Like a dream, seperti mimpi, ketika merampungkan antologi puisi Dialog Tanpa Kata. Ia adalah sebuah proyek idealis, menyatukan ruh dua antologi sebelumnya "Untukmu Sahabat" (2005) dengan "Sebatas Angan Rindu" karya Fi-U (2207). Dan ternyata (alhamdulillah) bisa selesai, setelah memakan waktu 10 bulan sejak puisi pertama ditulis Januari 2008 silam.
Dan, sengaja kumintakan review pertama kali pada Bu Agustin TA, mantan Ketua FLP Semarang. Dan ia dengan menulisnya, subhanallah dengan gaya yang istimewa, menyatukan kata-kata yang berserak dalam 95 halaman antologi menjadi satu kesatuan.
Arigato gozaimas bu ATA. Ente emang te o pe deh... ^_^
Berikut reviewnya...
---
Review Dialog Tanpa Kata
Fur bruder, in der welt aus Allah
“Yang tereja dari Dialog Tanpa Kata”
Kutatah sepatah kata ini
Untuk kata yang telah terdulang dan tak terulang
Meminjam istilah Chairil Anwar dalam
“Dera-derai Cemara”
Sekan turut mendengar
“ada yang rapuh di tingkap dahan…”
Aku ‘listen’ bukan ‘hear’
Tak hanya ‘look’ tapi ‘see’
Serasa berkaca di perigi tak bertuan
Tiap aksara menjadi kata
Hingga bait-bait bercerita
Mengajak menoleh ke sisi lain
“Sometimes word are hard to find,
I ‘ m ooking that, the perfect line”
Nyanyi Brian Adam.
Deine Schwester,
Yang tak wantah mengeja.
---
(di tengah nyala lilin dan gelap membayang)
Telah panjang ‘jalan yang mesti ditempuh’ (fi/4)
Lalu akhirnya aku menemukannya
‘Aku sangat mengenalinya’ (do/7)
‘akhirnya kutemukan jawaban itu’ (do/10)
‘aku bisa merasakan…
Seperti Naruto memahami Gaara’ (do/11)
‘Namun kali ini, keikhlasan adalah segalanya’ (do/12)
‘kupejamkan mata
Namun wajahnya semakin nyata’ (do/13)
‘sesaat kurasakan hadirnya,
Dan sedetik kemudian pergi’ (fi/15)
‘untukmu,
Aku akan selalu ada di sini’ (do/16)
‘uups,
Dan sekali lagi aku terpana
Rabbi,
Kuatkan agar hanya Engkau kekasih sejatiku’ (do/18)
‘aku masih bersama sapaan-sapaan tertahan yang berdiri’ (fi/19)
‘meski air mata sudah banyak tumpah sebelumnya’ (fi/20)
‘dia yang dalam catatan harianku tak banyak kusebut’ (fi/24)
‘anggap saja tiada
Tak perlu kau hirau’ (do/26)
‘kusapa dirimu’ (do/28)
‘tersenyum membisu’ (do/29)
‘pada sunyi yang menemani’ (do/30)
‘ku rasa’ (do/32)
‘tak lagi sungkan aku menggandeng tanganmu’ (do/34)
Tetapi,
Kini ‘perih’ (do/35)
‘aku tak kuasa menyembunyikannya
Ia kini kupanggil, putriku, a daughter, …not a princess’ (do/38)
‘aku hanya bisa mengadu pada-Mu’ (do/38)
‘sudah’ (fi/42) ujar hatiku
‘tentang kisah duka
Juga tentang bahagia’ (fi/43)
‘sejatinya
Khilaf ada agar kebenaran menjadi bermakna’ (do/45)
‘aku’ selalu ‘mencoba untuk selalu ada untukmu’ (do/48)
‘semua ini tak benar-benar bisa dimaknai logika’ (fi/49)
‘selamanya
Pada maya
Pada nyata’ (do/50)
‘suram’ (do/53)
‘mataku mulai basah’ (fi/54)
‘… menyalak dalam barisan waktu yang telah kutelusuri’ (fi/55)
‘menunggu kegelisahan ini melarut’ (fi/57)
‘dalam hati yang terjaga sepi (fi/58)
‘mengenangmu selalu’ (fi/59)
‘menghempaskan rinduku setulusnya’ (fi/60)
‘meski waktu bisa mengubur diri’ (do/61)
‘aku rindu padamu’ (do/63)
‘dalam kebisuan’ ( do/64)
‘Rabb…
Luluhkan aku dalam basuhan bisik kalimat-Mu’ (fi/65)
‘… menjahit kembali
hati yang pecah berkeping-keping’ (do/67)
karena
‘tetesan air mata yang tertahan?
Atau senyum yang menahan perih?’ (fi/68)
Aku membutuhkan-Nya (fi/69)
Kerebahkan hatiku untuk mendapatkan ketenangan (fi/70)
Hati yang kurasa begitu remuk… (fi/71)
‘sebab
Begitu kau terhapus
Maka aku akan pula memupus’ (do/73)
‘maka bersahabatlah dengan senyumku yang mungkin masih kau ingat’ (fi/75)
‘diam-diam…
Tanpa sepengetahuanmu,
Mataku berembun’ (do/77)
‘melepaskan menjadi satu-satunya pilihan’ (fi/79)
‘Tuhan…
Aku masih di sini…’ (fi/81)
‘ketika dia mulai menyentuh hidupku’ (fi/82)
‘betapa letihnya aku’ (fi/83)
‘kutinggalkan luruh
Ridhonya yang kucari…’ (fi/84)
Meski demikian
‘dialog ini terus mengalir’ (fi/86)
‘menghabiskan waktunya hanya untuk-Mu’ (fi/87)
‘bersama-Nya kujaga ini semua’ (fi/89)
‘kurenggut hati memenuhi rindu
‘bertemu denganMu’ (fi/91)
‘kita berdua… merindui-Nya
Ayo pulang…’
Aku tertunduk
Kau juga’ (do/94)
------
‘setelah tanda titik’
It’s about someone
Who knows the song in your heart
And can sing it back to you
When you have forgotten the words
Seseorang yang seakan
Berkata tanpa aksara kepadaku,
“jika malam datang dan kau merasa sendiri
Lihatlah bintang yang berkelip untukmu
Yakinlah…
Aku, ditempat yang jauh darimu
Juga melihat bintang yang sama
(SWB XI.23)
Aku tidak tahu kau menyebutnya apa…
Tapi aku melihatnya dalam ‘gerimis’
Dingapunten kirang subasita
Matur sembah nuwun
Afwan kurang sopan
Jazakumullahu khoiron katsiron
“Ata”
Diposkan oleh
doniriadi.blogspot.com
Wednesday, October 29, 2008
Kavere apik. Kapan terbit nih, bro?