semarang sekalipun.

Apalagi setelah itu, akh HAbib turun dari lantai tiga gedung sekolah itu untuk sekedar menemuiku. Wah, makin komplit deh keramahan Solo di siang itu. Padahal kan sebenarnya tunggu saja di atas, nanti juga aku bakalan naik sendiri ke sana.

Dan berbeda dengan biasanya, kali ini proporsi peserta antara ikhwan dan akhwat seimbang.
Padahal, biasanya dalam acara kumpul-kumpul kehumasan, para akhwat lebih mendominasi ketimbang ikhwan. Jadi, ini satu point istimewa tersendiri untuk KAMMI Solo, yang dinamika kesehariannya disangga oleh dua universitas besar, UNS dan UMS.

(bersambung ke tulisan ke-2 : Menjadi Seorang Humas Ideolog)

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Monday, June 16, 2008

1 Responses to Pelatihan kehumasan Surakarta (1) : Solo itu Ramah!

  1. budi maryono Says:
  2. Pak Doni juga ramah. Sekali-kali cobalah ngayuh becak, di Solo, biar makin ramah. Hahaha...

     

Subscribe here

Better Place For Children