Bismillah...
mari kita mulai, pembicaraan soal sekolah berbasis komunitas, khususnya komunitas kota. Kenapa kota, sebab sekolah komunitas yang di desa sudah banyak, dan rata-rata sudah sedemikian fenomenal.

diskursus soal ini tentulah sangat menarik, terutama bila pembicaraannya dimulai dalam semangat bahwa suatu saat (semoga Allah memudahkan), kita akan turut ambil bagian dalam pembidanan sebuah sekolah komunitas.

agar dikusi tak meluas tak tentu arah, mungkin kita perlu mengumpulkan data dan informasi tentang hal-hal penting berikut ini.

1. mengapa harus sekolah komunitas?
2. apakah karakter 'kota' itu? apa perbedaan mendasar dengan 'desa'?
3. apakah keunggulan 'kota' dalam kacamata sekolah komunitas?
4. apa pula tantangannya? (hal-hal yang tak didapati di sekolah komunitas desa)
5. Seperti apa karakter khas sekolah komunitas kota?
6. Dari titik mana memulai sekolah komunitas kota?
7. Apakah perbedaan mendasar dengan Home Schooling?
8. Resorce apa saja yang mutlak ada di sekolah komunitas ada?
9. Bagaimana pembiayaannya?
10. Siapa murid angkatan pertamanya? (terkait jenjang dan segmentasi murid)
11. masih banyak lagi tanya... simpan dulu saja.

hihi..nanya sendiri, sekarang coba dijawab sendiri.
1. Mengapa harus Sekolah Komunitas?

Jawab :
1. karena sekolah komunitas tidak membangun sekolah, tapi membangun komunitas.
Orientasi akhir pembangunan adalah komunitas sekitar yang berdaya, bukan semata sekolah. Ini adalah refleksi dari banyaknya sekolah yang maju dan besar, tapi tak memiliki akar kuat di lingkungan sekitar. Bakan, sekolah menjadi barang asing di komunitas itu. Fisiknya megah tapi sedikitpun tak dicinta, oleh warga. Parameter berdaya, adalah saat sekolah mampu menjadi sumber inspirasi bagi warga komunitas, baik dari segi ekonomi-kesejahteraan, pemikiran-paradigma, pula tentang iman-perilaku (akhlak), termasuk didalamnya empati-kepedulian sosial yang nyaris hilang cuma berwujud wacana.

2. sekolah komunitas melatih kejujuran.
ini adalah refleksi dari adanya dualisme sikap dan kepribadian para murid yang berbeda ketika di sekolah dan di rumah. Di sekolah menjadi anak manis, tapi di rumah menjadi anak tragis. Keketatan disekolah berbeda 180 derajat dengan keleluasaan di rumah. Pinjam istilah Sucipto hadi Purnomo, "Ada Dusta di Sekolah Kita". Sekolah komunitas, menghapus demarkasi antara kehidupan sekolah dan kehidpan di komunitas.

Sebab, sekolah yang di maksud memungkinkan siswa belajar dimana saja, dengan siapa saja, tentang apa saja, di komunitas itu, bahkan menembus batas kewilayahan jika telah terintegrasi dengan internet. Standar perilaku akan sebanding lurus dengan standar etika dan norma yang ada di komunitas itu. Itu sebabnya, walaupun masih anak-anak dan muda, mereka telah dimintai pertanggungjawaban untuk turut menjaga etika dan norma, plus nilai-nilai agama yang diyakininya. Bahwa, etika dan norma bukan cuma milik dunia orang dewasa saja.

Dengan demikian, mereka belajar akhlak dalam makna kesejatiannya, langsung berinteraksi dengan warga belajar lainnya atau warga komunitas. Tidak cuma hafal dan mudeng di atas kertas, tapi bobrok di realitas. Sedari muda mereka telah dikenalkan dengan realita. Belajar jujur sejak dini.

3. sekolah komunitas memuliakan keluarga.
Madrasah pertama dan paling mulia adalah keluarga. Sekolah komunitas memungkinkan anak dan orang tua tumbuh bersama. Anak belajar dari orang tua, dan orang tua terinspirasi banyak hal dari anak. Orang tua dapat lebih optimal melihat atau bahkan turut memahat karakter anak dalam proses tumbuh-kembangnya. HUbungan emosional erat ortu-anak inilah, hingga siap masanya untuk berpisah, adalah faktor utama penciptaan ketangguhan anak di masa depan. Betapa banyak anak di dunia ini yang berstatus anak tapi tak merasa memiliki ibu dan ayah.

(bersambung...)

note : foto = anak2 q-tha, hasil capture dari salah satu karya video klipnya, lupa judulnya..hehe..^_^

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Wednesday, August 06, 2008

4 komentar

  1. atiek Says:
  2. mas doni, saya tertarik bicara mengenai sekolah, bagaimana sekolah alam Ar ridho di semarang bekerja? bagaimana proses mewujudkannya ? sy ingin sekali berdiskusi.. ada id ym?

     
  3. mba atik, senang juga berjumpa dg orang yg care sama dunia pendidikan (membebaskan).
    btw, dalam konteks ini, SA Ar-ridho meskimasuk dlam sekolah alternatif, tapitak masuk kategori sekolah komunitas, yg saya maksud disini adalah Qaryah Thayyibah salatiga.

    kita lanjutkan diskusinya di YM ya...

     
  4. Paparan yang sangat bagus ,, apa bisa bekerja sama dengan kami mas Doni Riadi ,,, ???

     
  5. sayang anat dusjysu du ym jadi tidak bisa ikut

     

Subscribe here

Better Place For Children