Ini pastinya adalah fase terberat dalam kehidupanmu, ya Mel... Kehilangan sosok yang paling dicintai, belahan jiwa, dan tempat berlabuh. Terlebih, bagi seorang istri, cinta kepada suami adalah segala-galanya. Apalagi, kelak dalam keseharian, sosoknya akan membayang dalam Arya dan Alisa, putra kalian berdua. Juga pahit getir kehidupan yang telah dilalui bersama. Pastilah menjadi kenangan yang akan teringat untuk selamanya.

Tapi mel, itulah kehidupan. Allah menciptakannya dalam keseimbangan. Antara memiliki dan kehilangan, antara manis dan kegetiran... begitulah putaran dunia ini berjalan. Terlebih Allah berkata, bahwa segala sesuatu yang hidup akan menemui kematiannya. Hanya persoalan waktu saja. Kita semua akan menemui, sunatullah hidup itu. Karena kita hanyalah segenggam jiwa yang ditiupkan ruh kehidupan. Dan ruh itu akan kembali sekehendak Sang Penciptanya.

Kurasa, kau juga sepenuhnya menyadari, ketika engkau menerima beliau sebagai pilihanmu berlabuh, sebagai ayah dari anak-anakmu, engkau harus selalu dalam kondisi siap siaga. Statusnya sebagai abdi negara, pilot pesawat, itu full of risk. Kau membohongi dirimu sendiri jika kemudian kau tak segera bangkit dari kesedihanmu. Beliau pasti tak ingin melihatmu dalam keterpurukan. Peganglah janjimu, untuk menjadi ibu dan istri yang tangguh kapan saja menerima kenyataan atau ketetapan Allah itu. Gugur dalam tugas mulia, adalah mimpi dari setiap prajurit... insyaaAllah syahid di jalan-Nya dan beraroma surga.

Aku mungkin gampang saja berucap seperti ini, karena tidak mengalaminya, tapi Mel... iman telah mampu merubah sesorang, dari pecundang menjadi seorang pahlawan, dari yang lemah menjadi tangguh dan perkasa. Imanlah yang mampu membuat kita tegak bertahan atas segala tempaan musibah dan ujian,selain dukungan dari keluarga dan shabat.

Apa yang kutulis sejatinya juga suatu saat akan tertuju kembali padaku. Ketika ku berucap "bersabarlah!", maka percayalah langit kelak akan mengirimiku sesuatu untuk membuktikan apakah aku juga kuat bersabar. Aku ambil resiko itu. Sebagai sahabat yang pernah singgah di ruang memoriku, aku tak bisa diam begitu saja tanpa memberi sekedar kalimat thoyiibah untukmu, semata agar kita kembali menjalani kehidupan ini...the life must go on.

Aku memang tak begitu mengenal beliau, tapi aku mengenal dirimu. Meski tak lama. Tapi sepenggalan masa kehidupan di masa kecil itu masih kuat menancap, bahwa kau bukanlah perempuan lemah. kau cerdas, bertalenta, berkepribadian, dan punya visi hidup. Aku yakin, karena kekuatan itulah beliau memilihmu sebagai teman hidupnya. Maka, gunakanlah itu semua, untuk menjalani babak kehidupan baru nanti.

Yakinlah juga, imani juga bahwa Allah kelak akan menggantikan semua dengan anugerah yang lebih baik. Kita tak pernah bisa mengetahui masa depan, tapi kesakitan, kesulitan, kepedihan adalah pintu menuju kemudahan, keberkahan, dan kemuliaan. Jalan menuju mulia dan besar memang penuh dengan batu dan kerikil.

Ahhh...separoh usiaku telah kujalani jauh dari orang tua. Beratus, beribu persoalan, pahit getir, pernah kualami. Dan aku mendapatkan satu hal, bahwa Allah sangat sayang pada hamba-Nya yang berserah diri pada-Nya. Allah akan selalu (ini pasti) mengijabahi doa hambanya yang sedang dalam kesusahan. Allah juga menyayangi hamba-Nya yang tidak mengeluh ketika terpaan ujian datang kepadanya. Dulu banget, aku juga meneteskan air mata untuk adikku yang tak jadi hidup didunia. Tapi, tetes air mata itu kemudian kusadari bahwa itulah cara Allah mengatakan bahwa kita manusia adalah makhluk paling lemah, dan bersujudlah kepada yang Maha Perkasa. Pesannya begitu jelas, musibah mendekatkan kita pada Allah.

Sahabat, adalah skenario Allah juga, ketika engkau dipertemukan dengan kita semua, teman-teman masa kecilmu, meski cuma lewat FB, setelah belasan tahun tak bertemu, dan sesaat kemudian..kurang dari seminggu... Allah memanggil beliau ke haribaan-Nya. Sobat, Ini adalah cara-Nya untuk menyiapkan dirimu ketika ketetapan-Nya itu diputuskan. Aku mempercayai, kAlimat-kalimat yang kutuliskan ini, adalah hal yang memang harus kulakukan, untukmu...
BUkankah kita sebelumnya tak pernah bertemu dan berkomunikasi ? Lalu, kita didekatkan, meski secara psikologis. by the almighty hand... itu semua semata untuk memback-up dirimu. Tidakkah semua itu begitu jelas adanya?

Karenanya, mewakili seluruh teman dan sahabat dari masa kecilmu, izinkan kami mengucapkan Innalillahi wa innailahi rojiun... kami semua turut berduka dan berbelasungkawa untuk wafatnya beliau, Mayor Danu Setiawan, suamimu,... juga untuk seluruh korban dan keluarga dari musibah jatuhnya Hercules itu. Semoga segenap keluarga yang ditinggalkan, diberi kelimpahan rahmat, dan ketabahan.

Khusus untukmu, bangkitlah segera! Ada Arya dan Alisa, yang membutuhkan jawaban atas semua pemristiwa yang mereka tak pahami ini. Jawablah dengan ketangguhan dan langkah-langkah baru. Kita bersama-sama berdoa, semoga Allah memberi kemudahan untuk segala yang kita lakukan sekarang dan di masa mendatang. Aminn...

Semarang, 21/05/2009.

Diposkan oleh doniriadi.blogspot.com Thursday, May 21, 2009

2 komentar

  1. budi maryono Says:
  2. Aku turut mengamini bersama berjuta orang yang lain...

     
  3. thx...sekarang sptnya ia sudah jauh lebih baik dan siap buat melangkah lagi...
    kehilangan seseorang yg berarti betul2 butuh hati yang lapang...

     

Subscribe here

Better Place For Children